Pembekalan Jiwa Remaja
Selain konsep diri yang positif, anak juga perlu dibekali sembilan aspek yang harus dikembangkan secara bersamaan. Kesembilan aspek itu mulai dari faktor kesehatan, tauhid, ibadah, ahlak, hubungan sosial, emosi, kecerdasan, ketrampilan hidup, sampai masalah seksual.
Remaja harus diberi batasan yang jelas. Mereka harus dibekali rambu-rambu yang jelas, mana perbuatan dosa, mana yang tidak. Kehidupan hari-hari itu harus memiliki batasan yang jelas dan tegas. Selain itu, mereka juga memerlukan penjelasan yang masuk akal dari batasan yang diberikan.
Dalam kaitannya dengan masalah seksual, Ely meminta orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya. "Dari hasil penelitian di beberapa propinsi menunjukkan orang tua tidak tahu kapan anak laki-lakinya pertama kali mimpi basah. Mereka kira-kira kalau suaranya sudah berubah. Bagaimana kalau anak di kamarnya membaca hal-hal yang merangsang, terus dia klimaks, dia tidak tahu yang mana madzi yang mana mani. Tidak tahu yang mana yang harus mandi yang mana yang wudhu. Terus ibunya memanggilnya menyuruh sholat Dhuzur, dia shalat tanpa mandi. Padahal, hasil penelitian saya anak kelas 4 SD sekarang 20% sudah mengalami menstruasi dan mimpi basah," papar Ely.
Dengan pembekalan yang memadai, anak akan siap menghadapi lingkungan di luar dirinya. Tetapi tentu saja, tetap dibutuhkan pengawasan dari orang tua. Remaja tidak bisa dilepas sepenuhnya. Yang mesti diingat, dalam melakukan pengawasan, hendaknya orang tua menghindari intimidasi. "Jangan bertindak sebagai sebagaimana CIA, FBI. Kalaupun melakukan itu, jangan sampai anak tahu." Remaja tetap harus diperlakukan dengan respek. Mereka tetap harus dhargai hak dan privasinya. Remaja sudah memasuki tahap 7 yang ketiga dari periode pentahapan pendidikan anak versi Ali bin Abi Thalib, yaitu menjadikan mereka sebagai teman.
Dari Ummu Salamah Rda mengatakan: Ummu Sulaim datang menemui Rasulullah Saw seraya mengatakan: Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak pernah malu menerangkan kebenaran. Adakah seoeranmg wanita wajib mandi tatkala mimpi basah?. Rasulullah pun menjawab: ya, jika ia melihat air (mani di pakaian dalamnya). Lantas Ummu Sulain menutupi wajahnya (karena malu). Ia melanjutkan pertanyaannya kembali: Adakah seorang wanita mimpi basah?. Beliau mengatakan: Ya. Semoga engkau bertudung kesejahteraan. Tersebab apa, seorang anak bisa menyerupai ibunya?
(HR. Bukhari dalam Kutubut Tis’ah, hadits no. 127).
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar