Wanita Cenderung Anemia
Jumlah zat besi di dalam tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tubuh (kehamilan). Pada orang dewasa sehat, jumlah zat besi diperkirakan lebih dari 4.000 mg, dan sekitar 2.500 mg terdapat dalam sel darah merah (hemoglobin). Zat besi di dalam tubuh sebagian disimpan di hati dalam bentuk ferritin, jumlahnya 1.000 mg, Apabila konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, maka zat besi dari ferritin dimobilisasi untuk memproduksi hemoglobin. Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida (CO), serta membentuk darah. Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap harinya hanya 1 mg atau setara dengan 10 - 20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat besi dalam pangan nabati berbentuk ikatan ferri. Di dalam tubuh, ikatan ferri ini harus dipecah terlebih dulu dalam benluk ferro oleh getah lambung. Dalam pangan hewani, zat besi sudah berada dalam bentuk ikatan ferro yang lebih mudah diserap. Dalam bahasa ilmiah, zat besi dari pangan hewani sering disebut heme-iron, sedangkan yang berasal dari nabati disebut nonheme-iron. Jumlah zat besi yang dikeluarkan tubuh melalui urine, keringat, dan faeses 0,5 - 1,0 mg per hari. Pada wanita jumlah zat besi yang dikeluarkan dua kali lipat lebih banyak daripada pria akibat adanya menstruasi.
Pada masa hamil trimester pertama kebutuhan zat besi sedikit karena tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan janin pun masih lambat. Tapi, menginjak usia kehamilan trimester kedua sampai ketiga, terjadi pertambahan sel darah merah sampai 35% yang ekuivalen dengan 450 mg besi. Pertambahan ini karena meningkatnya kebutuhan oksigen oleh janin yang harus diangkut oleh sel darah merah. Pada saat melahirkan akan terjadi kehilangan darah dan diperlukan tambahan besi 300 - 350 mg. Wanita hamil sampai saat melahirkan memerlukan zat besi sekitar 40 mg/hari atau dua kali lipat kebutuhannya di saat kondidi normal (tidak hamil).
Tidak mengherankan bila banyak wanita hamil akhirnya menderita anemia gizi besi karena kebutuhannya meningkat, tetapi konsumsi makanannya tidak memenuhi syarat gizi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%. Ini berarti 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Selain konsumsi makanan yang buruk, anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kehamilan berulang dalam waktu singkat. Cadangan zat besi ibu yang sebenarnya belum pulih akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya. Itulah sebabnya pengaturan jarak kehamilan menjadi penting untuk diperhatikan, sehingga ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan besinya.
Ibu hamil, karena saking hati-hatinya, suka berpantang makanan tertentu. Ada yang tidak mau makan telur, daging, hati, atau ikan karena alasan yang tidak rasional. Padahal pangan tersebut sumber zat besi yang mudah diserap tubuh. Penyuluh gizi sering tidak berdaya kalau sudah menyangkut aspek sosio-budaya yang telah dipercaya masyarakat secara turun-temurun.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar