Sabtu, 28 November 2009

Anak 7 Tahun Nonton Film Porno

Anak 7 Tahun Nonton Film Porno
TANYA:
Bu, saat ini saya belum menikah dan belum mem-puny ai anak. Namun, saya pernah melihat perilaku menyimpang dari adik sa-habat saya. Adiknya itu laki-laki yang masih beru-sia 7 tahun dan saya pernah mendapati dia sedang menonton film porno. Saya juga pernah melihat dia menggeserkan kemaluan-nya di tembok. Apa itu wajar? Apa yang harus saya lakukan? Apa saya harus mengatakan rial ini pada orang tuanya yang kebetulan sangat sibuk dan kurang memperhatikan anaknya itu?
Fariza
Surabaya
JAWAB:
Perilaku dan pikiran anak mudah dipengaruhi oleh informasi yang diterima, baikmelaluifilm, bahan bacaan, atau cerita antarte-man. Pada anak yang belum akil balig, saat menonton film porno getaran seksual mungkin dirasakan, tetapi tidak direspon oleh aspek fisiologis tubuh sehingga yang tertinggal adalah imajinasi yang melekat erat pada ingatan anak.
Setelah melihat film biasanya aktivitas anak akan meniru apa yang telah dilihat untuk menguji dan bereksperimen dalam bentuk perilaku (role play), tetapi belum didasari oleh nafsu melampiaskan dorongan seksual. Sebab dorongan seksual baru muncul saat anak sudah akil balig. Jadi, menggeser-geserkan kemaluan di tembok pada usia tersebut bisa jadi sebagai perilaku mencontoh atau bereksperimen dengan alat kelamin bukan dimaksudkan untuk mencari kepuasan seksual.
Masalah yang sebenarnya tidak sederhana adalah ingatan anak mengenai film yang telah dilihat tidak akan pernah hilang dari ingatan bawah sadarnya. Dan ingatan tersebut mudah muncul secara sadar untuk kemudian bila anak tidak memiliki kendali diri yang kuat bisa jadi anak ingin mencoba merasakan getaran yang dirasa menyenangkan dalam bentuk hubungan seksual dengan lawan jenis di luar pernikahan.
Ingatan yang telah terekam pada kepala anak tidak bisa dihapus dengan mudah apalagi bila film tersebut telah ditonton berulang kali. Tindakan yang perlu Anda lakukan untuk menyelamatkan si anak adalah:
1. Memberi tahu pada orangtuanya secara halus, sebab adakalanya orangtua tidak terima dengan informasi yang Anda berikan karena rasa malu telah mengabaikan perhatian pada anak.
2. Informasikan pada orangtuanya agar mengajak diskusi anak mengenai aktivitas sehari-hari terutama berkenaan dengan teman teman bermain dan teman teman yang biasa diajak menonton film.
3. Bila tidak dimungkinkan untuk berbicara dengan orangtuanya, ceritakan pengetahuan Anda pada sahabat Anda, dan minta sahabat Anda untuk lebih dekat dengan adiknya agar adiknya bisa leluasa bercerita mengenai aktivitas yang telah dilakukan bersama dengan teman teman.
Informasikan pula untuk mengikutsertakan adiknya pada kegiatan sosial dan kegiatan pen-ingkatan prestasi belajar sekolah secara lebih sehat, misalnya kursus berenang, les simpoa, les pelajaran sekolah atau kursus bahasa inggris, dan berbagai kegiatan lain untuk mengalihkan perhatian anak dari aktivitas yang tidak sehat dan tidak mendidik bag! anak.
Minta sahabat Anda untuk selalu mendampingi adiknya agar tidak terjeru-mus pada pergaulan dengan teman yang salah. Dan minta sahabat Anda untuk bisa menjadi sarana curhat bagi adiknya dengan menampilkan sikap yang melindungi, menyayangi dan perhatianpada setiap aktivitas yang dilakukan oleh adiknya. Demikian semoga bisa membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar