Hari Tanpa TV
Ada kado istimewa untuk anak-anak Indonesia pada Hari Anak 23 Juli ini: Hari Tanpa TV. Saya sebut kado istimewa karena Hari Tanpa TV adalah kampanye yang diluncurkan untuk menolong anak-anak di Tanah Air.
Apa itu Hari Tanpa TV? Itu adalah hari di mana keluarga-keluarga di Indonesia tidak mengonsumsi siaran TV selama sehari penuh agar mereka dapat merasakan bahwa hidup bisa lebih bernilai ketika lebih banyak kegiatan lain dapat dilakukan ketimbang menonton TV.
Kampanye ini dilaksanakan sebagai ungkapan keprihatinan terhadap siaran TV yang tidak aman untuk anak. Penyelenggaraannya akan dilangsungkan hari Minggu, 22 Juli 2007, sehari sebelum Hari Anak.
v Mengapa Hari Tanpa TV?
Kita sudah mengetahui bahwa TV memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dewasa ini. Namun sayangnya aktivitas menonton TV memangkas waktu interaksi dalam keluarga, menimbulkan dampak negatif berupa peniruan dan penanaman nilai pada anak-anak dan remaja, berkontribusi pada gaya hidup yang tidak sehat, menimbulkan sikap konsumtif, dan sebagainya. Fungsi siaran TV sebagai hiburan jauh lebih menonjol dibanding dengan fungsi yang seharusnya bisa diperankan berupa informasi dan edukasi.
Sayangnya, tingkat pengonsumsian TV dalam banyak keluarga cukup tinggi. Banyak keluarga menyetel TV tanpa batas waktu, membiarkan tombol TV selalu dalam keadaan on. Menonton TV menjadi kegiatan baku di banyak rumah.
Penelitian Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) tahun 2006 menunjukkan bahwa jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia SD berkisar antara 30-35 jam seminggu. Belum lagi, angka ini masib ditambah dengan sekitar 10 jam untuk bermain video game. Ini adalah jumlah waktu yang terlalu besar untuk hiburan yang kurang sehat baqi anak.
Padahal, jika keluarga mengalokasikan waktu yang lebih sedikit untuk menonton TV, maka keluarga tersebut akan mempunyai lebih banyak waktu untuk aktivitas-aktivitas yang lebih positif interaktif dan mempererat hubungan kekeluargaan. Selama ini, aktivitas-aktivitas positif ini semua terabaikan akibat terambil oleh TV.
Yang diperlukan untuk ini adalah tumbuhnya sikap kritis anak, remaja, orangtua, dan seluruh lapisan masyarakat dalam menggunakan TV, agar dapat terhindar dari dampak negatifnya dan dapat mengoptimalkan fungsi TV sebagai sumber informasi dan pengetahuan. Untuk itulah kampanye Hari Tanpa TV dilaksanakan.
Kampanye Hari Tanpa TV bertujuan untuk membangkitkan sikap kritis keluarga dan masyarakat dalam mengkonsumsi siaran TV, dengan cara mengurangi jumlah jam menonton TV dan pemililihan acara yang aman dan sehat.
v Bagaimana Hari Tanpa TV?
Gerakan Hari Tanpa TV ini diprakarsai oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) dan Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) serta didukung oleh berbagai institusi yang bersedia bergabung. Siapakah yang dapat berpartisipasi dalam gerakan ini? Semua orang diharapkan bisa mengikuti aksi ini. Anak-anak, remaja, orang dewasa dan orangtua dapat terlibat baik secara indivual maupun melalui sekolah, kelompok-kelompok keagamaan, kantor, komunitas, dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Aksi Hari Tanpa TV dilakukan dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat dengan cara menyebarkan brosur, poster, dan media publikasi lainnya, untuk tidak mengkonsumsi TV dan menciptakan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan untuk seluruh anggota keluarga. Dengan tidak menonton TV selama sehari, setiap orang diharapkan dapat merasakan keterikatan dengan kehidupan yang nyata. Dan dengan adanya waktu yang didapatkan, mereka dapat melakukan kegiatan yang lebih produktif dan menyenangkan yang selama ini tidak pernah terpikirkan.
Untuk menggantikan aktivitas menonton TV, masyarakat dapat menikmati kegiatan membaca, mengobrol, bermain, berolah raga, membersihkan kamar, mengurus taman, mengunjungi kerabat, bercengkrama atau sejumiah aktivitas lain. Tim pelaksana Gerakan Hari Tanpa TV akan membuat lembar informasi mengenai tempat-tempat yang dapat dikunjungi oleh keluarga dan deskripsi mengenai berbagai kegiatan praktis yang bisa dilakukan di dalam maupun di luar rumah.
Target dari gerakan ini adalah keluarga yang memiliki anak usia prasekolah dan SD di seluruh wilayah Indonesia, dengan pemusatan aksi di Jakarta, Medan, Bandung, Yogya, Surabaya, dan Makassar. Diharapkan sekitar 1 juta keluarga di seluruh Indonesia mengikuti Gerakan Hari Tanpa TV.
v Bagaimana Kita Berpartisipasi?
Kita dapat berpartisipasi dalam aksi ini dengan berbagai cara. Yang pertama, berkomitmen. Caranya adalah dengan berbicara dengan keluarga tentang aksi ini. Sampaikan pemikiran yang mendasari gerakan keprihatinan ini, dan jadikan ini sebagai keputusan keluarga dan mintalah kerjasama mereka. Sampaikan bahwa Anda ingin aksi ini menjadi menyenangkan untuk sernua anggota keluarga. Yang kedua, dengan membentuk dan mengorganisasikan kelompok dari komunitas di lokasi masing-masing. Cari teman, keluarga dan tetangga yang juga tertarik dengan program ini. Kunjungi kepala sekolah, petugas perpustakaan sekolah, guru seni/musik, pelatih olahraga, atau pernimpin agama. Mintalah dukungan dan partisipasi mereka. Yang ketiga, dengan mengidentifikasi pendukung gerakan ini dan memberi semangat serta dukungan pada pendukung program ini. Yang keempat, bekerjasama dengan media. Pendukung gerakan ini di setiap kota dapat membuat publikasi yang melibatkan media-media yang bisa dimanfaatkan. Press release dan bahkan konfrensi pers bisa juga dilakukan. Yang kelima, kita mulai terapkan aktivitas "bebas TV'. Kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan membangun kedekatan dengan anggota keluarga, tetangga dan komunitas yang menarik dan menyenangkan sebagai ganti acara menonton TV.
Aksi ini amat membutuhkan dukungan Anda. Tujuannya untuk kemaslahatan bagi anak-anak kita. Dan itu artinya untuk wajah Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Senin, 30 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar