Senin, 30 November 2009

Dakwah Keluarga, Prioritas Utama

Dakwah Keluarga, Prioritas Utama

Keluarga adalah obyek dakwah yang harus serius mendapat perhatian seorang muslimah. Bila untuk proyek-proyek dakwah lainnya perlu penyusunan proposal hingga detil langkah implementasinya, mengapa tidak dalam keluarga?
S ebagai unit sosial yang paling kecil, keluarga sarat menentukan wama dan corak anggota keluarganya. Ia merupakan wadah pertama pembentukan sumber daya manusia dan keluargalah lahir generasi penerus yang akan meneruskan dakwah Islam sebagaimana cita-cita orangtuanya.
v Proyek Laboratorium Peradaban
Husain Muhammad Yusuf daiam bukunya Ahdaf AI-Usrah Fil Islam menjelaskan, keluarga adalah batu pertama dalam membangun negara. Menurutnya, sejauh mana keluarga dalam suatu negara memiliki kekuatan dan ditegakkan pada landasan nilai, maka sejauh itu pula negara tersebut memiliki kemuliaan dan gambaran moralitas dalam masyarakatnya.
v Penghargaan Islam Pada Soal-soal Keluarga

Islam amat respek dan begitu tinggi memeperhatikan persoalan keluarga. Betapa tidak, keluarga adalah unit yang sangat mendasar di antara unit-unit pembangunan alam semesta. Diantara fungsi besar dalam keluarga adalah edukatif (tarbiyah). Dari keluarga inilah segala sesuatu tentang pendidikan bermula. Apabila salah dalam pendidikan awalnya, maka peluang akan terjadinya berbagai penyimpangan pada diri
anak tentu semakin tinggi. Karena itulah pada dasarnya Islam telah menjadikan tarbiyah sebagai atensi yang dominan dalam kehidupan. Abdul A’la Al-Maududi, seorang Ulama asal Mesir mengartikan kata tarbiyah sebagai mendidik dan memberikan perhatian."
Setidaknya ada empat unsur penting dalam pendidikan. Pertama, menjaga dan memelihara fitrah obyek didik. Kedua, mengembangkan bakat dan potensi obyek didik sesuai dengan kekhasannya masing-masing. Ketiga, mengarahkan potensi dan bakat tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempumaan. Keempat, seluruh proses tersebut dilakukan secara bertahap.

Keempat unsur tersebut menunjukkan penting nya peran pendidikan dalam keluarga. Karena keluarga akan membentuk karakter kepada anggotanya dan mewamai masya katnya. Singkatnya keluarga merupakan laboratorium peradaban. Dan bagi muslimah, yang secara umum merupakan penanggungjawab utama dan pertama dalam kehidupan keluarga, menyiapkan keseriusan dan kepurnaan program pengembangan dakwah keluarga tentu merupakan prioritas utama.
Pendidikan dalam keluarga dimulai sejak dini dan berawal dari rumah. Meminjam istilah Bobbi De Porter dan Mike Hemacki, dalam teori Quantum Learning, pembelajaran masa kecil di rumah adalah saat-saat yang amat menyenangkan. Porter dan Hemacki mencontohkannya ketika anak usia satu tahun belajar berjalan. Kendati dengan tertatih-tatih dan berkali-kaii jatuh, toh anak pada akhimya mampu berjalan, tanpa merasa ada kegagalan. Suatu hal yang amat berbeda dengan pembelajaran orang dewasa.
Fungsi tarbiyah dalam keluarga pun menjadi sedemikian vital untuk mempersiapkan masa depan umat. Seluruh anggota keluarga harus mendapatkan sentuhan tarbiyah untuk menghantarkan mereka menuju optimalisasi potensi, pengembangan kepribadian, peningkatan diri menuju batas-batas kebaikan dalam ukuran kemanusiaan. Bila demikian pentingnya urgensi keluarga sebagai laboratorium peradaban, mengapa proyek ini belum kita jalankan, yakni proyek dakwah keluarga?
Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam, menyebutkan 7 macam pendidikan integratif dalam keluarga. Seluruhnya harus dilaksanakan secara sistemik dalam keluarga untuk mentarbiyah anggota keluarga menjadi hamba Allah yang taat, yang mampu mengemban amanah dakwah ini. Ketujuh pendidikan tersebut adalah pendidikan iman, pendidikan moral, pendidikan fisik, pendidikan intelektual, pendidikan islam, pendidikan sosial dan pendidikan seksual.
Sementara Hibbah Ar-Rauf, dalam bukunya Wanita Politik: Pandangan Islam, menambahkannya dengan pendidikan politik dalam keluarga.
Pendidikan iman merupakan pondasi yang kokoh bagi semua bagian pendidikan. Pendidikan akan menjadi bingkai kehidupan manusia yang memiliki landasan kokoh berupa iman. Budaya masyarakat yang tidak terbingkai dengan poin-poin tersebut menyebabkan degradasi, maka penguatan moralitas melalui ndidikan keluarga menjadi semakin signifikan manfaatannya.

Pendidikan psikis membentuk berbagai karakter rpositif kejiwaan, seperti keberanian, kejujuran, mandirian, kelembutan, sikap opimistik, dan serusnya. Karakter ini akan menjadi daya dorong anusia melakukan hat-hal terbaik bagi urusan dunia dan akhiratnya.
Pendidikan fisik tak kalah pentingnya. Dalam luargalah proses tumbuh kembang seorang anak terpantau. Gaya hidup sehat dapat dibangun lam keluarga, seperti mengkonsumsi makanan yang halal dan thayib, dan kebiasaan berolahraga, proses ini sangat penting dalann menyiapkan kuatan fisik agar tubuh menjadi sehat.
Pendidlikan intelektual harus dilakukan dalam lkeluarga sejak dini. Karena peradaban masa pan umat akan tergantung kepada kapasitas intelektual generasi muda. Anggota keluarga harus memiliki kecerdasan yang memadai karena mreka akan bersaing dalam era giobalisasi. Hal harus dimulai dengan membangun kebiasaan lajar yang menyenangkan.
Peran sosial bermaksud menumbuhkan kepribadian sosial anggota keluarganya agar mereka memiliki kemampuan bersosialisasi dan menebarkan kontribusi positif bagi upaya perbaikan masyarakat. Dalam hal ini, menumbuhkan keterkaitan hati anak-anak dengan masjid adalah salah satu aspek yang perlu ditanamkan sejak dini. Peran sosial tersebut kini terancam virus individualistik yang merasuki sebagian besar masyakarakat. Virus tersebut menyebabkan tumpulnya perasaan seseorang terhadap berbagai persoalan yang membelit masyarakat di sekitamya dan menimbulkan prinsip hidup "lu-1u, Gue-Gue."
Pendidikan seksual diperlukan untuk membangun kesadaran anggota keluarga terhadap peran dan tanggungjawabnya berdasarkan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan. Selain pengajaran tentang kesadaran peran tersebut juga perlu ditekankan tentang pengetahuan, sikap dan perilaku yang benar dalam permasalahan kesehatan reproduksi. Bukan hanya kepada anak perempuan, namun juga kepada anak laki-laki.
Sedangkan pendidikan politik dalam keluarga diperlukan untuk membangun kesadaran dan membangun kemampuan anggota keluarga dalam menyikapi berbagai persoalan politik yang erat kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat.
v Keluarga Prioritas Proyek Dakwah

Sebagaimana proyek dakwah lainnya yang membutuhkan perencanaan hingga evaluasi yang rapi, proyek dakwah dalam keluarga pun demikian. Beberapa langkah berikut adalah upaya yang dapat dilakulkan seorang muslimah dalam menyusun proyek dalam keluarganya.
1. Alokasikaniah waktu bersama suami untuk membangun rencana strategis keluarga, yang dibagi dalam tujuh proyelk da'wah keluarga, untulk jangka waktu lima tahun.
2. Buatlah turunan dari rencana tersebut untuk program tahunannya. Jangan lupa untuk menunjuk penanggungjawab setiap program. Sosialisasikanlah kepada pihak-pihak terkait, seperti khadimat, keluarga yang tinggal serumah, dan lain-lain.
4. Lakukan evaluasi dan masukan baqi perbaikan pelaksaan program selanjutnya. Mungkin hasil yang Anda dapatkan tidak bisa memenulni semua harapan Anda. Namun, selagi masih memiliki semangat untuk memperbaiki proses dan berdoa penuh harap kepada Allah SWT, tentu jauh lebih baik daripada membiarkan proyek berharga ini terbengkalai begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar