Minggu, 29 November 2009

Daya Tarik Bunga Kuburan 1

Kalau ditengok ke belakang, booming tanaman hias barangkali diawali sekitar 10 tahun lalu. Sejalan dengan itu muncul jenis-jenis tanaman tertentu yang digandrungi penikmat tanaman, bahkan melahirkan trend baru. Euphorbia, helikonia, palem, pachira, misalnya, bisa dianggap sebagai bending merah yang menandai perjalanan selera tanaman hias di kota-kc~a besar. Tatkala helikonia atau pisang-pisangan muncul ke permukaan, bisa dibilang tak satu pun taman yang tidak dihiasi tumbuhan asal Kosta Rika ini.
Di balik lahimya sebuah trend, ada satu nama yang patut disebut, Santosa Widjaja (35), pria lajang yang gandrung pada tanaman dan juga binatang sejak masa kanak-kanak. "Helikonia saya masukkan (ke Indonesia) seiak tahun 1991. Lalu Queen Palm yang asal Australia. Pachira atau 'pohon uang' pertama kali saya datangkan dari Taiwan tiga tahun lalu," kata Santosa yang acap disapa Sansan.
v Tanaman kuburan
Sansan memang terus mencari kemungkinan baru. "Sekarang saya lagi, promosikan plumeria,.kamboja," akunya. Kamboja yang suka ditanam. di kuburan itu? Betul! Bagi banyak orang, tanaman itu identik dengan urusan yang berbau kematian. Namun di benak Sansan, kamboja memenuhi syarat sebagai tanaman taman, yang menghadirkan trees with flowers. Apalagi kamboja adalah satu-satunya pohon di Indonesia yang berbunga sepanjang tahun, bentuknya bagus lantaran ditopang oleh struktur daun dan batang yang apik. juga gampang dipelihara, bisa cepat tumbuh di alam tropika, kendati dibiarkan tumbuh tanpa pupuk dan jarang disiram. Dengan konsep itu, ia membayangkan bagaimana indahnya halaman rumah andai ditumbuhi kamboja yang berbunga lebat. Sebelumnya, Sansan sempat melirik flamboyan yang dikenal dengan julukan Queen of the Flowers, ratunya bunga. Namun, sebagai penghias taman, bunganya hanya muncul 1 - 2 tahun sekali. ltu pun masif dan tidak bisa dipetik lantaran kelewat mungil. Koleksi anggrek di kebunnya, disemprot anti hama. Langkah awal mengedepankan kamboja yang banyak tumbuh di Bali ini dimulai sejak dua tahun lalu. Pria berpenampilan santai ini menyempatkan diri berburu jenis-jenis kamboja ke segenap pelosok dunia, termasuk Halk waii, Thailand, dan Pulau Dewata sendiri.
"Saya memang tukang jalan. Niat sebenarnya cuma travelling, tapi dasar suka tanaman, ujung-ujungnya ya borong tanaman apa saja, sampai nggak sempat bawa oleh-oleh buat teman-teman," ujarnya. Bila sudah menyangkut tanaman, kemauannya memang luar biasa. Berapa pun harganya akan dibeli. Bahkan, sekali waktu ia pernah nekat "mengambil" koleksi di kebun botani lantaran tak bisa dibeli ataupun diminta.
Dari hasil koleksi dan kawin silang berbagai jenis kamboja itu kini paling tidak telah dihasilkan 50 jenis varian kamboja dengan kisaran warna yang bergradasi dari putih bersih sampai nyaris hitam. "Bunga putih ini nggak sama dengan yang di kuburan. Kalau yang di kuburan bunganya lebih keal. Ini pun bunganya belum normal, kalau normal diameternya bisa sampai 10 cm,". katanya sembari menunjukkan beragam warna bunga kamboja hasil kawin silang.
Teknik pengawinan silang antarbunga memang sengaja dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang dikehendaki dengan cara yang cepat. Cara ini sebenarnya meniru persilangan di alam dengan bantuan angin. Dari 59 jenis kamboja di kebun bunganya yang tak jauh dari gerbang tol Sirkuit Sentul, Jawa Barat, delapan di antaranya lahir dari tangannya. la mengaku, kendati bunganya cukup besar, tetap belum bisa menyaingi besamya bunga asal luar negeri. "Saya nggak mikirin untuk dipatenkan segala. Sebagai orang bisnis, yang penting ada yang beli, ha-ha-ha, “kata Sansan polos.

Penggemar masakan Thailand ini punya angan-angan, penanta seni dijamin suka dengan tekstur batang kamboja yang bagus plus bunganya yang warna-warni. "Ron-
tokan bunganya saja kalau ditaruh di meja, it's beautiful. Apalagi kamboja kesannya
very tropical, very Indonesian."
v Rp 5 juta satu pohon
Upayanya mengangkat tanaman baru sampai dicari orang memang pantas diacungi jempol. Ketika didesak resep keberhasilannya, ia cuma menjawab singkat. "Mata mesti jago, jeli, dan. tahu pasar," katanya tanpa menjabarkannya lebih jauh. Tapi agaknya kemampuan membaca pasar tanaman hias tumbuh sejalan dengan endapan pengalaman menggeluti bisnis ini sejak 15 tahun lalu. Pada masa-masa awal membuka kebunnya, ia betul-betul berjuang dari bawah. Koleksi tanaman ataupun luas lahan baru bertambah seiring dengan perkembangan keuntungan bisnisnya. "Makanya kebun saya bentuknya tak karuan. Jika ada duit lebih, baru beli tanah. Begitu seterusnya," ungkapnya.
Anggrek memang menjadi komoditas pertama yang digeluti. Tapi kemudian ia merambah jenis tanaman hias lain setelah melihat tanaman hias asal luar negeri bagus-bagus. Mungkin kalau dibudidayakan tidak kalah dengan anggrek, begitu pikirya. Benar saja, dari jerih payahnya akhirnya lahir berbagai jenis tanaman yang menandai perjalanan sebuah trend tanaman hias di Indonesia. Secara ekonomi, ia pun menerima berkah. Omzetnya meningkat, terangkat harga jual yang relatif tinggi. "Ketika jenis-jenis anturium marak, satu pohon bisa laku jutaan rupiah. Bahkan, saya pernah jual pohon yang keal seharga Rp 5 juta. Soalnya, semua orang pasti ingin punya pada saat sedang in, berapa pun harganya," kata pria yang semasa kecill bercita-cita menjadi zoo keeper ini. Tak aneh kalau sekarang ia mengoleksi berbagai jenis satwa, dari anjing, burung, ayam, hingga kambing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar