Sirop glukosa yang sudah bersih kemudian dipompa kc tempat penguapan vacuum, yang terus-menerus dipanaskan, agar kadar airnya berkurang. Tetapi sambil dipompa melalui sejunilah pipa penyalur yang lumayan panjangnya, sirop itu dibubuhi enzim isomerase (diperdagangkan sebagai sweetzyme) yang merubah glukosa mnjadi fruktosa.
Sebagai tersirat dalam uraian di muka, zat yang bahannya sama, tetapi struktur molekulnya menyimpang (seperti glukosa dan fruktosa itu), dikenal sebagai stereo-isomer. Karena itu, proses pengubahan glukosa menjadi fruktosa im pun dikenal dalam pabrik sebagai isomerisasi.
Tetapi tidak mungkin (dan juga tidak perlu) glukosa yang ada diisomerkan semua menjadi fruktosa. Mendekati separuhnya saja juga sudah manis bukan main, dan sudah. dapat dijual dengan harga pantas. Hasil akhir isomerisasi itu berupa sirop yang mengandung fruktosa 42%, glukosa 52% dan rupa-rupa pecahan polisakarida 6%.
Dipisah lebih pekat
Sirop fruktosa yang meninggalkan tempat pengering sudah makin kental, dengan kadar air hanya tinggal 29%. Untuk mempertinggi lagi kadar fruktosanya, perlu dilakukan pemisahan fruktosa itu dari bagiannya yang lain, secara chromatograftk. Suatu teknik Pemisahan, berdasarkan kecende'rungan zat yang akan dipisah itu Untuk diserap secara berbedabeda cepatnya. Sirop fruktosa cair itu dialirkan melalui penyerap dalam tabung pemisah, bersama cairan penggentor. Karena kecenderungan fruktosa untuk diserap itu Memang berbeda dengan glukosa, maka lapun bergerak dalam tabung itu dengan kecepatan yang berbeda pula dengan glukosa. Fruktosa yang keluar dari tabung ditampung dalam tempat tersendiri, terpisah dari tempat glukosa.
Dalam praktek, sudah tentu tidak mungkin diperolch hasil pernisahan yang seratus persen berupa fruktosa murni. Atau seratus persen glukosa murni. Yang terjadi selalu fruktosa sebagian besar) bercampur dengan glukosa sedikit. Atau glukosa (sebaglan besar) bercampur fruktosa sedikit. Hasil pemisahan chromatografik ini sudah bagus, kalau tersusun dari fruktosa 55%, glukosa 42% dan polisakarida rupa-rupa lainnya 3%.
Biar cair saja
Karena harga gula kristal kering darl fruktosa itu lebih mahal daripada gula cairnya, sudah tentu para pabrik penghasil minuman ringan (seperti teh botol, sari kopi, sirop buah), bahan makanan kalengan (seperti buah~buahan), CS krim dan susu kental manis, lebih murah membell gula cair ini daripada gula berbentuk pasir. Itulah sebabnya, gula dari singkong dikatakan lebih murah darlpada gula pasir tebu. Dengan pengertian, bahwa la dibeli dalam bentuk cair.
Untuk keperluan memaniskan minuman dan makanan kalengan memang kurang cerdik kalau memakai gula pasir. Sebab, gula itu kemudian toh dicairkan lagi. Lalu unruk apa membayar ongkos penglcristalan gula dalam pabrik?
Bagi mereka yang cerdik in'. gula cair Singkong dijual dalam kemasan kaleng ukuran 2-3 kg atau 30 kg, dan container yang lebih besar, yang mampu memuat gula 1 ton atau 4 ton.
Untuk keperluan rumah tangga kita? Misalnya para lbu vang membuat kuc atau arisan kcluarga besar. Gula cair dalam kernasan besar itu mernang masih perlu dikemasi lagi dalam botol keinasan yang lebih kecil.
Daripada mengepak gula slklamat, bagaimana kalau kita banting setir mengemas, gula fruktosa cair dari singkong? Jelas lebih schat, berkalori, dan tidak
diomeli olch anak cucu.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar