Minggu, 29 November 2009

Bunga Penolak Nyamuk 1

Bunga Penolak Nyamuk


Nama tanaman sering menimbulkan keingintahuan. Begitu juga cente manis. Anda tidak akan mengira, cente itu nama lain yang lebih sedap dari taik ayam atau kembang telekan.
Sebagai perdu asal Amerika Tengah, ia dimasukkan ke Indonesia dari Singapura. Tidak sebagai cente manis, tetapi lantana. Itu terjadi tahun 1860 dulu, ketika negeri pulau itu mulai mekar sebagai negeri transito barang eksotik.
Tanaman itu disukai orang sebagai pagar hidup. Juga oleh orang daerah Bogor dan Bandung,yang menyebutnya pagar cente. Batangnya yang tegak setinggi 1,5 m memang bercabang banyak, sampai sebentar saja sudah rimbun. Cocok untuk dijadikan penghalang yang tak tertembuskan.
Tetapi, cente kemudian naik pangkat menjadi penghias taman karena bunganya manis sekali. Kecil mungil dan berkumpul di ujung tangkai, dengan warna yang berubah-ubah. Bunga yang mula-mula merah muda, makin berumur berubah menjadi merah, dan yang kuning menjadi jingga. Ada pula yang berwarna saffron, yang menjadi lebih saffron (kuning jingga) seperti bunga safron. Tetapi, yang putih hanya menjadi putih mangkak saja.
Karena bunganya yang manis itulah, ia kemudian beredar dalam buku-buku tentang bunga sebagai cente manis. Dalam perjalanan sejarah tercipta hibrida dan varietas lantana yang lebih bermacam-macam warna bunganya. Lantana camara "Cloth of Gold" misalnya, berwarna kuning emas terus, tidak berubah seperti moyangnya yang liar. Varietas Snow Queen putih salju, tidak mau berubah mangkak.
Sesudah perang kemerdekaan, dimasukkan pula Lantana selloviana ke Indonesia. Lantana kerdil ini lebih mungil. Daunnya, bunganya, batangnya! Batang ini malah tidak mau tumbuh meninggi, tetapi merayap tetap rendah di atas permukaan tanah serendah 20 cm.
Sebagai tanaman hias, ia paling senang disuruh membentuk karpet di taman berbatu-batu. Meskipun begitu, bagi yang tidak mungkin menyusun rock garden, ia juga manis ditanam dalam bak yang dibangun sepanjang pagar. Atau bak panjang di tepi teras rumah bertingkat.
Bunganya yang sedang mekar ikut merayap beramai-ramai. Merah ungu warnanya, tetapi ada juga varietasnya yang kuning. Karena berasal dari Montevideo, Uruguay, ia juga diedarkan sebagai Lippia montevidensis.

v Penolak serangga
Kalau di kota dipakai sebagai tanaman hias, di pedesaan cente manis yang asli dikerahkan untuk memberantas alang-alang. Naungan yang diciptakannya membuat alang-alang merana dan mati konyol. Hanya sayang, kalau cente manisnya tidak dikendalikan, justru dia yang merajalela, lalu makan waktu (dan hati) untuk memusnahkannya, sebelum lahan bisa dibebaskan.
Daun cente manis mengandung minyak asiri lantanin yang berbau busuk seperti kotoran ayam (kalau diremas-remas dan keluar cairannya). Kupu-kupu yang mencari daun untuk bertelur tidak suka mendekat, tetapi menghindar. Bau daun itu tidak bisa dibilang mampu menumpas serangga, tetapi cuma menolak saja.
Wah! Kalau tidak ada serangga yang mau mendekat, apakah bunganya bisa diserbuki? Bisa! Di dunia serangga ini ada saja yang suka pada bau busuk. Misalnya lalat buah. Sampai sekarang belum ada yang mau mencoba memanfaatkan daun busuk itu sebagai pemberantas serangga, melainkan hanya sebagai penolak serangga. Karena bisanya hanya menolak, ia baru sampai taraf diperbincangkan saja!
Buah cente manis berupa buah batu bulat kecil yang berdesak-desakan. Warnanya hijau kalau masih mentah dan berubah biru kehitam-hitaman kalau sudah matang. Buah berbiji tunggal ini sangat beracun dan anak-anak sebaiknya dilarang bermain-main dengan buah itu.

v Piretrum bunga krisan
Bunga yang lebih bertindak sebagai penumpas serangga ialah krisan. Tetapi tidak sembarang krisan. Dulu kita hanya mengenal Chrysanthemum indicum di Indonesia. Bunga asal Cina ini masuk ke Indonesia karena dibawa oleh orang Cina dari Tiongkok zarnan Rumphiusnya VOC tahun 1660 dulu. Orangorang Cina Jawa pada zarnan itu agak menaruh hormat pada seruni ini. Selain menarik, juga karena terus-menerus ada di pasar bunga, walaupun bunga lain sudah menghilang.
Di Jepang, bunga itu dipakai sebagai lencana pribadi oleh Kaisar Mikado, tahun 797. Ada suatu masa, rakyat biasa dilarang menanam bunga itu. Hak bertanam dimonopoli oleh keluarga kaisar dan kalangan istana, yang meraih keuntungan besar dari praktek monopoli itu. Baru sesudah pemerintah makin dewasa, bunga itu boleh ditanam oleh rakyat jelata.
Sebagai anggota famili Compositae, bunga seruni terdiri dari sejumlah bunga kecil yang berkumpul begitu padat di bagian tengah, sampai sepintas lalu seperti satu bunga tunggal. Efek ini diperkuat oleh berkumpulnya kelopak bunga di sekeliling kumpulan bunga utama di tengah itu. Kelopak bunga yang mengelilinginya berbeda warnanya dengan bunga tengah. Komposisi warna dan bentuk yang bervariasi ini membuat bunga itu menarik.
Kemudian pernah beredar bunga margrit Chrysanthemum leucanthem di Indonesia. Ia begitu populer, sampai setelah PD II ada majalah wanita yang memakai nama Margriet. Kini, setelah makin banyak muncul berbagai varietas hasil kultur, kultivar baru ini tidak mungkin diberi nama seruni iagi, tapi krisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar