Bila Remaja Membatah
Jangan remehkan kalimat yang menghakimi. Karena itu dapat berdampak pada kepribadian anak. Salah satunya, si remaja akan tumbuh menjadi sosbk pembangkang dan pemberontak. Akibatnya, apa pun nasihat Anda pasti akan dibantahnya.
Masa remaja merupakan masa penuh badai, karena pada saat ini berbagai masalah menghampiri para remaja. Mulai dari fase pubertas yang cukup membingungkan, hingga masalah eksistensi diri. Masa remaja merupakan masa yang rumit. Karena pada saat ini, mereka lepas dari kategori anak-anak, namun belum matang untuk masuk kategori dewasa.
Terkadang masalah-masalah yang mereka hadapi tersebut kurang dipahami dan direspon secara positif oleh lingkungannya, termasuk orang tua di dalamya. Misalnya mengenai eksistensi diri, mara ABG (anak baru gede) ini biasanya masih dianggap anak-anak. Sehingga mereka keberatan dan melakukan penolakan terhadap pelabelan anak tersebut.
Menurut psikolog, penolakan biasanya dilakukan dengan cara membantah atau tidak menanggapi obrolan orang dewasa dengan baik, alias cuek. Bantahan yang dilakukan oleh para remaja ini, dilakukan untuk menunjukkan eksistensi mereka. Karena mereka mulai ingin dihargai dan diperhatikan.
v Hindari Judgment
Untuk menghadapi remaja yang suka membantah ini harus disikapi dengan bijaksana. Karena pada masa transisi ini, remaja harus lebih banyak dimengerti. Orang tua harus memahami kondisi tersebut, agar anak tidak merasa diabaikan dan tidak dianggap.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan komunikasi yang baik pada mereka. Pada komunikasi ini, pilihan kata dan kalimat sangat menentukan efektifitas komunikasi. Menghindari kalimat yang berbau judgment harus dihindari. "Kok tidak belajar, kamu malas sekali!" kalimat tersebut harus dihindari, karena itu sama saja dengan menerapkan kesan bahwa mereka memang pemalas. Sehingga bukannya semakin giat belajar, sebaliknya mereka menjadi benar-benar pemalas.
Begitu juga saat menegur para remaja yang terlalu sibuk dengan aktivitas sms dan telepon dengan mengguankan hp, jangan sampai membuat mereka teradili. Tetapi bagaimana menyadarkan mereka dengan segala tanggung jawab yang diemban. Misalnya dengan bertanya bagaimana tangung jawab belajarnya menanyakan pekerjaan rumahnya dan seb-againya. "PR-nya sudah dikerjakan? Telponnya kan bisa nanti lagi". Dengan begitu si dia bisa tetap dikontrol namun tanpa menyinggung dan tidak menggurui.
Selain itu orang tua juga harus lebih care terhadap permasalahan para remaja. Seperti memahami keinginan mereka yang ingin mencoba hal baru. Serta lebih peka terhadap kebutuhan mereka. Misalnya kebutuhan untuk mengenai teknologi baru dan lainya.
Bentuk care juga bisa dilakukan dengan cara mengajak mereka sharing terhadap masalah keluarga maupun permasalahan anak yang sedang dihadapi. Sehingga mereka merasa dihargai dan keberadaanya diakui sebagai seseorang yang mampu untuk diajak diskusi. "Mereka paling senangjika keberadaanya diakui," terang
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar