Kamis, 26 November 2009

Memenej Perasaan Agar Tidak Stress

v Perasaan, bukan pikiran
Kalau dengan upaya yang dilakukan sendiri, stres tetap saja bercokol, maka orang kemudian mencari pertolong­an dari profesional yang menawarkan pelbagai metode manajemen stres. Tidak se­lalu stres harus diatasi dengan pikiran. Ada juga metode manajemen stres gaya baru, misalnya Heart Math. Teknik manajemen stres yang ber­asal dari Kalifornia, AS, ini memanfaatkan perasaan-pe­rasaan positif yang dibangkit­kan oleh kenangan manis terutama oleh musik, untuk mengubah irama detak jan­tung, sehingga kesehatan mental dan fisik si empunya jantung dapat diperbaiki.
Apa iya, teknik aneh be­gini mujarab? Heart Math berfokus pada jantung. impuls listrik dan kekuatan elektro­magnetik jantung yang luar biasa itu dimanfaatkan, ka­rena, “Perasaanlah yang mampu mengubah detak jantung, bukan pikiran," jelas dr. Alan Watkins, tenaga pe­neliti di Southampton University, Inggris, yang telah mene­laah kaitan antara otak dan sistem kekebalan tubuh, seka­ligus perwakilan pertama Heart Math di negen mendiang Putri Diana itu.
Otak dan jantung senan­tiasa berkomunikasi lewat impuls listrik yang dikirim lewat saraf vagus, semacam jalan raya bebas hambatan di dalam jaringan saraf yang mengangkut informasi. Pada saat kita didera ketakutan atau ditekan stres, misalnya, otak memberi tahu jantung agar berdetak lebih cepat. Dengan menjaga kondisi emosional kita, diharapkan kita dapat menjaga juga kualitas informasi antara otak dan jantung ini sehingga pada gilirannya kerja jantung dan kerja sistem kekebalan tubuh juga dipelihara. Menurut penggemarnya, teknik Heart Math ini melahirkan manfaat ganda: pikiran lebih jernih dan kesehatan lebih baik.
Dalam pelatihan di beberapa perusahaan, subjek yang dilatih dihubungkan dengan monitor jantung untuk melihat sendiri bagaimana ia dapat mengubah irama detak jantungnya. Bila ia dibuat cemas atau frustrasi (salah satu cara pa­ling tokcer adalah menyuruhnya mela-kukan hitungan keras-keras di depan umum), naik-turunnya grafik detak jan­tung langsung berubah curam tajam dan tak teratur. Sebaliknya, bila disuruh membangkitkan perasaan positif, misalnya perasaan senang di saat memeluk anaknya atau berjalan-jalan di taman, subjek akan melihat bagaimana grafik detak jantungnya berubah lembut teratur.
Ritme yang begini berkaitan dengan kesehatan yang lebih baik karena informasi dari jantung ke otak lebih kompak, dan jelas. Kata Watkins, "Dengan teknik ini kita jadi tahu bahwa otak dapat dihujani dengan informasi yang kacau balau atau yang teratur dalam pola yang kom­pak."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar