v Somatisasi Tak Berbahaya tapi Mencemaskan
"Somatisasi sebenarnya merupakan proses normal lantaran derita emosional terwujud menjadi gejala-gejala fisik," jelas Steven Locke, MD, kepala bagian medis Harvard Pilgrim Health Care, lembaga perawatan kesehatan terbesar di New England, AS. Gejalanya berkisar dari yang wajar-wajar saja, seperti muka memerah sampai yang menakutkan, seperti nyeri dada yang hebat.
Tindkatan manifestasi somatisasi ini pun ada bermacam-rnacam. Beberapa orang hanya mengalami sedikit gejala, sementara yang lainnya banyak.
"Bila gejalanya ringan-ringan saja, somatisasi sebenarnya tidak berbahaya," lanjut Locke. "Bukankah kita semua pernah mengalami derita omosional dengan gejala fiaik, seperti sakit kepala? Bedanya, pada penderita somatisasi ekstrem, gejala fisik itu dapat sampai berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupannya."
Untuk memaharni somatisasi secara benar, harus dimengerti hubungan antara perasaan (emosi), tingkah laku, dan gejala fisik awal. Pikiran dan tubuh, merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, tidak ada emosi yang dialami tanpa ditemani manifestasi fisik dari emosi itu. Demikian juga tidak akan ada sensasi fisik tanpa adanya manifestasi emosional dari pengalaman fisik itu. Jadi, mereka saling berhubungan dan tidak mungkin dipisahkan. Akibatnya, pada saat seseorang mengalami penderitaan secara emosional, semisal pertengkaran atau permusuhan, tidak puas terhadap diri sendiri, kekecewaan atau kehilangan seseorang tanpa dukungan dari lingkaran terdekatnya, maka semua itu akan termanifestasi di badan dengan berbagai macam gejala.
Menurut Kurt Kroenke, MD, guru besar ilmu kedokteran di Indiana University School of Medicine, sekaligus peneliti somatisasi, gejala tak jelas yang dialami oleh penderita penyakit ini meliputi banyak hal. Misalnya, nyeri dada, pening, sakit kepala, sakit punggung, sesak napas, insomnia, sakit pada bagian perut, mati rasa dan perih, sembelit, serta letih.
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan gangguan somatisasi. Yang menarik, sekitar separuh dari pasien mengalami kecemasan atau depresi, meskipun umumnya dapat ditanggulangi sehingga gejala-gejalanya dapat dikurangi. Uniknya, gejala somatisasi cenderung dialami para wanita daripada kaum pria. Bahkan hasil penelitian menunjukkan, pasien wanita pada umumnya pernah mengalami pelecehan fisik atau seksual. Faktor umum lain, kondisi keluarga yang berantakan.
Somatisasi juga cenderung dialami sejak usia muda. Gejalanya mulai-muncul ketika pasien berusia kurang dari 30 tahun. "Kalau gejala fisik yang tidak jelas itu baru muncul di usia 50 atau 60 tahun, kecil sekali kemungkinan itu kasus somatisasi. Dalam kasus seperti itu, dokter mesti mencari kemungkinan adanya gangguan depresi atau. kecemasan," jelas Kroenke.
Kamis, 26 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar