Hidayah datang dari Sebuah Amanah
Dalam Al-quran, Luqman seorang yang tekun ibadah dan
Yang bijaksana ada termaktub dalam Q.S. al-Luq-man.
Pengarang Kitab AI-Kasyaf menjelaskan, dia adalah Luqman bin Baa'ura'. Dijelaskan dalam kitab tersebut bahwa Luqman berusia sampai usia 1000 tahun. Dalam kehidupannya Luqman pernah berjumpa dengan Nabi Daud. Kemudian Luqman belajar ilmu daripadanya.
Ibnu Abbas berkata bahwa Luqman bukan Nabi, namun seorang penggembala, yang kemudian diberi karunia kemerdekaan dan ilmu pengetahuan. Diriwayatkan oleh Sai'id bin Amir, ia berkata, "Telah bercerita kepada kami, Abu Ja'far, "Luqman Al-Habasy" adalah seorang budak milik seorang lelaki.
Pada hari Luqman dibawa ke pasar untuk dijual kepada siapa saja yang mau membelinya. Setelah agak lama di dalam pasar tidak ada membeli, membuat tuan Luqman agak sedih. Namun, tiba-tiba ada seorang lelaki yang hendak membelinya. Lalu Luqman berkata, "Apa yang akan kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu membeli nanti)?"
Mendapat pertanyaan dari Luqman, maka sang pembeli tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak. Kemudian lelaki calon pembeli itu menjawab, "Kalau kamu sudah aku beli, maka kamu akan aku suruh melakukan sekehendak hatiku."
"Aku mohon kepadamu agar mengurungkan niatmu untuk membeliku. Insya Allah apa yang kamu perintahkan aku tidak akan mau," pinta Luqman.
Ucapan itu tentu saja membuat sang pembeli tidak jadi membeli Luqman. Perkataan itu diucapkan setiap kali ada yang ingin membeli Luqman. Setelah agak sore datanglah calon pembeli lainnya.
"Apa yang hendak kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu membeliku nanti)?" kata Luqman. Pembeli ini nampaknya baik hati. "Kamu akan kuberi tugas hanya sebagai penjaga rumahku," jawab lelaki calon pembelinya itu dengan tenang.
Jawaban ini membuat Luqman senang, "Jika demikian, aku mau kamu beli."
Usai dibeli Luqman diajak pulang ke rumahnya. Ternyata, majikan Luqman mempunyai tiga orang anak gadis yang menjadi pelacur di desa itu. Pada suatu ketika majikannya ingin pergi ke kebunnya. Sebelum berangkat dia berpesan kepada Luqman.
"Aku telah menyiapkan makanan di dalam kamar ini. Sepeninggalanku, kuncilah pintu ini dan kamu harus berjaga di sini pula. Dan janganlah sekali-kali kamu membuka pintunya sebelum aku kembali ke rumah."
Setelah berpesan demikian itu, sang majikan Luqman meninggalkan rumah. Dan Luqman menjaga bilik itu. Lalu ketiga putri majikannya datang. Anak tertua majikan berkata kepada Luqman, "Bukalah pintu ini." Karena telah menerima pesan dan amanah dari majikannya, maka Luqman tidak membuka pintu. Ia perprinsip bahwa amanah itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Maka Luqman pun menolak untuk membukanya. Akhirnya ketiga gadis itu marah dan menganiaya Luqman dengan sesuka hati.
Meski mendapat siksaan dari anak majikannya itu, Luqman tidak marah. Ia hanya diam. Setelah dianiaya, Luqman membersihkan darah yang ada di tubuhnya. Lalu, dia kembali berjaga di depan pintu. Ketika majikan pulang Luqman tetap merahasiakan perilaku ketiga putri majikan terhadapnya.
Pada hari berikutnya sang majikan pergi ke kebunnya. Sebagaimana sebelumnya dia berpesan kepada Luqman, "Aku telah menyiapkan makanan. Oleh karena itu, mereka tidak boleh membuka pintu ini."
Selepas perginya sang majikan, maka ketiga putri majikannya itu bergegas menemui Luqman dan berkata kepadanya, "Bukalah pintu ini."
Sementara itu, Luqman masih tetap memegang teguh amanah yang dibebankan kepadanya. Ia tetap tidak bersedia membuka pintunya, sebagaimana pesan dari majikannya, maka ketiga gadis itu kembali menyiksa Luqman, hingga berdarah. la membersihkan dengan air dan kembali duduk di depan bilik.
Si majikan telah pulang ke rumah, Luqman sekali lagi tidak mau menceritakan perihal perilaku ketiga putrinya. Melihat keteguhan hati Luqman, putri tertua majikannya kemudian rasa simpatinya datang dan berkata, "Mengapa budak Habasyi ini lebih mengutamakan ketaatan kepada Allah bila dibandingkan dengan aku? Demi Allah, mulai sekarang juga aku akan bertobat."
Sejak saat itulah putri sulung majikan Luqman itu pun bertobat kepada Allah. Tak lama kemudian si bungsu dan anak nomor dua dari majikannya itu juga bertobat. Setelah ketiga putrinya yang berkerja sebagai wanita penghibur itu bertaubat, maka rekan yang sama bekerja denganya di desa berkata:
"Mengapa budak Habasyi dan gadis itu lebih mengutamakan taat kepada Allah SWT dibandingkan kita semua?" Hal tersebut mendorong mereka untuk bertaubat. Sebagaimana ketiga-tiga rekannya. Akhirnya jadilah mereka sebagai orang yang beribadat di desa itu. Demikianlah bahwa hidayah datangnya bukan lewat, dakwah berupa ucapan tapi juga tindakan atau amalan yang ditunjukkan oleh Luqman al-Hakim dalam memegang teguh amanah yang sudah menjadi tugasnya. Sehingga fitrah seorang manusia untuk selalu beribadah kepada Yang Mahakuasa menjadi terpukul, tatkala melihat seorang yang mampu menjalankan ibadah itu dengan baik.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar