Selasa, 24 November 2009

Idul Fitri Terindah


Pagi itu adalah pagi 1 Syawal. Saat dimana kamu muslimin tengah bersuka cita dengan kehadiran Hari Raya Idul Fitri. Wajah-wajah ceria nampak di segenap penjuru kota Madinah. Tua, muda, besar, kecil, laki-laki dan perempuan, sama gembiranya. Namun, diantara keriangan itu, seorang anak kecil tampak bermuram hati. la tertunduk di sudut jalan dan menangis diam-diam. Pada saat itu Rasulullah tengah
melalui jalan tersebut dan melihat sang anak kecil yang sedang bersedih itu. Didekatinya sang anak dan disapanya dengan lembut,
"Wahai anakku, mengapa engkau bersedih hingga menangis begitu rupa? Tidakkah engkau ingin bergabung dengan teman-temanmu yang lain, yang sedang merayakan Idul Fitri?"
Sang anak menjawab dengan suara tersumbat oleh tangisan.
"Bagaimana akiHidak bersedih? Aku hanyalah seorang anak yatim yang tidak memiliki apa-apa. Ayahku sudah wafat dalam satu peperangan bersama Rasulullah. Kini aku tidak memiliki lagi seseorang yang bisa membuatku bergembira di hari Ray a."
Rasulullah terdiam sejenak mendengar perkataan tersebut. Lalu diraihnya sang anak dengan lembut dan diucapkanlah satu perkataan kepada sang anak:
"Kalau demikian, maukah engkau bila Fatimah menjadi saudaramu, Aisyah menjadi ibumu dan Aku menjadi ayahmu?"
Sang anak terlonjak mendengar perkataan tersebut. Diangkatnya wajahnya dan ditatapnya wajah Rasulullah lekat-lekat. Hampir-hampir saja ia tak percaya dengan pendengarannya, namun semua benaradanya. Rasulullah telah menyatakan satu tawaran yang sangat indahnya.
"Maafkan sikapku tadi ya Rasul. Dan tentu saja aku bersedia wahai Rasulullah," jawab sang anak dengan senangnya.
Maka, sang anak pun diajak pulang menuju rumah Rasulullah. Di sana, Rasulullah memberikan sang anak pakaian yang bagus, makanan yang mengenyangkan dan bahkan sang anak juga dibekali dengan beberapa keping uang.
"Kini bermainlah engkau dengan
teman-temanmu," ucap Rasulullah SAW sesudah sang anak selesai dengan makanannya.
Tak lama berselang, anak yang semula bersedih itu terlihat berjalan dengan riangnya di jalan Kota Madinah. Ketika teman-temannya melihatnya mereka pun terheran-heran hingga bertanya:
"Apa yang terjadi? Tadi kami melihat engkau tengah bersedih hati hingga menangis di sudut sana. Kini engkau kembali dengan kondisi sangat berbeda. Pakaianmu bagus dan wajahmu begitu cerianya. Ayo, ceritakanlah kepada kami, apa yang terjadi?"
Teman-teman sang anak ini benar-benar penasaran rupanya.
Maka, dengan penuh keriangan sang anak pun menuturkan pada temannya bagaimana ia memperoleh kebahagiaan dengan kelembutan dan kasih sayang Rasulullah SAW. Di penghujung ceritanya dia berkata dengan penuh kehangatan:
Sungguh, kini aku telah n ayah yang lebih baik dari ay sendiri dan ibu yang lebih rr ibuku sendiri."
Begitulah dei hati dan keluasan Rasul, airmata san<>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar