Suryabrata, seorang tokoh psikologi, mengungkapkan, paling tidak ada enam
kegunaan fantasi.
Pertama, fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam kepribadian orang lain. Dengan demikian ia akan lebih dapat memahami sesama manusia.
Kedua, fantasi memungkinkan orang untuk menyelami sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya. Ini merupakan modal untuk sikap empati.
Ketiga, fantasi memungkinkan seseorang untuk melepaskan diri dari ruang dan waktu. Akibatnya, ia akan dapat memahami apa yang terjadi di tempat lain dan di waktu lain, Hal inilah yang antara lain memudahkan seseorang untuk belajar geografi (memahami kejadian di tempat lain) dan sejarah (memahami kejadian di waktu lain).
Keempat, fantasi memungkinkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi. Fantasi pula yang bermanfaat untuk melupakan kegagalan di masa lampau.
Kelima, fantasi memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik secara imajiner. Hal ini akan membantu mengurangi ketegangan psikis dan menjaga keseimbangan batiniah.
Keenam, fantasi memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dikejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikannya.
Dongeng juga bermanfaat karena memungkinkan ditemukannya tokoh identifikasi. Pada awalnya anak menemukan kemungkinan-kemungkinan identifikasi itu pada tokoh-tokoh yang dekat dengannya, yang kongkrit sifat dan perwujudannya sebagai pribadi. Misalnya, ibu, ayah, atau kakaknya. Lama-kelamaan kemungkinan menemukan tokoh identifikasi itu merambat keluar dari batas lingkungannya yang langsung, misalnya dari dongeng. Dengan ditemukannya kemungkinan identifikasi, si anak akan memperoleh semacam pedoman untuk tingkah lakunya.
Dongeng yang disampaikan dengan membacakannya dari buku memberi manfaat lain. Banyak pakar mengatakan bahwa membacakan buku cerita merupakan bentuk pelatihan agar anak suka membaca.
Membacakan buku cerita bermanfaat untuk memperluas dan menambah kosakata anak dan sekaligus orangtua yang membacakannya. Dengan membacakan buku dongeng, orangtua juga belajar bagaimana berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, dan ini yang penting, anak sedari kecil sudah dibiasakan mendengar bahasa yang baku meskipun ia belum bersekolah.
Jim Trelease, seorang ahli pendidikan anak menyebutkan bahwa membacakan buku cerita kepada anak memiliki beberapa fungsi. Di antaranya, bisa membantu anak mengembangkan kosakata, menstimulasi imajinasinya, melebarkan rentang perhatiannya, menyuburkan perkembangan emosionalnya, dan memperkenalkan susunan dan nuansa bahasa. Karenanya, membacakan cerita dari buku kepada anak akan menjadi dorongan yang sangat baik baginya untuk belajar membaca.
Demikian pentingnya dongeng bahkan sudah teruji sampai ke tingkat yang lebih makro. Adalah David Mc. Delland yang membuktikan bahwa dongeng sangat penting bagi kemajuan perekonomian suatu bangsa.
Teori Mc. Delland tentang Motivasi Berprestasi merupakan karya klasik teori modernisasi. Teori ini menerapkan metode proyeksi untuk mengukur motivasi berprestasi seseorang.
Dalam diri seseorang terdapat need for achievement (n-Ach), yakni suatu motivasi individual untuk menegakkan bagi dirinya sendiri sesuatu yang harus dicapainya dan kemudian ukuran (standar) kecemerlangan untuk itu. Dengan kata lain, n-Ach adalah kebutuhan untuk dinilai berhasil pada beberapa pengukuran keunggulan internal. Hal itu menunjukkan keinginan individu untuk melakukan sesuatu dengan baik, untuk mengatasi tantangan, untuk diuji, untuk berusaha sekuat tenaga, dan untuk berhasil.
Mc. Delland menguji n-Ach antara lain dengan mengkaji bacaan anak yang populer. Mc. Delland menemukan bahwa negara-negara di mana bacaan anaknya menekankan kebutuhan untuk berprestasi (n-Ach) dan kepedulian pada pihak lain, memiliki tingkat pertumbuhan tiga kali lipat dibandingkan negara-negara di mana dimensi-dimensi tersebut hanya memperoleh perhatian sedikit.
McDelland memusatkan perhatian pada "pengalaman di masa pertumbuhan anak" Menurutnya, pada masa itu kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan manusia dibentuk. Seorang anak yang memperoleh sosialisasi nilai-nilai kemandirian (diteorikan terutama melalui berbagai dongeng dari beragam sumber) akan mampu menempati peran-peran kewiraswastaan saat ia dewasa. Kehadiran sumberdaya manusia yang kompetitif seperti itulah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Jadi, fungsi dongeng dan buku cerita itu dahsyat. Karena itu, memberikan dongeng dan buku cerita untuk anak-anak kita seharusnya menjadi keniscayaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar