Sabtu, 28 November 2009

Menuntut Ilmu pada 3000 Ulama

Menuntut Ilmu pada 3000 Ulama



Al-Imam Adz-Dzahabi berasal dari Turkmenistan. Dia dilahirkan pada 673 H di Mayyafariqin Diyar Bakr. Adz-Dzahabi dikenal dengan kekuatan hafalan, kecerdasan, kewara'an, kezuhudan, kelurusan akidah, dan kefasihan lisannya.
Adz-Dzahabi menuntut ilmu sejak usia dini dan ketika berusia 18 tahun menekankan perhatian pada dua bidang ilmu: llmu-ilmu Alquran dan Hadis Nabawi. Dia menempuh perjalanan yang jauh dalam mencari ilmu ke Syam, Mesir, dan Hijaz (Makkah dan Madinah). Adz-Dzahabi mengambil ilmu dari para ulama di negeri-negeri tersebut.
Di antara para ulama yang menjadi guru-gurunya adalah: Ibnu Taimiyah, Al-Hafizh Jamaluddin Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi dan Al-Hafizh Alamuddin Abdul Qasim bin Muhammad al-Birzali. Ketiga ulama di atas adalah yang banyak memberikan pengaruh terhadap kepribadiannya. Dan masih banyak lagi ulama yang menjadi gurunya. adz-Dzahabi memiliki Mu'jamasy-Syuyukh(Daftar Guru-guru). Ia menuntut ilmu kepada kurang lebih 3000 ustad.
Ash-Shafadi berkata, "Adz-Dzahabi seorang hafizh yang tidak tertandingi, penceramah yang tidak tersaingi, mumpuni dalam hadits, memiliki pengetahuan yang sempurna tentang biografi manusia. Menghilangkan ketidak-jelasan dan kekaburan dalam sejarah manusia. Ia memiliki akal yang cerdas. Dia banyak memiliki karya ilmiah, lebih mengutamakan hal yang ringkas dalam tulisannya dan tidak berpanjang lebar. Dia adalah faqih dalam pandangannya, memiliki banyak pengetahuan tentang perkataan-perkataan ulama, madzhab-mad-zhab para imam salaf dan para pemilik pemikiran."
Adz-Dzahabi berpendapat, barangsiapa yang sengaja ingin menggabungkan ilmu para nabi dengan ilmu para ahli filsafat dengan mengandalkan kecerdasannya maka pasti dia akan menyelisihi para nabi dan para ahli filsafat. Dan barangsiapa yang berjalan di belakang apa yang dibawa oleh para rasul, maka sungguh dia telah menempuh jalan salaf dan menyelamatkan agama dan keyakinannya, "Lebih berilmu dari pada Fulan; maka sungguh celakalah dia."
Adz-Dzahabi berkata, "Yang dibutuhkan oleh seorang hafizh adalah hendaknya bertakwa, cerdas, mahir Nahwu, mahir ilmu bahasa, memiliki rasa malu dan salafi."
Adz-Dzahabi berpendapat, "Ahli hadits sekarang hendaknya memperhatikan kutubus sittah, musnad Ahmad dan Sunan Baihaqi. Dan hendaknya teliti terhadap matan-matan dan sanad-sanadnya, kemudian tidak mengambil manfa'at dari hal itu hingga dia bertakwa kepada Rabbnya dan menjadikan hadits sebagai dasar agama. Kemudian ilmu bukanlah dengan banyak riwayat, tetapi dia adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati dan syaratnya adalah ittiba' (mengikuti nabi Saw) dan menjauhkan diri dari hawa nafsu dan kebid'ahan."
Adz-Dzahabi berkata, "Kebanyakan ulama pada zaman ini terpaku dengan taqlid dalam hal furu', tidak mau mengembangkan ijtihad, tenggelam dalam logika-logika umat terdahulu dan pemikiran ahli filsafat. Dengan demikian, bencana pun meluas, hawa nafsu menjadi hukum dan tanda-tanda tercabutnya ilmu semakin nampak. Semoga Allah merahmati seseorang yang mau memperhatikan kondisi dirinya, menjaga ucapannya, selalu membaca Alquran, menangis atas kejadian zaman, memperhatikan kitab .ash-Shahihain dan beribadah kepada Allah sebelum ajal datang secara tiba-tiba."
Beliau memiliki sekitar 100 karya tulis. Al-lmam adz-Dzahabi wafat pada malam Senin, 3 Dzulqa'dah 748 H, di Damaskus, Syiria dan dimakamkan di peku-buran Bab ash-Shaghir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar