Kamis, 26 November 2009

Tes yang pernah dilakukan terhadap beberapa ratus pria yang bersedia menjadi sukarelawan untuk tidak tidur se­lama berhari-hari menunjuk­kan, setelah 4 - 8 hari, me­mang tidak terjadi kemerosot­an fisik yang berarti. Namun dalam 24 jam saja tidak tidur, gejala gangguan mental se­rius sudah terlihat, seperti ce­pat marah, memori hilang, timbul halusinasi, ilusi, dan sebagainya. Meski begitu, dengan tidur kembali keesokan harinya sernua gangguan itu hilang. Malah ada ahli menyatakan, mendingan orang tidak ma­kan dan minum daripada tidak tidur. Tes laboratorium pada hewan menunjukkan, mereka bisa bertahan hidup tanpa makan dan minum sampai 20 hari, tapi tidak tidur hanya bertahan tidak lebih dari lima hari.
Sejumlah ahli yang memo­nitor aktivitas tubuh menuju tidur menambahkan, saat tidur pikiian dan otot-otot kita saling merangsang. Ketegang­an otot menyebabkan korteks terus aktif sedangkan ketegang­an otak menyebabkan otot terus aktif. Kelelahan akan mengurangi irama kerja otot, demikian juga di kala ber­istirahat, sehingga semua ini akan menurunkan kegiatan dalam korteks.
Menurunnya aktivitas da­lam korteks akan membiarkan otot-otot kita semakin rileks. Begitu rangsangan antara pi­kiran dan otot menurun, kita akan mengantuk lalu tertidur. Selagi tidur, jantung kita akan berdetak lebih lamban, tekanan darah menurun, dan pembuluh-pembuluh darah melebar. Suhu badan turun sekitar 0,5º F tetapi perut dan usus tetap bekerja. Sementara tidur, tubuh sekali-kali berge­rak. Gerakan sebanyak 20 - 40 kali masih dianggap nor­mal. Terganggu insomnia ber­arti kerja pikiran dan otot ti­dak berjalan seiring. Pikiran kita akan sulit tertidur bila otot masih tegang. Sebalik­nya, akan sulit bagi otot un­tuk tertidur jika pikiran masih terjaga, tegang, dsh.
Menurut Roan, dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur de­ngan tatanan rapi, bantal enak dan empuk, kurang le­hih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu mencium bantal dalain 3 - 5 menit langsung tertidur.
Gerak bola mata cepat "Tidur itu ada stadiumnya, tidur dangkal dan tidur da­lam," kata Roan. Saat mulai tertidur hingga sekitar I - 1,5 jam kemudian, stadium tidur dangkal berubah menjadi dalam. Saat mencapai tidur dangkal kedua kalinya, bola mata tampak bergerak cepat (rapideye movement sleep = REM Sleep). Ini berlangsung selama 15 - 20 menit, kemu­dian masuk lagi ke stadium yang lebih dalam. Se­telah lewat I - 2 jam, timbul kembali tidur REM tahap 2, yang berlangsung 15 - 20 monit. Selama 7 - 8 jam tidur bisa 4 - 5 kali tidur REM.
Tidur REM beberapa kali harus terjadi selama tidur. Kalau tidak, tidur berikutnya ikut kacau. Seandainya se­lama dua minggu selalu ter­bangun atau dibangunkan dalam stadium tidur REM, hingga minggu berikutnya ba­dan menuntut tidur REM le­bih banyak atau sering mengantuk. Kalau dalam keadaan normal tidur REM hanya 25% dari seluruh tujuh jam tidur, bila selama dua minggu terganggu, membu­tuhkan sampai 65%. Tidur REM ini memberikan ciri be­berapa gangguan jiwa terten­tu. Seseorang yang depresi, tidur REM yang 4 - 5 kali ~olama 7 jam, bergeser lebih dekat dengan awal tidur. Pada lansia, tidur REM bergeser dekat pagi hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar