Jumat, 27 November 2009

Terdesak Sakit, Meski mahal harus beli

v Meski mahal, harus beli
Menurut dr. Ahmad, biaya rawat inap memang meng­alami peningkatan 20 - 40%. Namun, peningkatan itu bu­kan untuk biaya dokter atau kamar perawatan, melainkan lebih karena meningkatnya biaya bahan makanan pa­sien. Untuk mengurangi be­ban biaya, item yang bisa disubstitusi diupayakan diganti. Salah satunya susu kalengan, yang harganya naik hingga 80%. "Sekarang susu formula mahal, sedangkan susu sapi masih murah. Karena itu, kami berusaha menggantikan­nya dengan susu sapi. Saat ini kami sedang meneliti for­mula tertentu dari susu sapi yang tepat untuk kelompok pasien tertentu," jelasnya.
Dokter di setiap unit juga diminta berupaya menekan biaya perawatan yang masih hisa ditekan. Di antaranya, penggunaan obat generik dan penatalaksanaan stroke yang tidak menggantungkan diri pada alat monitor cang­gih hasil impor. Untuk he­modialisis, juga dilakukan pe­makaian ulang ginjal buatan. Di bagian bedah beberapa bahan atau peralatan diganti dengan yang lebih murah.
Benang operasi misalnya, di­ganti dari yang disposable menjadi henang operasi bi­asa yang bisa dipotong-po­tong oleh ahli bedahnya. Da­lam komponen peralatan dan bahan untuk operasi, biaya benang memang yang terbe­sar. "Benang operasi dispos­able memang enak bagi ahli bedahnya. Tapi harganya luar biasa mahal. Dengan be­nang operasi biasa, kompo­nen biaya benang bisa di­tekan menjadi sepersepuluh­nya."
Yang tak bisa dihindarkan oleh pasien adalah dalam hal penyediaan obat. Obat tetap, harus dibeli pasien meski harganya melambung. Inilah yang memusingkan pasien. Tapi sebenarnya tak cuma pasien yang dibikin gundah. Selain rumah sakit, pengelola apotek pun ikut gerah. Petugas di salah satu apotek di JI. Kyai Tapa meng­aku menghadapi masalah pasokan dan harga. Banyak obat yang dipesannya kepa­da pemasok dinyatakan tidak tersedia. Kalau pun ada har­ganya sudah berlipat ganda. Akibatnya, supaya jalannya usaha bisa tetap bergulir, harga obat yang telah terse­dia pun ikut dinaikkan. Ini juga tidak mudah dilakukan lantaran sulit me­nentukan harga yang "pas". "Kalau tanya harga ke produsen pun kami tidak bisa menda­patkannya. Harga baru diberikan bila kita hendak meme­san obat tersebut."
Yang menjadi alasan utama, fluktuasi kurs dolar sangat besar dan terjadi se­tiap saat. Semua persoalan tadi ten­tu bermuara pada si sakit. Berapa pun harganya dan bagaimanapun susahnya mendapatkan, obat mesti te­tap dibeli. Nah, dengan men­jalani gaya hidup sehat, pe­luang munculnya persoalan tadi tentu mengecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar