Kebersihan dan disiplin
Sebelum si kembar empat dilahirkan, Yuflihah juga sudah merancang-rancang bagaimana merawat dan mendidik anak-anaknya nanti. "Nomor satu menjaga kebersihan, disiplin dan tidak terlalu memanjakan," katanya. Ia hanya bisa memberikan ASI selama 6 bulan. Itu pun tidak setiap hari. Sebagai makanan tambahan diberikan susu kaleng. Buat si kembar empat, susu sekaleng hanya untuk satu hari! "Kalau ada satu yang sedang sakit, ia langsung 'dikarantina'. Yang lain harus dijauhkan sampai yang sakit sembuh," kata Yuflihah yang sarjana akuntansi ini. Kalau ia sendiri terkena flu, ia mengurung diri selama I - 2 hari. Urusan anak-anak diserahkan kepada ketiga pembantunya. Sekali waktu Arvan terkena muntaber, padahal sang ayah sedang tidak di rumah. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya. Anak langsung diberi oralit sebelum di bawa ke dokter, sementara anak-anak yang lain "diungsikan". Makanan dan peralatan makan dijaga kesterilannya. Beruntung Yuflihah tidak mudah panik, karena sudah berpengalaman membantu kakaknya merawat anak balita di sebuah Balai Kesebatan Anak di Ambarawa, jawa Tengah.
Kini si kembar 4 sudah mulai bisa berjalan, hanya Anggit yang sedikit ketinggalan. Beratnya bervariasi, mulai dari 11 kg sampai 13 kg. Mereka tidak lagi diberi susu, karena sudah diberi nasi sejak usia setahun. "Lauknya yang murah meriah saja, sama dengan orang dewasa: sayur asam, sayur lodeh ditambah tempe, tahu, atau teri," ujar Yuflihah. "Cuma untuk si kembar saya tambahkan kaldu."
Menurut Yuflihah, ia masih sulit mendisiplinkan mereka agar tidak ngompol. Maka supaya tidak boros diapers, celana karet mereka dilapisi popok. Sejak bayi anak-anak ini juga dibiasakan tidur pada waktunya. Begitu magrib tiba, mereka sudah berada di kamar dengan seorang pembantu, sementara sang ibu mengajari anak sulungnya, Yogi (6), membuat PR.
Kalau ada undangan ulang tahun, mereka datang secara bergiliran. "Soalnya, kami tidak mau anak kembar kami malah yang menarik perhatian orang, bukannya anak yang sedang berulang tahun."
Dengan 5 anak yang masih kecil, rumah pasangan Sugiyarto-Yuflihah ini tetap tampak bersih dan apik. Waktu mereka mulai belajar berjalan, semua perabotan rumah kmgga serta hiasan memang disingkirkan supaya mereka bergerak leluasa. Tapi, kini anak-anaknya diajari untuk tidak mengacak-acak hiasan ataupun pot-pot tanaman kaktus yang diletakkan di sekitar ruang tamu Jari mereka kadang saya tempelkan pada duri kaktus supaya merasakan sakitnya kalau memegang kaktus," ceritanya. Yuflihah menyediakan ruang khusus untuk bermain. "Mereka tidak pernah saya belikan mainan yang sama. Mereka dilatih harus bisa berbagi."
Meskipun kembar, mereka memiliki ciri watak masing-masing. Ajeng itu lembut, Arvant dinilai sedikit badung tapi pemberani dan penuh humor, begitu. ibunya mendendangkan lagu, ia langsung berjoget. Arif yang kecil perawakannya, paling manja dan perasa; kalau melihat ibunya berdandan rapi, ia langsung tahu sang ibu akan pergi dan langsung rewel minta ikut. Sedangkan Anggit tampak berkemauan keras.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar