Mental anak menghadapi ramadhan
Pengenalan puasa sudah dapat dimulai sejak anak mampu membedakan tangan kanan dan kiri. Atau, sekitar usia tiga tahun. Karena pada saat itu anak sudah mampu saling berbagi. Menurut Neno, pada masa itu orang tua cukup mengenalkan saja. Belum sampai pada tahap memberlakukan, apalagi memberikan sanksi.
Namun, bukan berarti proses pengenalan sejak dini tidak dilakukan sama sekali. Bila anak yang berusia dua tahun, ikut terbangun di saat sahur, orang tua sebaiknya menawarkan apakah anak mau ikut sahur atau tidak. Bila kakak-kakaknya sudah berpuasa, sebaiknya adik yang masih kecil juga diajarkan untuk menghormati orang yang berpuasa. "Eh, kakak sedang puasa, Ade maemnya di dalam yaa..."
Menurut Neno, proses persiapan itu penting dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Dua bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan pengenalan itu seharusnya sudah didengung-dengungkan di telinga anak. Misalnya, saat sedang santai bersama anak-anak, ibu bisa mengingatkan mereka.
Berdasarkan pengalamannya, anak-anak membutuhkan motivasi darinya untuk menjalankan puasa terutama untuk yang pertama kali. Neno menyengajakan untuk mengingatkan mereka saat sedang santai. "Sebentar lagi kita puasa. Subhanallah, tahun lalu Odi puasa lengkap, 30 hari. Pada usia Dek Odi 4 tahun. Nah, sekarang Dek Odi 5 tahun, pastilah Dek Odi akan mengulang kembali kesuksesan tahun lalu. Setelah itu Neno akan melanjutkan dengan menceritakan mereka tentang peristiwa di bulan puasa di zaman Rasulullah, hadits-haditsnya, keutamaan orang-orang yang berpuasa, dan seterusnya. Proses itu sangat berarti bagi persiapan mental anak-anak menjelang puasa.
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar