Jumat, 27 November 2009

Herpes Genitalis & Bayi Cacat 1

Herpes Genitalis & Bayi Cacat

Menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri. Karena itu dapat dimaklumi betapa sulitnya menemukan seseorang yang secara dini mau mengakui dirinya mengidap penyakit menular seksual, bahkan kepada dokter. Kecuali kalau sudah kepepet. Sikap demikian mestinya dibuang jauh-jauh bila menyangkut penyakit herpes genitalis. Kalau tidak, pada gilirannya bisa menghancurkan masa depan anak yang lahir dari orangtua pengidap, akibat cacat yang diderita.
Saat ini, AIDS memang momok yang menakutkan. Yang lebih mengkhawatirkan, virusnya menyebar dengan sangat cepat. Hingga Desember 1997, menurut Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Depkes RI, di Indonesia jumlah total penderita HIV/AIDS mencapai 619 orang dengan komposisi HIV positif 466 orang, sedangkan penderita AIDS sebanyak 153 orang. Prevalensi penderita pria dan wanita sebesar 65,7% dan 34,3%. Malah, dalam waktu kurang dari dua tahun jumlah pengidap HIV/ AIDS meningkat sebesar 58,7% dari 390 orang yang tercatat per Maret 1996.
Kontak seksual dengan penderita seropositif HIV menjadi porsi terbesar penularan HIV. Penularan itu makin mudah terjadi pada penderita penyakit menular seksual (PMS). Tak aneh bila PMS sering disebut sebagai pintu gerbang penularan HIV/ AIDS. Apalagi gejala minor AIDS menyebutkan, indikasi herpes zoster yang berulang ataupun herpes simpleks kronis, berkembang dan bertambah banyak.
Menurut dr. Sjaiful Fahmi Daili, ketua Kelompok Studi Herpes Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah pengidap virus herpes genitalis (HSV-2) di berbagai negara terus meningkat. Laporan Centre for Disease Control Atlanta menyebut angka sekitar 20 juta pengidap herpes genitalis di AS, dengan pertambahan 10.000 kasus baru per minggu.
Ternyata angka jutaan itu hanya mewakili 20% pengidap HSV-2 yang terdeteksi secara klinis, belum termasuk kasus seropositif HSV-2 yang tidak terdeteksi dan terdiagnosis (Corey, 1994; Koutsky et. al, 1992). Ini karena herpes genitalis bisa menular melalui kontak fisik dengan penderita kambuhan atau seropositif asimtomatik (tanpa gejala infeksi).
Sedangkan di Indonesia, menurut dr. Sjaiful yang ahli penyakit kulit dan kelamin dari RSCM-FKUI, insiden herpes genitalis berkisar 3 - 4% dari seluruh PMS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar