Rabu, 25 November 2009

tanaman asparagus

Kebun asparagus PT STK terletak di sekitar Kabanjahe dan Brastagi. Kondisi tanaman asparagus di lahan inti dan plasma yang tersebar di bebe­rapa tempat itu kondisinya ti­dak seragam. Perbedaan kondisi itu lebih disebabkan oleh perawatan yang berbeda dari masing­masing petani pemilik. Selain itu perbedaan pertumbuhan juga terlihat menyolok sekali antara lahan beririgasi teknis dengan lahan tadah hujan. Di desa Sukamakmur pertanaman asparagus tampak bagus ka­rena lahannya beririgasi tek­nis. Daunnya tampak hijau tua segar dengan sosok tanaman yang besar dan subur. Semen­tara yang berada di desa Per­teguhan daunnya terlihat kering dan agak kekuningan warnanya serta tanamannya kurus-kurus karena lahan di sana belum berpengairan teknis,
Agaknya hal inilah yang menyebabkan kualitas aspara­gus dari satu petani dengan petani lainnya tidak sama ke­tika melihat asparagus setoran mereka. Perawatan yang kurang intensif menye­babkan asparagus yang diha­silkan tidak lurus dan besarnya kurang maksimum atau bahkan kebesaran. Selain itu warnanya juga campuran putih-hijau atau putih-violet. Sementara petani yang rajin

Keadakdisiplinan panen membuat rebung bany•ak yang hijau atau violet
merawat dan memeriksa ta­namannya setiap hari akan mendapatkan asparagus yang lurus dengan diameter seperti yang diinginkan dan warnanya putih mulus. Rata-rata petani asparagus dapat memanen ha­sil sekitar 20-75 kg per hek­tar per harinya.
Tanaman asparagus di lahan-lahan pertanaman umumnya tidak sama jenisnya. Sebab memang dari dulu PT STK, selalu berganti-ganti va­rietas terus. Semua jenis yang ada dicoba untuk dikem­bangkan, misalnya Lucullus, Schwetzinger, UC 800, Marry Washington, California 309, California 500, dan Brock's Improved. Semua itu dilaku­kan untuk mendapatkan varie­tas yang mampu berproduksi tinggi dan tahan penyakit.Me­nurut Haryanto semua varietas asparagus itu tumbuhnya baik begitu juga produksinya. Te­tapi menanam menggunakan bibit ongkos produksinya lebih tinggi dibandingkan menggunakan benih. Sebab harga bibit asparagus relatif lebih tinggi daripada benih.

v Diproses secara modern
Setelah melihat-lihat Iahan kami menuju Tongkoh untuk melihat proses pengalengan asparagus. Tongkoh terletak di luar Brastagi ke arah Me­dan, melewati gerbang Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Pa­brik ini terletak di tengah­tengah kebun sayuran rakyat. Agak terpencil dan dijaga ketat.
Di dekat ruang tamu ge­dung itu terdapat laborato­rium kecil yang akan memeriksa segala hal yang berhu­bungan dengan pengalengan asparagus.
Siang itu kebctulan ada petani yang terlambat setor hingga kami bisa melihat pro ses penerimaan asparagus oleh pabrik. Asparagus yang datang langsung ditimbang, dicatat, dibawa masuk ke dalam ruang pencucian. Di situ asparagus yang masih dalam keranjang disemprot dengan air meng­alir. Lalu dialirkan ke dalam mesin pencuci yang otomatis membersihkan asparagus satu per satu dari semua kotoran. Mesin ini mempunyai sikat yang terus berputar, pada saat yang sama air pun terus me­ngucur hingga asparagus ber­
sih. Ketika keluar, asparagus langsung disortir menurut be­sarnya. Kemudian dicatat kembali mutu yang didapat pada hari itu dari masing­masing petani. Kemudian ca­tatan akan ditempel di papan-papan pengumuman di setiap tempat pembelian hing­ga setiap petani tahu siapa yang berprestasi menghasilkan rebung berkualitas bagus dan tinggi produksinya.
Asparagus yang telah sele­sai dicuci akan direndam da­lam air dingin, selanjutnya dibawa ke ruang pemotongan dan "blanching" untuk dipro­ses hingga siap untuk dika­lengkan. Di ruang ini pula asparagus dimasukkan ke da­lam kaleng sesuai dengan vo­lume kalengnya. Pemrosesan dilakukan dengan mesin-mesin modern dari awal hingga akhir. Jika pengalengan telah selesai asparagus dibawa ke ruang sterilisasi selanjutnya di­simpan di gudang. Ditumpuk­tumpuk maksimal empat su­sun kelompok kaleng. Sampa; saat ini kemampuan produksi dari pabrik baru 40 persennya saja, yaitu sekitar 7 ton dari kapasitas produksi terpasang yang 20 ton per hari.
Limbah dari pabrik berupa potongan kecil asparagus, ku­lit luar, dan rebung-rebung hi jau maupun putih yang tidak dipakai lagi oleh pabrik di­bawa ke areal-areal penanam­an untuk dibenamkan ke da­lam lahan sebagai pupuk hijau.
Jika dalam waktu dua minggu tidak ada perubahan yang terjadi pada kaleng­kaleng yang disimpan di gu­dang maka bisa dilakukan pe­nempelan label pada tiap-tiap kaleng. Hingga kaleng siap un­tuk dipasarkan.
Saat ini label yang ditem­pelkan masih berupa label merek perusahaan pengaleng asparagus yang sudah terkenal di Jerman Barat. Menurut Haryanto tahun 1993 ini akan mulai dicoba menggunakan merek sendiri dengan men­cantumkan kata buatan Indo­nesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar