Rabu, 25 November 2009

Blimbing Wuluh Pendepak Batuk

Blimbing Wuluh Pendepak Batuk


Seandainya kencur di pasaran tiba-tiba menghilang gara-gara distribusinya tersendat macam yang terjadi pada minyak goreng tempo hari, buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) milik tetangga kita, bisa digunakan sebagai penggantinya. Sebagai bumbu dapur, belimbing wuluh dipakai untuk memberi rasa asam. Sedangkan sebagai bahan obat tradisional, buah beruang lima dengan bentuk agak silinder ini bisa membantu penyembuhan berbagai penyakit selain batuk, di antaranya tekanan darah tinggi. Belum diketahui senyawa apa yang mampu menghentikan batuk. Yang pasti di dalam buahnya terkandung senyawa asam oksalat dan kalium. Untuk menjadikannya sebagai obat batuk, menurut Perry (1980), belimbing wuluh mesti dicam­pur dengan daun dan bunga­nya dalam takaran yang sa­ma. Ketiganya direbus sela­ma sekitar 30 menit. Air re­busan inilah yang digunakan sebagai obat batuk. Pada ka­sus batuk rejan yang tidak mempan diobati dengan obat­obatan, bisa disingkirkan de­ngan mengkonsumsi manisan belimbing wuluh sebanyak 6 - 8 buah.
Serangan batuk juga da­pat dipatahkan oleh bunga­nya. Kembang berwarna ungu dengan panjang sekitar 2 mm ini direbus dengan gu­la batu. Air rebusan ini lalu diminum. Sayangnya, senyawa yang membuat batuk kabur masih belum diketahui. Yang sudah dilaporkan hanyalah di dalam buah belimbing wuluh terda­pat senyawa kalium oksalat.
Daun saga Abrus precatorius yang telah populer di masyarakat seba­gai salah satu obat sariawan pun cukup am­puh untuk melawan se­rangan ba­tuk mem­bandel. Ben­tuk daun ta­naman me­rambat ini mirip daun asam de­ngan rasa agak manis. Ku­rang jelas apakah senyawa yang dapat mengatasi sari­awan juga sama dengan yang mampu mengusir batuk. Yang pasti, cara penggunaan daun saga untuk mengusir batuk sama dengan untuk mengobati sariawan. Yakni, daun atau akar saga direbus dan ditambah kayu manis. Air rehusan itu yang diminum.
Tanaman ini tersebar cu­kup luas di seantero Nusan­tara. Ini ditunjukkan oleh beragamnya nama di setiap daerah. Di Jawa tumbuhan ini disebut saga telik, di Sun­da saga leutik, dan di Suma­tra dinamai kanderi atau kunderi. Bagian yang umum digunakan sebagai bahan obat adalah daun atau akar­nya. Sedangkan bijinya yang sebesar kacang hijau berwar­na merah mengkilat dengan bintik hitam mengandung ra­cun yang dapat mengakibat­kan luka pada usus (Tampubolon, 1981). Biji saga me­ngandung beberapa se­nyawa kimia, yakni abrin, senyawa bersifat Loksik, dan abric acid. Sedangkan akar, daun, dan batangnya me­ngandung glycyrhizin.
Masih ba­nyak tanaman yang bisa di­pakai untuk menghalau batuk. Namun, tumbuh-tumbuhan yang dikemukakan tadi ter­masuk yang mudah ditemu­kan sehingga pemanfaatan­nya bisa setiap saat yang paling tokcer? Mari kita coba saja. Hanya perlu di­perhatikan penggunaannya jangan sampai berlebihan agar efek sampingan yang tidak diinginkan dapat di hindari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar