Kamis, 26 November 2009

Somatisasi Tak Berbahaya tapi Mencemaskan

v Somatisasi Tak Berbahaya tapi Mencemaskan
"Somatisasi sebenarnya merupakan proses normal lantaran derita emosional ter­wujud menjadi gejala-gejala fisik," jelas Steven Locke, MD, kepala bagian medis Harvard Pilgrim Health Care, lembaga perawatan kesehatan terbesar di New England, AS. Gejala­nya berkisar dari yang wajar­-wajar saja, seperti muka me­merah sampai yang mena­kutkan, seperti nyeri dada yang hebat.
Tindkatan manifestasi so­matisasi ini pun ada berma­cam-rnacam. Beberapa orang hanya mengalami sedikit ge­jala, sementara yang lainnya banyak.
"Bila gejalanya ringan-ri­ngan saja, somatisasi sebe­narnya tidak berbahaya," lanjut Locke. "Bukankah kita semua pernah mengalami derita omosional dengan ge­jala fiaik, seperti sakit kepala? Bedanya, pada penderita somatisasi ekstrem, gejala fisik itu dapat sampai berpeng­aruh terhadap seluruh aspek kehidupannya."
Untuk memaharni soma­tisasi secara benar, harus dimengerti hubungan antara perasaan (emosi), tingkah la­ku, dan gejala fisik awal. Pi­kiran dan tubuh, merupakan kesatuan yang tak terpisah­kan, tidak ada emosi yang dialami tanpa ditemani ma­nifestasi fisik dari emosi itu. Demikian juga tidak akan ada sensasi fisik tanpa ada­nya manifestasi emosional dari pengalaman fisik itu. Ja­di, mereka saling berhubung­an dan tidak mungkin dipi­sahkan. Akibatnya, pada saat seseorang mengalami penderitaan secara emosional, se­misal pertengkaran atau per­musuhan, tidak puas terha­dap diri sendiri, kekecewaan atau kehilangan seseorang tanpa dukungan dari lingkar­an terdekatnya, maka semua itu akan termanifestasi di ba­dan dengan berbagai macam gejala.
Menurut Kurt Kroenke, MD, guru besar ilmu kedokteran di Indiana University School of Medicine, sekaligus peneliti somatisasi, gejala tak jelas yang dialami oleh penderita penyakit ini meliputi banyak hal. Misalnya, nyeri dada, pening, sakit kepala, sakit punggung, sesak napas, insom­nia, sakit pada bagian perut, mati rasa dan perih, sembelit, serta letih.
Ada banyak faktor yang berkaitan dengan gangguan somatisasi. Yang menarik, se­kitar separuh dari pasien mengalami kecemasan atau depresi, meskipun umumnya dapat ditanggulangi sehingga gejala-gejalanya dapat diku­rangi. Uniknya, gejala soma­tisasi cenderung dialami para wanita daripada kaum pria. Bahkan hasil penelitian me­nunjukkan, pasien wanita pa­da umumnya pernah meng­alami pelecehan fisik atau seksual. Faktor umum lain, kondisi keluarga yang berantakan.
Somatisasi juga cenderung dialami sejak usia muda. Ge­jalanya mulai-muncul ketika pasien berusia kurang dari 30 tahun. "Kalau gejala fisik yang tidak jelas itu baru muncul di usia 50 atau 60 tahun, kecil sekali kemungkin­an itu kasus somatisasi. Da­lam kasus seperti itu, dokter mesti mencari kemungkinan adanya gangguan depresi atau. kecemasan," jelas Kroenke.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar