Minggu, 29 November 2009

Harumnya Bunga Kenanga 1

Setiap upacara adat yang memerlukan bunga, wajib menyertakan bunga kenanga, di samping mawar dan melati. Bukan karena bau dan bentuknya, tapi karena semacam apa boleh buat! Ketua Panitia Perumus Adat zaman Ken Arok dan Ken Dedes dulu hanya menemukan kenanga sebagai bunga yang memenuhi syarat.
Walaupun pada zaman kemudian ada bunga lain yang merasuki budaya Jawa, seperti cempaka kuning, kemboja putih, sepatu merah, dan anggrek totol-totol, tapi bunga kenanga tetap dipandang lebih resmi untuk upacara. Bentuk bunga kenanga sebenarnya amburadul. tapi kerena baunya sedap sekali, ia dipakai secara luas dalam tiap acara dan upa cara adat Jawa.
Bentuk bunganya agak aneh. Mahkotanya panjang-panjang seperti pisau lanset, sedangkan kelopaknya yang juga panjang, lebih melebar dan membulat telur. Ujungnya mengeriting. Baik kelopak maupun mahkota bunga akan berwarna hijau kalau masih muda, tapi kuning kalau sudah tua. Kalau sudah mekar, mahkota ini menyebar bebas dan keriting tidak beraturan. Seandainya tidak berbau harum dan berwarna kuning, kita tak akan mengira bahwa barang yang amburadul itu. sekuntum bunga. Harumnya ada yang pro, dan ada yang anti. Mereka yang tidak senang mengatakan bahwa bau kenanga seperti bau kuburan. Biang keladi bau kuburan ini ialah minyak asiri berupa ester geraniol asam asetat, dan ester linalool asam bensodt. Di muka hidung orang Barat, keduanya tercium nyaman, lembut, dan sopan. Inilah yang tidak ditemukan pada bunga lain yang datang kemudian, seperti cempaka, kemboja, sepatu, dan anggrek.
Para ibu tradisional kita ada Yang mencampur bunga kenanga dengan irisisan
daun Pandan wangi, bunga mawar dan melati dalam
kobokan berisi minyak kelapa, yang kemudian direbus sambil ditutup dan dibiarkan sampai mendidih. Sesudah dingin, sari bunga yang Iarut dalam minyak itu dipakai sebagai hair lotion merek "Cem-ceman" di daerah country.
Tapi kegunaan bunga kenanga lebih banyak sebagai campuran bunga tabur daripada cem-ceman. Dengan mawar merah dan melati putih, kenanga hijau atau kuning membentuk kembang telon yang ditabur di pusara orang yang tidak keberatan ditaburi bunga. Baunya harum. Inilah yang terkenal sebagai bau kuburan.
Kalau sudah memasuki bulan Ruwah, menjelang bulan Puasa, banyak sekali bunga kenanga yang dipakai untuk tabur bunga ini, sehingga harganya melonjak. Orang menabur bunga pada waktu itu. Selama bulan Puasa berikutnya, orang tidak pantas mengirim bunga. Harga kenanga akan melonjak lagi pada hari raya Idul Fitri, kalau para peziarah mau menabur bunga lagi. Mereka merayakan kemenangan mengatasi ujian percobaan.
Kenanga sebagai bunga tabur tidak ada yang menataniagakan. Awal tahun 1997 sudah sekitar Rp 2.000,- per kg di kebun petani. Sedangkan minyak kenanga hasil penyulingan petani sudah setinggi Rp 100.000. Tetapi bagi kita, harga setinggi langit tidak menjadi soal, karena dalam bulan-bulan suci semacam itu umumnya banyak sekali beredar uang THR, bonus, dan hadiah Lebaran. Hanya bagi pengusaha minyak kenanga, lonjakan harga itu memprihatinkan.
Kenanga cebol berbentuk peruntungan yang akan diperoleh kalau mengekspor minyak kenanga nanti akan menipis. Padahal mereka tidak mampu bersaing membeli bunga mahal untuk disuling minyaknya. Pabrik penyulingan pun terpaksa beristirahat pada masa-maasa prihatin itu. Di luar bulan Ruwah dan Syawal, harga kenanga anjlok tak ada yang bertanggung jawab lagi. Maka, sekaranglah giliran kaum penyuling minyak yang harus aktif lagi memborong bunga untuk membuat stok minyak kenanga, menghadapi paceklik bunga berikutnya. Turun-naiknya harga inilah yang membuat orang enggan menanamkan modalnya ke perkebunan kenanga, meskipun permintaan minyak Java cananga oil untuk ekspor menanjak terus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar