Jumat, 27 November 2009

Penderitaan Penyandang Basedow

Penderitaan Penyandang Basedow
Sekitar satu setengah tahun ke­mudian, dokter berkesimpulan basedow yang ada pada mata saya tergolong bandel padahal leher saya tidak membe­sar. Setiap kali la menurunkan dosis PTU, kelenjar thyroid saya menjadi lebih aktif. la menganjur­kan saya menjalani operasi, jika saya ingin bebas dari ketergan­tungan pada PTU.
Sebelum menjalani operasi, saya harus menjalani masa persiapan selama sepuluh hari. Setiap hari saya disuguhi satu sloki minuman yang warnanya seperti sirup gra­pe. Ternyata minuman itu yodi.­um. PTU waktu itu dihentikan. Menurut dokter yang merawat saya, salah satu tujuan persiapan ini adalah untuk menghiridari per­darahan yang berlebihan saat operasi berlangsung. Sesaat setelah operasi selesai dijalankan, saya tidak di bawa ke ruang ICU, melainkan langsung ke kamar di mana saya dirawat sebelumnya. Begitu setengah sa­dar, saya merasakan leher saya panas seperti terbakar. Waktu itu­lah saya mendengar ayah saya berbisik di telinga saya, "Ayo ngomong ...." Ia terus mengulang permintaan itu, sampai akhirnya keluar kata dari mulut saya, "Haus ...." Langsung ayah saya tertawa gembira. Ternyata sebe­lumnya ia khawatir suara saya berubah atau hilang sama sekali. Tapi anehnya mata saya tampak semakin menonjol sampai menu­tup pun tak bisa rapat. Ketika calon suami saya menanyakan sebabnya, dokter menyatakan karena tubuh saya baru saja mengalami rasa sakit dan stress. Saya pikir pasti orang yang melihat saya ngeri, karena mata saya tidak bisa tertutup rapat, sedangkan pipa infus dan kateter masuk ke tubuh saya. Malam itu juga saya sudah dapat makan nasi dengan sate dan empat hari ke­mudian saya diperbolehkan pu­lang.

v Jangan mengundang stress
Hal itu terjadi empat tahun yang lalu. Jahitan saya kini hampir tak kentara dan yang lebih me­nyenangkan lagi: dalam dua kali pengecekan kelenjar thyroid saya normal saja. Saya juga tidak lagi tergantung pada obat apa pun. Namun, dokter ahli penyakit da­lam saya selalu mengingatkan se­bagai bekas penderita basedow, saya sedapat mungkin jangan de­ngan sengaja mengundang datang­nya stress agar tidak kambuh, walaupun dalam hidup ini pasti selalu ada stress. Yang menurut pene­litian, jauh lebih banyak penderita basedow wanita daripada pria. Sebab-sebabnya belum jelas, tapi diduga faktor psikis adalah pence­tus utama penyakit ini.
Sayang, penyakit kurang ajar ini sempat meninggalkan kenang-ke­nangan pada saya. Kini mata saya tidak sama betul, kanan dan kiri. Yang sebelah kiri sudah pulih kembali, tapi yang kanan masih kelihatan menonjol. Ketika dua kali saya mengalami keguguran kandungan ada dokter yang lang­sung menghubungkannya dengan basedow yang pernah saya derita. Terlepas dari benar tidaknya anggapan itu, rupanya basedow membuat trauma hingga saya bertekad tidak melupakannya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar