Berbagai cara ditempuh orang untuk menurunkan berat badan, dari diet ringan sampai diet ketat. Bahkan kini cabai konon bisa dipakai untuk menurunkan berat badan oleh orang Barat. Benarkah demikian?
Tingkat toleransi masing-masing orang terhadap cabai sangat beragam, tergantung kebiasaan. Karenanya, bila hendak mencoba memanfaatkan cabai untuk menurunkan bobot badan, Anda mesti siap terhadap dua kemungkinan: tujuan tercapai atau Anda mendapat gangguan perut.
Karena perbedaan kedudukan cabai di hadapan orang Barat, termasuk Australia, dan Indonesia, penggunaan cabai untuk penurunan bobot badan belum tentu cocok untuk orang kita. Bagi orang Indonesia, cabai merupakan pembangkit selera makan. Tapi kalau orang bule disuruh makan sesendok ekstrak cabai, mungkin sudah menderita luar biasa. Memang besar kemungkinan cabai bisa digunakan untuk menurunkan bobot badan dalam beberapa aspek. Mungkin dengan makan cabai nafsu makan orang jadi berkurang. Akibatnya, masukan energi dari makanan berkurang sehingga kebutuhan energi untuk aktivitas seperti biasa harus diambilkan dari cadangan makanan dalam tubuh. Inilah yang berbuntut pada penurunan bobot badan.
Kondisi pencernaan seseorang dipengaruhi oleh faktor defensif dan agresif. Faktor defensif adalah ketahanan dinding mukosa lambung, vaskularisasi, hormon prostaglandin. Sedangkan faktor agresif di antaranya asam lambung, obat, makanan, alkohol, dan sebagainya. Dalam hal ini, cabai termasuk faktor agresif. Bila diibaratkan faktor-faktor itu sebagai anak timbangan, dalam kondisi normal, faktor defensif ini sedikit lebih berat ketimbang faktor agresif. Namun, lebih dari itu barulah timbul keluhan. Contoh kongkretnya adalah ketika Anda mengkonsumsi cabai tertentu, faktor agresif ini masih bisa ditoleransi oleh faktor defensif. Namun begitu nyeplus satu atau dua cabai, perut menjadi mulas.
Minggu, 29 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar