Sabtu, 28 November 2009

Berawal Iseng, Akhirnya Cinta Islam

Berawal Iseng, Akhirnya Cinta Islam

Mush'ab, pemuda dari keluarga kaya suku Quraisy ini awalnya hanya Iseng dengan Nabi. Ia penasaran, seperti apa sosok Rasul. Ia pun membuntuti Nabi. Ternyata, ia justru terpesona ketika Nabi melantunkan ayat Alquran. Ia pun jadi mualaf.
Mush'ab bin Umeir adalah seorang pemuda yang tampan berasal dari keluarga kaya raya. Dalam kehidupannya ia banyak memiliki limpahan harta, dimanja secara berlebihan, menjadi pujaan banyak gadis, berotak cemerlang dan memiliki nama yang harum di seantero kota Makkah.
Selain itu, ia adalah pusat perhatian dalam setiap pertemuan, dimana setiap anggota majelis dan teman-temannya selalu mengharapkan kehadirannya untuk memecahkan berbagai persoalan karena kecermalangan otaknya.

v Pemuda Quraisy
Sampai suatu hari, terbetik kabar tentang Muhammad SAW yang menyatakan diri sebagai utusan Allah untuk menyampaikan agama yang benar. Kian hari kabar itu kian santer di kalangan warga Makkah, dan sampai juga di telinga Mush'ab. Mush'ab tergerak hatinya untuk menyeli-diki kebenaran berita tersebut.
Melalui usahanya, makin banyaklah berita yang ia ketahui, termasuk dimana Rasulullah dan para sahabatnya mengadakan pertemuan rutin, yakni di tempat suci di bukit Shafa, di kediaman Arqam bin Abil Arqam guna menghindari ancaman kaum Quraisy. Di tempat ini Rasulullah dan para sahabat berkumpul dan beribadah kepada Allah serta mempelajari ayat-ayat suci Alquran.
Dengan semangat dan tekad bulat, suatu hari diikutinya rombongan mereka menuju kediaman Arqam. Seperti tersebut dalam riwayat, baru sekejap mata Mush'ab mengambil tempat duduknya, terdengar olehnya Rasulullah melantunkan ayat-ayat suci Alquran dengan kekhusyukan yang mendalam.
Tergetarlah dada Mush'ab oleh pesona yang begitu agung, keharuan yang begitu mendalam dan kebahagiaan yang nyaris sempurna sehingga membuatnya hampir terlonjak ketika meng-hampiri Rasulullah.

v Sembunyi-sembunyi
Namun dengan penuh kebijakan dan rasa kasih sayang, Rasulullah mengelus dada pemuda Quraisy itu dengan tangan beliau nan halus. Maka menjadi terasa teduh batin pemuda yang tengah bergejolak hatinya oleh rasa ingin tahu itu. Selanjutnya, pada hari itu juga, masuklah Mush'ab bin Umeir ke dalam agama Islam dengan hati mantap dan keyakinan penuh.
Walaupun demikian, tidak semuanya berjalan sempurna. Salah satu sandungan terberat yang dialaminya, setelah masuk Islam adalah dari ibu kandungnya sendiri, yakni Khunas binti Malik. Kharisma dan kekerasan jiwa sang ibu, untuk sementara waktu membuat Mush'ab memnyembunyikan keislamannya, sampai kemudian hari Allah menghendakinya.
Demikianlah, sekian lama ia berusaha menutupi rahasia, sekian lama ia berusaha menutupi rahasia itu. Tetapi kota Makkah begitu banyak menyimpan mata, apa lagi dalam suasana seperti kala itu. Setiap gerak muslim pasti tak luput dari perhatian. Akhirnya, berita keislaman Mush'ab sampai juga ke telinga ibundanya.
Berita itu di dapat dari seseorang bernama Utsman bin Thalhah yang melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Mush'ab sering ke rumah Arqam secara sembunyi-sembunyi. Bahkan suatu saat, dilihatnya Mush'ab salat bersama Rasul dan para sahabatnya. Sejak itulah keimanan Mush'ab diuji. Mampukah ia tetap cinta Islam di tengah rintangan keluarganya?

v Rela Kehilangan Ibu Demi Islam
Pilihan Mush'ab bin Umeir untuk tetap jadi muslim harus dibayar mahal. Ia harus rela berpisah dan ibunya yang marah karena ia ikut Rasulullah. Namun, ia tak membenci dan terus berdoa agar ibunya dapat hidayah.
Sebelumnya, Mush'ab bin Umeir secara diam-diam masuk Islam. Namun, lama-kelamaan akhirnya ada juga orang yang tahu Mush'ab pindah keyakinan dan memberitahukan berita itu pada keluarganya.
Betapa murka hati sang ibu saat mendengar anak kesayangannya pindah keyakinan menjadi muslim. Lalu dipanggiilah Mush'ab bin Umeir untuk segera menghadapnya. Di hadapan ibu, saudara-saudaranya dan pembesar Makkah kala itu, Mush'ab berdiri tegar seraya memperdengarkan ayat-ayat Alquran. Ia berharap keluarganya akan tersentuh hatinya.
Apa mau dikata, hati sang ibu dan keluarganya tak sedikitpun tergugah. Bahkan, sang ibu nyaris menampar muka anaknya, kalaulah tidak melihat cahaya penuh wibawa memancar dari wajah putra terkasihnya itu. Untuk memuaskan amarahnya, wanita itu pun menyeret Mush'ab ke sebuah kamar terpencil dalam rumahnya, dan dikurung di sana.

v Melarikan Diri
Meski disakiti, Mush'ab tetap sabar dan terus berdoa. Dan ketika ia mendapat informasi bisa lolos dari rumahnya dan ikut hijrah. Akhirnya, keinginan itu terkabul. Ia berhasil meloloskan diri dengan cara memperdaya sang ibu dan para pengawalnya.
Mush'ab berlari dan menyembunyikan diri di Habasyah bersama rekan-rekannya seperjuangan dengan menghadapi berbagai rintangan dan cobaan silih berganti. Namun ia sangat bangga dan bersyukur, karena dapat mengikuti pola hidup yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Walaupun sebagai risikonya ia harus meninggalkan kemewahan yang selama ini menaungi kehidupannya. Ia harus menanggalkan pakaian indah miiiknya dan menggantinya dengan pakaian yang lusuh, usang, dan penuh tambalan.
Ini yang pada akhirnya membuat perubahan yang ada pada dirinya demikian drastis, yakni ketika ia hadir dalam sebuah pertemuan yang dihadiri juga oleh Rasulullah.
Rasululah sendiri menatapnya dengan rasa syukur, dan dengan penuh arti beliau bersabda, yang artinya:
"Dahulu kukenal Mush'ab ini pemuda yang tidak ada bandingnya dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya. Namun kemudian semua itu ditinggalkan demi Allah dan Rasul-Nya."

v Merayu Sang Ibu
Perubahan itu membawa dampak yang cukup besar. Mush'ab pun tak ingin menikmati indahnya Islam seorang diri. ia juga ingin membuat keluarga, terutama ibunya juga memeluk Islam. Karena itu ia kembali menghadap keluarganya. Namun harapan itu tidak bisa ia peroleh.
Meski sudah datang ke ibunya, namun hati ibunya tetap membatu dengan keyakinannya semula, dan tak mau ikut dengannya untuk masuk Islam. Dengan tegar, ia pun mengucapkan salam perpisahan kepada ibu dan keluarganya.
Meski begitu, Mush'ab tidak putus asa. Berkali-kali ia mendatangi ibunya dan membujuknya agar mau menerima ajaran Rasulullah SAW. Namun, berulang kali pula ajakan Mush'ab untuk beralih ke jalan Allah ditolak mentah-mentah oleh sang ibu. Hati Mush'ab pun teriris menerima kenyataan itu. Sampai detik terakhir, Mush'ab masih terus menasehati ibunya bahwa tidak ada yang berhak disembah secara benar selain Allah, namun tidak juga membuahkan hasil. Justru hati si ibu semakin murka, akhirnya dengan berlinang air mata, terpaksa dihapusnya juga nama Mush'ab dalam hatinya sebagai ibu kandungnya tercinta. Maka berpisahlah kedua anak dan ibu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar