Minggu, 29 November 2009

Racun Ketela Pohon 1

Racun Ketela Pohon

Para penggemar singkong hendaknya berhati-hati. Kalau melahap singkong gendruwo bisa-bisa mendapat petaka.
Sekitar 68 siswa SID Wirataman-Ill Kec. Ampelgading, Malang, beberapa waktu lalu merasa pusing, mual, muntah, badan lemah, lalu pingsan setelah makan keripik singkong. Mereka membeli keripik tersebut dari pedagang kaki lima di luar pagar sekolah. Untunglah, setelah mendapat pertolongan dan dirawat beberapa waktu di Rumah Sakit Sjaiful Anwar, Malang, dan puskesmas setempat, semua korban sembuh dan pulang kembali ke rumah masing-masing.
Kasus keracunan makanan seperti itu memang sering terjadi. Korbannya kebanyakan anak-anak, karena jajanan tradisional yang mereka beli terkadang tidak higienis dan kurang memenuhi syarat kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan penjualnya kebanyakan masyarakat awam yang kurang paham soal persyaratan membuat makanan sehat. Buktinya, penjaja keripik tersebut mengaku tidak tahu jenis singkong bahan keripiknya.

v Racun glikosida sianogenik
Singkong atau ubi kayu sebenarnya ada 2 jenis, yang rasanya manis dan pahit. Yang manis dari Manihot palmata atau Manihot alpi (keluarga Euphorbiaceae) dan yang pahit adalah Manihot utilissima. Yang rasanya pahit mengandung senyawa organik berupa glikosida sianogenik, umumnya beracun.
Di dunia tumbuhan, dia termasuk satu dari 2.000 tanaman yang dilaporkan mengandung glikosida sianida. Singkong jenis ini sering meracuni rakyat di beberapa negara di Benua Afrika yang banyak mengkonsurnsi ubi kayu sebagai sumber karbohidrat. Sebaliknya, di Indonesia tanaman yang sama jarang ditanam maupun dikonsumsi akibat adanya senyawa kimia yang mengerikan itu. Namanya pun akhirnya dipilih dari salah satu jenis hantu, yaitu gendruwo.
Senyawa glikosida sianogenik, kebanyakan ditemukan dalam tanaman yang banyak dikonsumsi masyarakat, akan diubah menjadi gula monosakarida (glukosa atau gentibiose) dan beta-hidroksi nitril oleh enzim beta-glukosidase. Lalu, enzim liase memecah beta-hidroksi nitril dan menghasilkan gas hidrogen sianida (HCN = asam sianida atau asam biru). Gas HCN juga dapat timbul akibat penghancuran ubi yang memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis di atas.



Para penggemar singkong hendaknya berhati-hati. Kalau melahap singkong gendruwo bisa-bisa mendapat petaka.
Sekitar 68 siswa SID Wirataman-Ill Kec. Ampelgading, Malang, beberapa waktu lalu merasa pusing, mual, muntah, badan lemah, lalu pingsan setelah makan keripik singkong. Mereka membeli keripik tersebut dari pedagang kaki lima di luar pagar sekolah. Untunglah, setelah mendapat pertolongan dan dirawat beberapa waktu di Rumah Sakit Sjaiful Anwar, Malang, dan puskesmas setempat, semua korban sembuh dan pulang kembali ke rumah masing-masing.
Kasus keracunan makanan seperti itu memang sering terjadi. Korbannya kebanyakan anak-anak, karena jajanan tradisional yang mereka beli terkadang tidak higienis dan kurang memenuhi syarat kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan penjualnya kebanyakan masyarakat awam yang kurang paham soal persyaratan membuat makanan sehat. Buktinya, penjaja keripik tersebut mengaku tidak tahu jenis singkong bahan keripiknya.

v Racun glikosida sianogenik
Singkong atau ubi kayu sebenarnya ada 2 jenis, yang rasanya manis dan pahit. Yang manis dari Manihot palmata atau Manihot alpi (keluarga Euphorbiaceae) dan yang pahit adalah Manihot utilissima. Yang rasanya pahit mengandung senyawa organik berupa glikosida sianogenik, umumnya beracun.
Di dunia tumbuhan, dia termasuk satu dari 2.000 tanaman yang dilaporkan mengandung glikosida sianida. Singkong jenis ini sering meracuni rakyat di beberapa negara di Benua Afrika yang banyak mengkonsurnsi ubi kayu sebagai sumber karbohidrat. Sebaliknya, di Indonesia tanaman yang sama jarang ditanam maupun dikonsumsi akibat adanya senyawa kimia yang mengerikan itu. Namanya pun akhirnya dipilih dari salah satu jenis hantu, yaitu gendruwo.
Senyawa glikosida sianogenik, kebanyakan ditemukan dalam tanaman yang banyak dikonsumsi masyarakat, akan diubah menjadi gula monosakarida (glukosa atau gentibiose) dan beta-hidroksi nitril oleh enzim beta-glukosidase. Lalu, enzim liase memecah beta-hidroksi nitril dan menghasilkan gas hidrogen sianida (HCN = asam sianida atau asam biru). Gas HCN juga dapat timbul akibat penghancuran ubi yang memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis di atas.

1 komentar: