v Meski mahal, harus beli
Menurut dr. Ahmad, biaya rawat inap memang mengalami peningkatan 20 - 40%. Namun, peningkatan itu bukan untuk biaya dokter atau kamar perawatan, melainkan lebih karena meningkatnya biaya bahan makanan pasien. Untuk mengurangi beban biaya, item yang bisa disubstitusi diupayakan diganti. Salah satunya susu kalengan, yang harganya naik hingga 80%. "Sekarang susu formula mahal, sedangkan susu sapi masih murah. Karena itu, kami berusaha menggantikannya dengan susu sapi. Saat ini kami sedang meneliti formula tertentu dari susu sapi yang tepat untuk kelompok pasien tertentu," jelasnya.
Dokter di setiap unit juga diminta berupaya menekan biaya perawatan yang masih hisa ditekan. Di antaranya, penggunaan obat generik dan penatalaksanaan stroke yang tidak menggantungkan diri pada alat monitor canggih hasil impor. Untuk hemodialisis, juga dilakukan pemakaian ulang ginjal buatan. Di bagian bedah beberapa bahan atau peralatan diganti dengan yang lebih murah.
Benang operasi misalnya, diganti dari yang disposable menjadi henang operasi biasa yang bisa dipotong-potong oleh ahli bedahnya. Dalam komponen peralatan dan bahan untuk operasi, biaya benang memang yang terbesar. "Benang operasi disposable memang enak bagi ahli bedahnya. Tapi harganya luar biasa mahal. Dengan benang operasi biasa, komponen biaya benang bisa ditekan menjadi sepersepuluhnya."
Yang tak bisa dihindarkan oleh pasien adalah dalam hal penyediaan obat. Obat tetap, harus dibeli pasien meski harganya melambung. Inilah yang memusingkan pasien. Tapi sebenarnya tak cuma pasien yang dibikin gundah. Selain rumah sakit, pengelola apotek pun ikut gerah. Petugas di salah satu apotek di JI. Kyai Tapa mengaku menghadapi masalah pasokan dan harga. Banyak obat yang dipesannya kepada pemasok dinyatakan tidak tersedia. Kalau pun ada harganya sudah berlipat ganda. Akibatnya, supaya jalannya usaha bisa tetap bergulir, harga obat yang telah tersedia pun ikut dinaikkan. Ini juga tidak mudah dilakukan lantaran sulit menentukan harga yang "pas". "Kalau tanya harga ke produsen pun kami tidak bisa mendapatkannya. Harga baru diberikan bila kita hendak memesan obat tersebut."
Yang menjadi alasan utama, fluktuasi kurs dolar sangat besar dan terjadi setiap saat. Semua persoalan tadi tentu bermuara pada si sakit. Berapa pun harganya dan bagaimanapun susahnya mendapatkan, obat mesti tetap dibeli. Nah, dengan menjalani gaya hidup sehat, peluang munculnya persoalan tadi tentu mengecil.
Jumat, 27 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar