Anoreksian hingga hormon
Obat pelangsing umumnya berupa obat penekan nafsu makan dan kebanyakan termasuk golongan amfetamin, seperti amfetamin, dekstroamfetamin, maupun metaamfetamin. Jenis ini dikenal sebagai obat antikegemukan, atau anoreksian. Karena efektivitas jangka panjangnya masih dipertanyakan, di samping mempunyai efek sampingan membahayakan (seperti ketagihan, susah tidur, hipertensi, detak jantung tidak teratur, mulut kering, impotensi, sembelit, dan alergi), maka sejak 1980 penggunaannya dilarang di Amerika Serikat. Sebagai gantinya digunakan fenilpropanilamin (ppa). Sementara di Indonesia obat amfetamin masih banyak beredar.
Obat pelangsing mempunyai fungsi menekan nafsu makan, bekerja sebagai perangsang susunan saraf pusat (otak). Obat tersebut mempengar-uhi pusat pengontrol nafsu makan di hipotalamus, yaitu bagian dari otak. Namun pengaruhnya hanya sebentar, karena bila pemberian obat dihentikan nalsu makan akan timbul kembali.
Selain obat-obat tersebut masih ada obat lain yang disalahgunakan sebagai obat pelangsing. Misalnya, diuretik (obat penurun tekanan darah) dan hormon tiroid (yang diberikan kepada penderita hipotiroid).
Diuretik hanya akan meningkatkan pengeluaran urine. Efeknya pada kegemukan tidak ada. Penurunan berat badan bukan karena lemak tubuh hilang, tetapi karena banyaknya cairan yang hilang. Pengeluaran cairan yang berlebihan justru dapat membahayakan tubuh, karena selain air, elektrolit yang sangat penting bagi kesehatan tubuh akan ikut hilang.
Hormon tiroid di Amerika Serikat sudah dilarang penggunaannya sebagai obat penurun berat badan. Pemberian hormon pada orang normal efeknya membahayakan, dapat menghambat fungsi kelenjar tiroid yang normal.
Setelah dikaji lebih jauh, efektivitas penggunaan produk pelangsing tubuh tidak seperti yang digembar-gemborkan. Penggunaan produk pelangsing masih perlu diamati, karena dikhawatirkan dapat merugikan kesehatan si pemakai.
Jumat, 27 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar