Selasa, 24 November 2009

Dampak Negatif Menonton TV

Dampak Negatif Menonton TV
Satu yang bisa dilakukan orang tua untuk meminimalisasi efek buruk tayangan TV adalah dengan melakukan pembatasan TV. Sebagaimana diet makan, pada diet TV juga diatur jumlah dan jenis tayangan yang boleh dikonsumsi keluarga. Aturan ini perlu ditegaskan orang tua secara konsisten. Misalnya, orang tua menetapkan waktu setengah jam sehari untuk nonton TV. Maka, jangan tergoda untuk membiarkan anak melewati batas waktu menonton ini.
Lantas, bagi anak yang sudah berusia 7 tahun, bisa diajak berdiskusi soal dampak buruk bila banyak menonton TV. Apa yang terjadi pada otot matanya, tulang punggungnya, otaknya, waktu bermain, belajarnya, dan seterusnya. Sementara, bila usia anak di bawah tujuh tahun, orang tua dapat mengalihkan kegiatan anak ke arah kegiatan yang lebih positif, seperti memberikan mainan atau mengajak anak melakukan aktivitas asyi.k lainnya.
Tentu saja orang tua perlu berkorban untuk sedikit jadi "repot" dalam mengeksplorasi berbagai cara dan kegiatan yang menarik. Namun, banyak cara bisa dilakukan orang tua, mencari lewat buku, browsing di internet, sharing dengan orang tua lain atau memilih ikut pelatihan.
Lewat yayasan yang dipimpinnya, Kita dan Buah Hati, Elly menawarkan pelatihan bermain bermakna. Pelatihan tersebut mengarahkan orang tua untuk menganalis cara kerja otak anak. Ada berbagai macam kegiatan yang bisa dilakukan, seperti bermain dengan barang bekas, dengan aft, batu, daun den sebagainya. Atau, dengan mengajarkan anak berbagai ketrampilan, seperti menyulam, menjahit, merangkai bunga, atau kegiatan olahraga. Dengan aneka kegiatan tersebut, anak-anak bisa memiliki alternatif lain selain nonton TV.
Selain membatasi waktu nonton, orang tua juga perlu mengetahui jenis tayangan yang ada. Untuk membantu orang tua dalam melakukan kategori tayangan anak kini sudah ada media watch khusus yang mengamati soal tayangan bagi anak, seperti yang diterbitken KIDIA. Dengan berlangganan media KIDIA ini misalnya, orang tua dapat menilai apakah satu tayangan masuk kategori amen, hati-hati ataukah berbahaya.
Aturan dalam diet TV tentu harus selalu dievaluasi den sosialisasikan ulang kepada seluruh anggota keluarga. Jangan cepat putusasa dan ingat bahwa kata kuncinya terletak pada konsistensi. Di atas semua itu, ingatlah bahwa diet TV bukan hanya berlaku kepada anak, tapi juga berlaku untuk seluruh anggota keluarga. Jadi, bakal susah omong soal diet TV bagi anak bila orang tua sendiri nyandu nonton gosip den telenovela.
Paling ringan adalah bagaimana anak-anak terkondisikan bersahaja dalam menonton TV, tidak terlalu lama, juga tidak terlalu sedikit. Tidak terlalu sering, juga tidak terlalu jarang. Ini yang mungkin dapat kita sepakati bersama. Hal ini jika saja menonton TV sudah ada kesepakatan kemubahannya.
Kemudian Kitab (Al-Qur’an) itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar (QS. Fathir: 32)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar