Wanita Sufi yang Masyhur
Zainab dilahirkan dari keluarga yang taat beribadah sehingga berpengaruh besar terhadap perkembangan dirinya. Dalam beribadah Zainab tidak mau kalah dengan sufi pria. Sehingga, semua anaknya menjadi ulama yang istimewa.
Kehidupah Zaenab sejak kecil selalu mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini dikarenakan ia dilahirkan dalam keluarga yang taat beragama. Sehari harinya, ia selalu mengenakan pakaian kasar, dan menghindari makan serta minum yang enak-enak. Ia mengenakan cadarnya, dan khusyuk dalam pengabdian kepada Allah. Zainab binti Rifai mengaku puas dalam kesederhanaan, sesuai dengan jalan hidup yang dipilihnya, terutama ia menggenggam kuat dan terikat dalam tarikat Rifaiyah. Sufi wanita ini adalah putra Syaikh Ahmad Rifai, pendiri tarikat Rifaiyah di Baghdad. Ibunya bernama Rabiah, juga seorang alimah. Ketika Zainab lahir, ayah dan ibunya sepakat memberi nama Zainab seperti istri Rasulullah Saw. Yakni Zainab binti Jahsy.
Ayahnya, Rifai menjadi idola dan panutan. Sehari-harinya, ia selalu melayani kebutuhan ayahnya, dan mengikuti suri teladannya. Jalan spiritualnya adalah kerendahan hati dan kesedihan. Sementara tempat tinggalnya adalah kesederhanaan dan kemiskinan. Rifai ketika ditanya mengenai anak perempuannya. "Seolah ia diciptakan sebagai lelaki, kendati orang menganggapnya sebagai wanita," jawab Rifai.
Komentar tentang Zainab banyak diberikan orang-orang terkenal dan banyak dibukukan. Abu Muhammad Al-Witri seorang ulama besar menuliskan tentang Zainab, "Ia sebagai ulama dan guru spiritual yang lebih unggul ketimbang pria. Reputasi wanita sufi ini sangat kokoh dan memiliki peran yang cukup signifikan dalam keluarganya."
Sementara Umar al-Faruthi, karib dari Rifai pernah bercerita tentang Zainab. Suatu kali Umar diajak Rifai ke rumahnya. Tangan Umar dipegang, dan diajak masuk ke rumahnya. Ia disambut oleh istrinya, Rabiah. Rifai berkata, "Berilah salam kepadanya dan mintalah ia berdoa untukmu."
Setelah itu datang putrinya, Zainab dan ia mencium kepalanya. Kemudian ia berkata kepada Umar:
"Wahai sahabatku, berilah salam kepadanya, layanilah dia dan mintalah dia berdoa untukmu dan keturunanmu."
Apa yang dikatakan Rifai dilakukan dengan baik. Namun kemudian ia ragu dan bergumam:
"Rasanya lebih tepat jika ia menyuruhku melayani ibunya, karena ia lebih tua."
Kata hati Umar ternyata terbaca oleh Ahmad Rifai dan memandangi Umar.
"Wahai sahabat, Allah telah berjanji bahwa Dia akan menghidupkan sunnah Rasulullah Saw melalui Zainab dan dia akan menyuburkan bumi melalui dirinya," jawab Rifai.
Betulkah Zainab akan menghidupkan sunnah? Berikut dialog antara Rifai dan Zainab.
"Ayah kamu masih hidup dan juga putramu, Sayid Saleh, Allah menempatkanmu sebagai pada posisi spiritual yang terhormat dan dia akan menghidupkan sunnah melalui engkau," kata Zainab.
"Bukan, tetapi dengan engkau," kata Rifai.
"Ayah, haruskah aku duduk dan berbicara kepada orang-orang dan mengadakan pertemuan dengan mereka dari kalangan laki-laki?" tanya Zainab.
"Jangan Zainab, keturunanmu akan bertahan sampai hari kebangkitan," tutur Rifai.
Apa yang dikatakan oleh Rifai selalu diulang-ulangnya bahwa Zainablah yang akan menghidupkan sunnah dan bukan dirinya. Karena itu benar, kalau Umar dianjurkan untuk meminta doa kepada Zainab dan bukan kepada Rabiah.
Sebagaimana ibunya, Zainab juga punya gelar sebagai 'ibu kaum pria'. Ibunya, Rabiah punya gelar sebagai 'ibu para fakir'. Sebagaimana diakui Ahmad Rifai, keluarganya terikat janji bahwa sepanjang hayat, maka ucapannya akan didengar dan berkahnya akan selalu mengalir.
Maryam, putri Sayyid Ya'qub berkisah, bahwa Zainab pernah berbicara kepadanya tentang kehidupan dan kematian.
"Di dunia ini, kita terlalu sedikit bekerja dan terlalu banyak beristirahat. Tujuan masih jauh dan jalan masih panjang, tubuh lemah dan bekal hanya sedikit, namun kita tidak bisa menghindari perjalanan ini. jika kita mengambilnya sebelum ia mengambil kita, dan jika kita menyambutnya sebelum ia menyambut kita, itu akan lebih baik bagi kita."
Mengapa ia disebut 'ibu kaum pria' karena putra-putra dari Zainab semuanya menjadi ulama dan pemimpin yang istimewa. Selain itu ia berharap menjadi sufi wanita yang mengungguli sufi pria. Bagaimana kezuhudan Zainab? Pernah dikisahkan oleh Al-Zabarjadi seperti berikut:
"Dia belajar Al-Qur’an, mempelajari syariat dan mendengarkan sabda Rasulullah dari pamannya Syaikh Abu al-Badr al-Ansari al-Wasiti, sedangkan orang-orang yang belajar dan mendengarkan ucapan Rasulullah dari Zainab, adalah Syaikh besar Umar Abu al-Faraj al-Faruthi al-Kazaruni. Dia sangat teguh dan memiliki maqam yang mulia."
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar