Shalat yang Memancarkan Sinar
Dalam beribadah ia tidak mau kalah dangan sufi pria. Ia menjalankan salat setiap malam, puasa sepanjang tahun kecuali hari Tasryk, bahkan begitu khusuknya dalam melaksanakan salat tahajud, dalam tubuhnya mengeluarkan sinar, padahal dalam rumahnya dalam keadaan gelap, karena tidak ada lampu.
Hafsah adalah Saudara Muhammad Sirin salah seorang sufi zaman dulu. Seperti saudara laki-lakinya, ia juga terkenal karena berbagai karamahnya dan juga sebagai simbol kezuhudan. Konon, Hafsah, sudah biasa membaca Alquran sejak bocah, sehinga ketika usia 12 tahun, ia sudah hafal Alquran. Ashim Ahwal seorang ulama menuturkan kisah tentang Hafsah sebagai berikut:
"Kami pernah mengunjungi Hafsah. Ia mengenakan hijabnya sedemikian rupa, sehingga membungkus seluruh tubuhnya. Kami terkejut dan menyalahkannya, semoga Allah merahmatimu."
Ashim menambahkan tidakkah engkau ingat firman Allah surat Annur ayat 60, yang artinya: "Dan perempuan-perempuan tua yang berhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan, adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui."
Jelaslah, menurut Ashim "Ayat ini hanya menyuruh agar engkau menutup dirimu, dan bukan membungkus dirimu dengan chaddur seperti ini."
Mendapat keterangan yang demikian itu, Hafsah hanya tersenyum. "Sesudah kalimat itu, bagaimana bunyi kalimat selanjutnya?"tanya Hafsah.
Ashim pun langsung menjawa:b
"Berlaku sopan lebih baik bagi mereka."
"Nah, ayat ini menunjukkan perlunya chaddur," ujar Hafsah.
v Menjaga Wudu
Dengan jawaban itu, membuat Ashim tidak bertanya lagi. Ia lalu meninggalkan Hafsah.
Beberapa saat kemudian, seorang ulama lain, yang bernama Hisyam ibn Hasan menuturkan, bahwa dirinya melihat Hafsah berada di masjid sepanjang hari untuk menunaikan salat dan menghabiskan waktu dalam keadaan ruku' hingga matahari terbit. Kemudian ia keluar dari masjid, pulang ke rumah, berwudu kembali, dan kemudian tidur untuk menyegarkan badanya. Ketika tiba waktu salat, ia kembali ke masjid dan mengerjakan kembali semua yang telah dilakukannya.
"Masya Allah, Hafsah itu seorang ibu yang mempunyai hobi salat dan badannya selalu menjaga wudu, meski dalam keadaan tidur," tutur Hisyam
Menurut Mahdi ibn Maymun, Hafsah pernah salat tiga tahun di atas sajadah, dan hanya meninggalkannya untuk memenuhi hajatnya, atau jika ada orang memanggilnya.
Menurut Hisyam, putra Hafsah mempunyai seekor unta betina dan setiap hari ia memberi ibunya segelas susu. Hafsah biasa mengatakan kepada putranya, bahwa ia sedang puasa dan tidak bisa minum. Akan tetapi, putranya menjawab, "Ibu, susu terbaik adalah yang terhimpun di puting unta di malam hari. Ambillah gelas dan berikan kepada siapa saja yang ibu kehendaki."
v Salat Menangis
Hisyam menambahkan Hafsah pernah membeli seorang gadis budak, bahwa menurutnya gadis budak itu berasal dari Sind. Akan tetapi, ketika ia bertanya kepada sang hamba sahaya itu ihwal pendapatnya tentang majikannya, "Bagaimana menurut kamu tentang majikanmu itu," tanya Hisyam kepada budak Hafsah.
Wanita yang berjubah hitam ini menjawab dalam bahasa Persia, "Ia memang seorang wanita yang beriman dan taat. Padahal, dalam hal ini, ia tidak bersalah, sampai-sampai ia menangis dan meratap sepanjang malam ketika melaksanakan salat."
Hisyam menambahkan dalam melaksanakan salat memang Hafsah sangat khusuk sekali, karena dirinya pernah mendengar suara isak tangis di masjid, dan ketika dilihat Hafsah sedang salat, bahkan ketika salat di rumah pun ia masih menangis.
"Ketika malam tiba ketika ia melaksanakan salat malam, terkadang di rumah Hafsah memancar cahaya hingga pagi hari, padahal ia tidak menyalakan lampu," kata Hisyam.
Sementara itu, menurut 'Abd Al Karim ibn Mu'awiyah, seorang ulama terkenal menuturkan, bahwa Hafsah biasa membaca separuh Alquran setiap malam dan berpuasa setiap malam dan berpuasa setiap hari, kecuali pada hari raya Idul Fitri, di akhir bulan Ramadan, dan hari raya kurban, 'Idul Kurban. "Begitu juga ketika musim haji tiba. Selama musim haji ia selalu pergi ke Makkah. Dan selalu melaksanakan salat malam hingga meneteskan air mata," tutur 'Abd Al Karim.
Sabtu, 28 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar