Sabtu, 28 November 2009

Etika Berdoa

Etika Berdoa
§ Terlebih dahulu sebelum berdoa hendaknya memuji kepada Allah kemudian bershalawat kepada Nabi Saw. Rasulullah Saw pernah mendengar seorang lelaki sedang berdoa di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi Saw maka Nabi bersabda kepadanya: “Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang sedang shalat. Apabila engkau selesai shalat, lalu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdoalah.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
§ Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri, khusyu’, penuh harapan dan rasa takut kepada Allah di saat berdoa. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu` kepada Kami.” (Al-Anbiya’: 90).
§ Berwudhu sebelum berdoa, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan saat berdoa. Abu Musa Al-Asy`ari Ra mengatakan bahwa setelah Nabi Saw selesai melakukan perang Hunain: “Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau.” (Muttafaq’alaih).
§ Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan berbulat tekad di dalam memohon. Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kamu berdoa kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah di dalam berdoa, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan :Jika Engkau menghendaki, maka berilah aku.” Karena Allah itu tidak ada yang memaksa.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat terhadap apa yang Dia berikan.” (Muttafaq’alaih).
§ Menghindari doa buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta. Rasulullah Saw bersabda: “Jangan sekali-kali kamu mendoakan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir doa kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah mengabulkan doamu.” (HR. Muslim).
§ Merendahkan suara di saat berdoa. Rasulullah Saw bersabda: “Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula ghaib, sesungguhnya kamu berdoa (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu menyertai kamu.” (HR. Bukhari).
§ Berkonsentrasi saat berdoa. Rasulullah bersabda: “Berdoalah kamu kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. At-Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani).
§ Tidak memaksa bersajak di dalam berdoa. Ibnu Abbas pernah berkata kepada `Ikrimah: “Lihatlah sajak dari doamu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Saw dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut.”(HR. Bukhari).

v Etika Bertamu
Bagi Tuan Rumah:
§ Hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fasik. Sebab makanan yang kita berikan pada orang takwa, energinya mesti dipergunakan untuk bertakwa sehingga kita akan mendapat pahala karenanya. Berlainan bila kita menyuplay energi pada orang fasik. Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kamu bersahabat kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
§ Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan mengabaikan orang-orang fakir. Rasulullah Saw bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan pengantinan (walimah), karena yang diundang hanya orang-orang kaya tanpa orang-orang fakir.” (Muttafaq ‘Alaih).
§ Undangan jamuan hendaknya tidak diniatkan untuk berbangga-bangga dan berfoya-foya, akan tetapi niat untuk mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan membahagiakan teman-teman sahabat.
§ Tidak memaksakan diri untuk mengundang tamu. Hadits Anas Ra menuturkan: “Pada suatu ketika kami ada di sisi Umar, maka ia berkata: “Kami dilarang memaksa diri” (membuat diri sendiri repot).” (HR. Bukhari).
§ Jangan membebani tamu untuk membantu, ini bertentangan dengan etika dan menurunkan kewibawaan.
§ Jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi tampakkanlah kegembiraan dengan kahadirannya, bermuka manis dan berbicara ramah.
§ Hendaklah segera menghidangkan makanan untuk tamu, yang demikian itu akan berarti menghormatinya.
§ Jangan tergesa-gesa untuk mengangkat makanan (hidangan) sebelum tamu selesai menikmati jamuan.
§ Disunnahkan mengantar tamu hingga di luar pintu rumah. Ini menunjukkan penerimaan tamu yang baik dan penuh perhatian.
v Bagi Tamu
§ Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya kecuali ada uzur, Hadits Nabi Saw mengatakan: “Barangsiapa yang diundang kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya.” (HR. Muslim).
§ Hendaklah tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan orang kaya. Tidak memenuhi undangan orang fakir merupakan akan menyinggung perasaannya.
§ Jangan tidak hadir, sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya. Hadits Jabir Ra menyebutkan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang diundang untuk jamuan sedangkan ia berpuasa, hendaklah ia menghadirinya. Jika ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah mengapa.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani).
§ Jangan terlalu lama bertamu, ini memberatkan tuan rumah. Juga jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap.
§ Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.
§ Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi pada tuan rumah.
§ Hendaknya mendoakan untuk orang yang mengundangnya seusai menyantap hidangannya. Di antara doa yang ma’tsur adalah:
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُوْنَ ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ اْلأَبْرَارُ ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ المَلاَئِكَةُ
(رواه أبو داود )
“Orang yang berpuasa telah berbuka puasa padamu, dan orang-orang yang baik telah memakan makananmu, dan para malaikat telah bershalawat untukmu.” (HR. Abu Daud, dishahihkan Al-Albani).
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيْمَا رَزَقْتَهُمْ ، اَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنَا
وَاسْقِ مَنْ سَقَانَا
“Ya Allah, ampunilah mereka, belas kasihilah mereka, berkahilah bagi mereka apa yang telah Engkau karuniakan kepada mereka. Ya Allah, berilah makan orang yang telah memberi kami makan, dan berilah minum orang yang memberi kami minum.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar