v Hipoglikemia lebih Berbahaya
Tidak mudah mengerem angka penderita diabetes yang terus melaju, apalagi pada kasus bawaan. Namun yang lebih penting bagaimana mengupayakan agar penderita bisa hidup seperti orang sehat: tetap produktif dan tidak menderita. Caranya, dengan selalu menjaga agar terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi, dengan mengikuti dan mempertahankan gaya hidup sehat.
Dr. David dalam makalahnya pada suatu ceramah tentang diabetes beherapa waktu lalu, memberikan angka komplikasi menahun (kronis) pada berbagai rumah sakit umum di kota-kota besar di Jawa.
Angka komplikasi tertinggi adalah penurunan kemampuan seksual (50,9%). Selanjutnya, neuropati simtomatik atau komplikasi saraf (30,6%), retinopati diabetik (penyempitan sampai kerusakan pembuluh darah mata (29,A), katarak (16,3%), TBC paruparu. (15,3%), hipertensi (12,8%), penyakit jantung koroner, PJK (10%), disusul gangren diabetik - ujung jari menghitam dan menjadi borok - (3,5%). Sedangkan dua macam komplikasi akut yang sering teriadi, menurut David, adalah reaksi hipoglikernik dan koma diabetik. Reaksi serentak oleh tuhuh yang kekurangan gula ini adalah rasa lapar, gemetar, keringat dingin, dan pusing. Dalam keadaan seperti ini, penderita harus cepat diberi makanan berupa roti atau pisang. Jika masih belum tertolong, berikan minuman teh manis satu dua gelas.
Reaksi hipoglikemik mendadak dengan tanda-tanda pingsan, biasanya akibat minum obat antidiabetes yang dosisnya terlalu tinggi, terlambat makan, atau latihan fisik yang berlebihan. Kalau demikian, si penderita harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta infus glukosa.
Yang tidak kalah bahayanya bila sampai terjadi hiperglikemik akibat kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi. Gejalanya antara lain nafsu makan menurun drastis, haus luar biasa, dan kencing banyak. Selanjutnya mual, muntah, napas cepat dan dalam. Ada pula yang dibarengi panas badan. Jika mendapati pasien demikian, mesti langsung dimintakan pertolongan darurat di rumah sakit terdekat.
Namun keadaan di mana kadar gula darah terlalu rendah (koma hipoglikemia), menurut dr. daGomez, jauh lebih berbahaya daripada jika kadar gula darah terlalu tinggi (koma hiperglikemia). Sebab, pada keadaan hipoglikemia jaringan otak mudah rusak dan kerusakan jayingan saraf bersifat irreversible, tak terpulihkan.
Kamis, 26 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar