Kamis, 26 November 2009

Makanan Halal dan Haram

Makanan Halal dan Haram
Halal adalah status yang dicapai setelah kita menilai secara menyeluruh pelbagai bahan yang digunakan suatu produk (bahan baku. bahan penolong, bahan
tambahan) serta proses produksinya (penyembelihan, pengolahan. penyimpanan, pengangkutan, penyajian). Maka. di sepanjang jalan sejak perolehan bahan dan proses produksi itulah titik rawan terentang.
Tapi apa mau dikata, kemajuan teknik pengolahan produk pangan, obat-obatan, dan kosmetik sekarang ini telah sedemikian pesat dan canggih-sekaligus rawan-sehingga tak boleh kita abaikan. Terutama segala produk yang berasal dari materi biologis yang tak kasat mata dan hanya bisa ditelisik oleh lembaga yang punya alat dan kompetensi khusus.
Berikut beberapa contoh produk yang mungkin jadi favorit kita beserta kemungkinan titik rawannya.
Cokelat
Cokelat menggunakan lesitin (lechitin) sebagai pengemulsi (emulsifier)Lesitin komersial biasanya berasal dari kedelai, biji bunga matahari, jagung dan masih banyak jenis tananaman lain. Pembuatan lesitin melibatkan proses ekstraksi untuk menghasilkan minyak kasar. Minyak kasar ini kemudian dimurnikan agar diperoleh lesitin kasar. Lesitin kasar akan diproses lagi menjadi lesitin standar. Lesitin standar inilah yang kemudian dimodifikasi, bisa dengan cara kimia, bisa juga secara enzimatis (menggunakan enzim).
Nah, salah satu enzim yang digunakan secara komersial dalam jumlah besar adalah enzim phospolipase A2. Anda tahu enzim ini diperoleh dari mana? Ya, pankreas babi. Jadi. pastikan saja kita memilih cokelat yang telah terjamin kehalalannya.
Tape
Menurut penelitian. setelah fermentasi selama dua hari saja, kadar alkohol dalam tape ketan sudah mencapai 2.7%, dan setelah dua setengah hari (30 jam) kadarnya akan meningkat menjadi 3.3%.
Tape ketan, jika tidak direbus, akan terus mengalami fermentasi meski ia kita simpan di kulkas. Maka. untuk amannya, lebih baik hindari tape (termasuk tape singkong) yang sudah berair.
MSG
Monosodium glutamate yang biasa dikenal sebagai MSG. Vetsin. atau Ajinomoto saja adalah penyedap rasa yang ditemukan dan dipatenkan oleh Ajinomoto Corporation di Jepang pada tahun 1909.
Penyedap yang dulu kental diasosiasikan dengan masakan Cina ini, kini justru lebih sering didapati di Amerika Serikat dalam produk sup kaleng, daging sapi dan ayam, keripik kentang, pelbagai makanan kecil, makanan beku, dan makanan instan seperti mi. Dan tentu saja ia juga beredar luas di Indonesia.
Titik rawan MSG ada pada bahan pengembang kultur bakterinya. Bahan yang diperbolehkan adalah polypeptone. Kasus yang paling menggemparkan tentu kasus Ajinomoto pada Januari 2001. Kala itu. sepanjang Juni 2000 hingga kasus itu terekspos, tanpa memberitahukan pada LPPOM-MUI. Ajinomoto mengganti polypeptone dengan bartosoytone yang mengandung porcine. Nah. jorcine adalah enzim yang berasal dari pankreas babi.
Akibatnya, Ajinomoto harus menarik sejumlah besar produknya. dan Polisi bahkan sempat menutup pabriknya buat sementara.
Madu
Ternyata menyunting madu juga harus hati-hati. Madu, jika dipanen bukan pada waktu yang tepat atau tidak mendapatkan perlakuan yang tepat. atau setelah diperas dari sarangnya tidak diperlakukan dengan baik dalam pengurangan kadar airnya akan ditumbuhi khamir atau ragi atau yeast. Khamir akan mengubah gula menjadi alkohol gas karbondioksida dan senyawa lain. Maka. madu yang ditumbuhi khamir, akan merebakkan bau alkohol dan mengeluarkan bunyi "blup" saat tutup botolnya kita buka. Bunyi itu adalah pertanda adanya kandungan karbondioksida di dalamnya.
Jadi, hindari madu yang dipromosikan dengan memamerkan bunyi "blup" itu. Sebab. itu justru menandakan madu telah mengalami fermentasi yang menghasilkan alkohol dan gas.

Cuka (Vinegar)
Rasulullah juga mengonsumsi cuka sebagai sambal buat roti. Pembuatan cuka pada zaman itu diperkirakan menggunakan proses fermentasi yang memanfaatkan organisme di lingkunaan sekitar.
Saat ini, cuka bisa dibuat dari bahan yang kaya gula seperti buah anggur, apel, nira, kelapa, malt. dan tentu. dari oula itu sendiri (sukrosa dan glukosa) yang pembuatannya melibatkan fermentasi alkohol dan fermentasi asetat.
Mula-mula gula diubah menjadi alkohol letanoli, kemudian alkohol ini diubah menjadi asetat. Itu berlangsung terus-menerus. Jika bahan yang digunakan hanya yang tersebut di atas. maka hasil proses ini disebut cuka atau vinegar saja. Masalahnya, cuka bisa juga dibuat dari minuman keras seperti cider dan wine dengan menggunakan fermentasi yang memanfatkan bakteri asetat, yang mengubah alkohol menjadi asam asetat. Hasilnya. cider vinegar dan wine vinegar. Dan di pasaran, cuka ini bisa bernama apple vinegar, rice vinegar atau sherry vinegar. Tentu saja cuka yang halal hanyalah yang dibuat dari bahan halal seperti nira, kelapa, malt dan gula.
Keju
Titik rawan keju, pertama pada proses penggumpalan susu untuk mendapatkan curd (padatan yang sebagian besar berisi protein), yang biasanya menggunakan enzim dan starter. Enzimnya bisa berasal dari hewan (bagian perut babi, sapi, kambing), dari tumbuhan, dan dari mikroorganisme. Keju yang halal biasanya yang dibuat dengan menggunakan enzim dari mikroorganisme.
Titik rawan kedua dari keju ada pada starternya, yakni media apa yang dipakai untuk menumbuhkan starter. Starter biasanya berisi bakteri asam laktat. Sayangnya. ada ada beberapa jenis keju yang menggunakan mikroorganisme lain (misalnya kapang) selain starter bakteri asam laktat. Nah, media yang dipakai untuk menumbuhkan kapang inilah yang masih mesti dipertanyakan.

Bir tanpa Alkohol
Bir dengan kandungan alkohol 0 % tetap saja punya celah haram. Ingat. halal-tidaknya suatu minuman itu tidak tergantung pada alkohol semata. Sebab, mungkin saja dia mengandung unsur lain yang haram pada flavor yang digunakan, misalnya. Lagi pula, apa pun minuman yang beraroma dan berasa mirip bir, dengan nol alkohol sekalipun. bukankah hanya akan membiasakan (dan akhirnya membuat kita suka) dengan rasa dan aroma bir? Hindari sajalah. fatwa MUI No 4 tahun 2003: "Tidak boleh mengonsumsi dan menggunakan makanan; minuman yang menimbulkan rasa/aroma (flavor); benda-benda atau binatang yang diharamkan."

Produk Transgenik
Tomat hasil rekayasa genetika yang awet dan tak mau kisut mulai dikonsumsi sejak tahun 1994. dan segera diikuti dengan membeludaknya tanaman hasil rekayasa genetika. Jadi, tanpa kita sadari, selama ini kita telah mengonsumsi tempe, tahu, dan susu asal kedelai transgenik (karena sejak tahun 2000. tiap tahun Indonesia mengimpor lebih dari sejuta ton kedelai dan 700.000 ton jagung dari negara maju penghasil kedelai dan jagung transgenik).
Teknologi rekayasa genetika membuat manusia leluasa memindahkan gen atau DNA (pembawa informasi genetik) dari satu makhluk hidup jbukan hanya tumbuhan. tapi juga virus. bakteri, dan hewan ke makhluk hidup lain sehingga menghasilkan organisme hasil modifikasi yang kita sebut organisme transgenik. Dengan kata lain, manusia bisa menentukan tampilnya sifat-sifat tertentu saja dari suatu organisme dan membuang sifat yang lain. Manusia bisa merekayasa agar suatu tanaman jadi tahan lama, tahan hama, bisa cepat dipanen dan sebagainya.
Cakupan produk transgenik amat luas. Hampir seluruh faktor produksi peternakan telah tersentuh rekayasa genetika. Produksi obat-obatan yang berasal dari hewan, tanaman, dan mikroorganisme kebanyakan dibuat melalui teknik ini. Vaksin rabies, vaksin herpes, vaksin hepatisi B. vaksin kolera. vaksin lepra dan vaksin malaria. didapat via rekayasa ini. Juga hormon insulin, hormon pertumbuhan. Dalam indutri pangan. produk trangenik akan beredar menjadi enzim pembuat keju, pewarna makanan, dan pengawet makan.
Namun. di samping semua keunggulan tersebut masih perlu penelitian panjang dan perhatian serius pemerintah agar kita mendapatkan kepastian baik-buruknya produk transgenik ini buat kesehatan dan lingkungan kita. Juga bagaimana halal-haramnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar