Selasa, 24 November 2009

Matikan TVdan Berbahagialah
Sabar. Ah..., rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak anak shalih yang mendoakan, kita haruskan mereka melakukan shalat bahkan ketika usianya belum genap empat tahun.;
Karena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau..., kita mudah raarah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah payah berusaha? Kita ingin roemperoleh basil yang cepat dengan usaha yang sedikit Apa yang membuat para orangtua semakin menipis kesabarannya? Selain karena lemahnya tujuan dan tidak adanya visi ke depan dalam mendidik anak, banyaknya waktu menonton TV juga sangat berpengaruh. Selama menonton TV, otak kita cenderung pasif. Ron Kauffman, pendiri situs TurnOffYourTV.com, menunjukkan bahwa selama menonton TV pikiran dan badan kita berstfat pasif (berada pada kondisialfa). Tidak siap untuk berpikir. Jika keadaan ini terus berlanjut, orangtua akan cenderung bersikap dan bertindak secara reaktif. Bukan responsif. Mereka mudah marah ketika . • mendapati anak melakukan apa yang dirasa mengganggu. Mereka juga mudah bertindak kasar jika anak tidak segera melakukan apa yang diinginkan orangtua. Apalagi jika sebelumnya mereka sudah memiliki kecenderungan temperamental, semakin cepatlah mereka naik darah.
Di luar itu, secara alamiah kita -anak anak maupun dewasa—cenderung tidak siap ;.. loelakukan pekerjaan lain secara
tibatiba jika sedang asyik melakukan yang lain. Kalau Anda sedang asyik nonton pertandingan sepak bola, telepon dari bos Anda pun bisa terasa sangat mengganggu. Apalagi \ kalau gangguan itu berupa permintaan istri untulrmembersihkan kamar mandi, kcasyikan menonton atraksi kiper menepis bola bisa membuat emosi Anda mendidih. Apatah lagi jika gangguan itu datang dari rengekan anak Anda yang mintadiantar pipis...!
Jika menonton TV sudah menjadi bagian hidup orangtua yang menyita waktu berjam jam setiap harinya, pola perilaku yang reaktif, impulsif dan emosional itu lama lama menjadi karakter peogasuhan, Seraakin tinggi tingkat keasyikan orangrua dienonton TV, semakin tajam, "kepekaan" mereka terhadap perilaku anak yang "mengganggu" dan "membangkang". Akibatnya, semakin banyak keluh kesah, kejengkelan dan kemarahan yang meluap kepada anak anak tak berdosa itu. Lebih menyedihkaa lagi kalau lingkaran negatif menumbuhkan keyakinan bahwa anak anak (sekarang) memang susah diatur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar