Selasa, 24 November 2009

Mengasah Kreativitas Anak

Mengasah Kreativitas Anak
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih (QS. Saba’: 13)
S
eni merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas anak sejak dini. Namun, kadang orang tua luput mengenalkan seni dalam keseharian dunia anak-anak.

v Rekreasi dengan Kreativitas
Menurut Prof S.C. Utami Munandar, Guru Besar Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan multidimensi karena dapat ditinjau dari berbagai aspek. Kreativitas dapat ditinjau dari 4P, yaitu aspek pribadi, pendorong, proses dan produk.
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan pribadi individu. Kreativitas muncul dari orisinalitas pemikiran individu. Pada dasanya anak-anak memiliki potensi kreativitas yang luar biasa karena mereka memiliki kreativitas alamiah. Ciri khasnya antara lain adalah anak-anak senang bereksplorasi, banyak bertanya, dan tidak pernah bosan. Anak yang kreatif memiliki kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam mengungkapkan gagasan, pemikiran, dan perilaku. Ia mempunyai daya imajinasi yang kuat.
Dari sisi pendorong, kreativitas anak dapat berkembang jika ada pendorong intemal (diri sendiri) dan eksternal (lingkungan) yang memupuk dan mendorong pemikiran, perasaan, sikap, dan perilaku kreatif. Sementara, dari sisi proses adalah kemampuan untuk menemukan hubungan yang baru antara unsur yang sudah ada dalam mencari jawaban baru terhad.ap suatu masalah. Semua hal itu akan menghasilkan produk kreativitas dalam berbagai bentuk.
Sayangnya, menurut Utami, kebanyakan orang tua hanya mementingkan produk kreativitas tanpa melihat aspek penting lainnya. Bagi anak-anak, kreasi sekaligus merupakan rekreasi. Ia berpendapat bahwa seni adalah salah satu media yang dapat dipakai sebagai pengembangan kreativitas anak. Ekspresi meialui seni.
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS. Al-Ankabut: 20).
Tri Aru Wiratno, Dosen Seni Murni Insititut Kesenian Jakarta, mengatakan bahwa seni adalah ekspresi diri yang subyektif. Subyektif karena menyangkut perasaan, dan imajinasi pribadi. Oleh karena itu, seni merupakan bagian dari kehidupan karena ia merupakan representasi dari kepribadiannya. Manusia sebagai individu yang unik akan menghasilkan ekspresi yang sifatnya juga unik. Oleh karena itu, produk seni dari tiap orang memiliki ciri khas yang unik. Hal ini juga diakui Islam yang sejak dahulu telah menjunjung tinggi peradaban dan kesenian, sebagaimana Rasulullah sempat menyaksikan tarian orang-orang
Dari Anas bin Malik Ra mengatakan: Tatkala Rasulullah Saw datang di Madinah (di awal hijrah) orang-orang Habasyah saking gembiranya, mereka mempermainkan tombak-tombaknya.
(HR. Abu Daud dalam kitab Adab dalam Kutubut Tis’ah, hadits no. 4277).
Dari Rubaiyi’ binti Mu’awwidz mengatakan: Rasulullah Saw pada suatu pagi memasuki (rumah) ku ketika aku menjadi menjalani prosesi pengantin. Beliau lantas duduk di karpetku sebagaimana kamu duduk. Sedangkan banyak ketika itu banyak gadis yang memukul terbang seraya meratapi ayah mereka yang menjadi korban perang Badar. Di antara mereka ada yang melantunkan syair:
Di kumpulan kita ada sosok Nabi
Tahu apa yang terjadi esok hari
Segera saja Rasulullah menyahut: Janganlah kalian mengutarakan ucapan seperti itu. Ucapkan saja kalimat lain yang kalian kehendaki.
(HR. Bukhari dalam bab Maghazi, Kutubut Tis’ah, hadits no. 3700).
Dengan seni anak dapat mengkoordinasikan suatu persoalan dengan baik. Ia juga mampu memberikan respon sesuai dengan hasil yang masuk melalui panca inderanya. Anak mampu mengoptimalkan semua potensi yang ada dalam diri manusia. Mulai dari tangan. mata, telinga, hidung, mulut, dan kaki untuk bisa membedakan setiap rasa, bau, dan kondisi setiap keadaan. Kemampuan itu dapat diajarkan dalam keseharian anak. Bagaimana perbedaan bau sampah, bau tanah yang tersiram air hujan, aneka wangi bunga, dan lain-lain. Misalnya, saat berada di pasar, ibu bertanya kepada anak, "Ayo, bau apa yang menyengat di sini?" Dalam dunia seni peran. kemampuan untuk mengenali rasa dan bau merupakan dasar untuk berakting.
Dalam kehidupan, kemampuan itu akan mengasah sensitivitas dan kepekaan anak. Anak yang sudah dikenakan seni sejak kecil, ketika ia punya keinginan kuat untuk mengekspresikan perasaannya seperti orang yang mau melahirkan. Misalnya, anak yang senang dengan seni lukis, saat sedang kesal, sedih, atau marah, maka dorongannya untuk melukis sangat besar. Setelah melukis, ia akan merasa lega karena telah mengekspresikan perasaannya.
Dengan mengenali aneka rasa dan suasana, menurut Aru, orang tua juga dapat mengarahkan anak untuk menikmati setiap keadaan. Orang tua dapat mengingatkan bahwa inna maal usri yuro, setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. Bahwa setiap kepedihan memiliki tingkatan dan dapat dinikmati sebagai sebuah kesenangan karena segala hal dalam kehidupan ini saling berhubungan. Dalam hal ini, salah seorang tokoh ilmuwan Islam, AI-Farudi, mengatakan bahwa alam adalah sebuah teater karena semua yang Allah ciptakan menjalani peran masing-masing. Bila permainan peran ini tidak bak, maka yang terjadi adalah kehancuran.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?(QS. Al-An’am: 32).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar