Kamis, 26 November 2009

Hipoglikemia lebih Berbahaya

v Hipoglikemia lebih Berbahaya
Tidak mudah mengerem angka penderita diabetes yang terus melaju, apalagi pada kasus bawaan. Namun yang lebih penting bagaimana mengupayakan agar pende­rita bisa hidup seperti orang sehat: tetap produktif dan ti­dak menderita. Caranya, de­ngan selalu menjaga agar terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi, dengan meng­ikuti dan mempertahankan gaya hidup sehat.
Dr. David dalam makalah­nya pada suatu ceramah ten­tang diabetes beherapa wak­tu lalu, memberikan angka komplikasi menahun (kronis) pada berbagai rumah sakit umum di kota-kota besar di Jawa.
Angka komplikasi ter­tinggi adalah penurunan ke­mampuan seksual (50,9%). Selanjutnya, neuropati simtoma­tik atau komplikasi saraf (30,6%), retinopati diabetik (pe­nyempitan sampai kerusakan pembuluh darah mata (29,A), katarak (16,3%), TBC paru­paru. (15,3%), hipertensi (12,8%), penyakit jantung koroner, PJK (10%), disusul gangren diabe­tik - ujung jari menghitam dan menjadi borok - (3,5%). Sedangkan dua macam komplikasi akut yang sering teriadi, menurut David, ada­lah reaksi hipoglikernik dan koma diabetik. Reaksi seren­tak oleh tuhuh yang kekurang­an gula ini adalah rasa la­par, gemetar, keringat dingin, dan pusing. Dalam keadaan seperti ini, penderita harus cepat diberi makanan berupa roti atau pisang. Jika masih belum tertolong, berikan minuman teh manis satu dua gelas.
Reaksi hipo­glikemik mendadak dengan tanda-tanda pingsan, biasa­nya akibat minum obat anti­diabetes yang dosisnya terla­lu tinggi, terlambat makan, atau latihan fisik yang berle­bihan. Kalau demikian, si penderita harus segera diba­wa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta infus glukosa.
Yang tidak kalah bahaya­nya bila sampai terjadi hiper­glikemik akibat kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi. Gejalanya antara lain nafsu makan menurun drastis, haus luar biasa, dan kencing ba­nyak. Selanjutnya mual, mun­tah, napas cepat dan dalam. Ada pula yang dibarengi pa­nas badan. Jika mendapati pasien demikian, mesti lang­sung dimintakan pertolongan darurat di rumah sakit terde­kat.
Namun keadaan di mana kadar gula darah terlalu ren­dah (koma hipoglikemia), me­nurut dr. daGomez, jauh le­bih berbahaya daripada jika kadar gula darah terlalu ting­gi (koma hiperglikemia). Se­bab, pada keadaan hipogli­kemia jaringan otak mudah rusak dan kerusakan jayingan saraf bersifat irreversible, tak terpulihkan.

v Cegah kebutaan
Kalau komplikasi akut da­tangnya mendadak, tidak de­mikian dengan komplikcisi kronis yang sebenarnya da­pat dicegah. Komplikasi itu antara lain bisa berupa ram­but yang mudah rontok. Ini dapat diatasi dengan pera­watan teratur menggunakan vitamin dan mineral serta hair tonic.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar