Ketika si Kecil Jadi Korban Penindasan
TANYA:
Bu Ratna, saya baru saja pindah rumah di perumahan dinas suami. Anak saya satu laki laki, masih kelas tiga SD. Walaupun laki-laki anak saya tergolong anak manis, tidak begitu berani berantem dan selalu mengalah.
Saat awal masuk sekolah, anak saya bersemangat karena sekolah sekarang lebih bagus dari yang dulu. Tetapi sudah tiga bulan pindah sekolah ini, anak saya mendengar kabar mengenai perilaku buruk kakak kelasnya yang sering mengkompas atau memaksa anak lain melakukan tindakan tidak normatif.
Anak saya agak ketakutan mendengar cerita ini. Tolong bu apa yang harus saya perhatikan dari anak saya agar saya dapat menge-nali apakah anak saya sudah jadi korban atau selamat dari kejahilan teman-temannya tersebut. Terima kasih atas penjelasannya.
Ny. Lilik Nurhayati
Banjarmasin
JAWAB:
Tidak dapat dipungkiri bila dalam satu sekolah. ditemukan satu-dua anak yang memiliki perilaku di luar standar perilaku anak pada umumnya. Memang saat anak tersaring masuk sekolah dasar, biasanya seleksi penerimaan hanya berdasarkan atas potensi akademik saja, sebab hanya masalah akademik yang menjadi capaian tujuan pendidikan formal.
Kalau toh ada aspek lain yang dikembangkan, misalnya pembentukan karakter, hal tersebut bukanlah menjadi prioritas penilaian. Maka dari itu, para orang tua memang perlu mengelola anak secara tersendiri agar nilai nilai yang tidak didapat anak di sekolah, tetap dapat dimiliki anak melalui sarana yang lain.
Menyimak kekhawatiran anda terhadap ulah teman sekolah yang ada kemungkinan akan menjadikan anak anda sebagai korban, kelihatannya sangat beralasan. Memang sudah menjadi tugas orangtua untuk memperhatikan, melindungi, membentengi dan memberi bekal pada anak agar tidak dijadikan sasaran kebrutalan teman lain yang tidak bertanggungjawab atau teman yang secara sosial memang memiliki gangguan.
Memberi anak kekuatan dengan mengikutkan anak olah raga bela diri bisa dijadikan alternatif perlindungan pada anak. Mengajarkan dan membiasakan anak untuk bercerita terhadap segala peristiwa yang dialami di sekolah, juga merupakan cara pencegahan. Namun demikian bila anak memang tidak terlalu suka dan tidak berminat untuk banyak bicara, maka anda perlu memberi perhatian secara seksama terhadap perubahan perilaku anak dari kebiasaan yang dijalaninya sehari-hari.
Beberapa petunjuk yang bisa anda jadikan pegangan saat Anda menghadapi penindasan oleh teman sekolahnya adalah sebagai berikut:
1. Anak memperlihatkan pengurangan minat secara tiba tiba di sekolah atau tidak mau pergi ke sekolah seperti biasanya.
2. Anak mengambil rute yang tidak lazim saat berangkat maupurr pulang dari sekolah.
3. Anak mengalami penurunan prestasi.
4. Anak mengundurkan diri dari
5. aktivitas aktivitas sekolah dan kelu-arga serta ingin dibiarkan sendiri.
6. Anak selalu mengatakan bahwa uangjajannya hilang.
7. Anak sering sedih, marah, takut setelah pulang sekolah atau setelah menerima telpon.
8. Anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karak-ternya.
9. Anak menolak membicara-kan tentang teman teman sekolahnya.
10. Anak memifiki cedera fisik yang tidak sesuai dengan penjeia-sannya.
11. Anak menderita sakit perut, pusing kepala, serangan panik, tidak bisa tidur, dan kelelahan. Memang tidak semua gejala di atas dialami anak yang mengalami gangguan dari teman yang penindas. Begitu juga bila ada salah satu gejala diatas yang dialami anak, tidak selalu berasal dari masalah penindasan oleh anak lain.
Namun bila gejala tersebut konsisten dengan cerita dari guru, dari teman lain, maka tindakan menolong anak sesegera mungkin perlu anda lakukan. Selanjutnya melapor ke guru atau kepala sekolah dan bisa juga meminta bantuan psikolog terdekat untuk mencari tahu cara mengelola trauma yang dialami oleh anak.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar