Senin, 30 November 2009

Mendengarkan Curhat Anak

Mendengarkan Curhat Anak

Saya tidak berencana punya 9 anak. menikah tahun 1981, kami berencana punya 4 anak saja. Alasannya karena anak segitu bisa ditampung di meja makan dengan enam kursi untuk ibu, ayah, dan 4 anak. Tahun 1981 sampai 1984 saya bertugas sebagai dokter di sebuah Puskesmas di Bali. Sebagai dokter, saya seharusnya mencontohkan dua anak saja cukup, maka kami pun menunda keinginan untuk punya anak lebih. Saat itu kami sudah punya 2 anak iaki-laki. Seteah kembali ke Jakarta dan saya mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (F-Ul), kami memprogramkan punya anak lagi. Kemudian 2 anak kami lahir berurutan, anak pertama lahir tahun 1987, saya melanjutkan kuliah ke UCLA, Los Angeles, dan Universitas Ithaca, New York, AS. Saya kuliah di sana selama 5 tahun. Kcluarga, saya bawa serta. Di sana, sebagai mahasiswa yang hidupnya pas-pasan, anak-anak kami ajarkan untuk hidup sederhana. Alhamdullilah, anak-anak mudah diatur dan sangat penurut. Hingga kini mereka suka kehidupan sederhana dan lebih suka bergaul dengan teman-temannya yang kekurangan. Saya pikir, 4 anak sudah eukup. Ketika kembali ke Jakarta tahun 1992 anak keempat (waktu itu bungsu) sudah masuk sekolah. Istri saya mengeluh rumah terasa sepi jika anak-anak sedang pergi sekolah. Kami kembali memprogramkan punya anak lagi. Lahirlah bayi perempuan tahun 1994. Sayang, dia meninggal ketika berusia 4 tahun. Istri saya masih merasa kesepian sehingga kami programkan untuk punya anak keenam. Anak-anak kami yang berikutnya lahir tanpa kami programkan. Mengurus anak banyak tak sesulit yang dibayangkan Tapi memang empat anak yang lahir pertama iebih mudah diatur. Mereka sendiri sering protes pada kenakalan adik-adiknya. Mungkin karena empat anak yang terakhir ini lahir saat ekonomi sudah mulai mapan. Mereka lebih lincah, aktif dan agak susah diatur. Kalau saya pulang ke rumah pasti mereka langsung berhamburan. Ada yang minta gendong di (tangan) kiri dan kanan. Ini yang saya rindukan kalau jauh dari rumah. Kalau berantem sih pasti ada, namanya juga anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar