Kamis, 26 November 2009

Metode pertolongan diri terhadap so­matisasi

Metode pertolongan diri terhadap so­matisasi

Ada beberapa metode un­tuk membantu penderita so­matisasi. Salah satunya yang berhasil adalah yang dise­lenggarakan Personal Health Improvement Program, yang diadakan Harvard Pilgrim Health Care selama enam minggu.
Kursus itu mengajarkan beberapa kecakapan, ter­utama bagaimana mengamati sensasi dalam tubuh dan pikiran, serta perasaan yang muncul, tanpa terburu-buru menduga penyebabnya.
"Dengan sikap netral, me­reka bisa lebih menghayati pengalaman itu. Selesai berlatih selama periode itu, orang jadi meningkat kesadarannya terhadap somatisasi dan da­pat menanggulanginya sebe­lum gejala itu menyebabkan penyakit betulan," kata Locke.
Dalam program itu pasien juga belajar menangani per­mintaan dan janji, termasuk tega menolak permintaan bila memang tak dapat meme­nuhinya. Ini untuk menghin­dari beban janji itu kelak yang bisa menimbulkan juga rasa kesal. "Hidup itu penuh dengan permintaan, janji, dan penolakan. Kita perlu belajar bagaimana mengko­munikasikan permintaan, apa­kah kita sebagai pihak pene­rima atau pemberi, supaya relasi kita dengan orang lain terpelihara baik. Yang penting, jangan sampai kita 'ter­timbun' oleh beban janji yang tidak dapat dipenuhi atau ke­kesalan yang menumpuk," jelas Locke.
Personal Health Improve­ment Program memiliki ting­kat keberhasilan yang sangat baik. Hasil pengamatan ter­hadap penderita selama se­tahun, menunjukkan penu­runan angka kunjungan dok­ter 50% bagi penderita yang melaksanakan program itu. Malah pada kasus-kasus yang berat, kunjungan ke dokter berkurang sampai dua perti­ganya saja. Selain menurun­kan kadar somatisasi, depresi, dan kecemasan, fungsi ke­masyarakatan para penderita juga meningkat.
Kalau program pertolong­an diri sendiri, semacam Per­sonal Health Improvement Program tidak tersedia di se­kitar kita, berikut ini tip yang barangkali bisa membantu.
Cari dokter yang serius menangani Anda dan geja­la-gejala yang Anda alami. Artinya dokter yang mau mendengarkan keluhan pa­sieri, tanpa cepat-cepat merekomendasikan berba­gai pemeriksaan. "Saya anjurkan dokter umum atau dokter keluarga saja, bukan spesialis," kata Kroenke.
Jangan mengharapkan ke­sembuhan secara cepat. Mungkin dokter perlu waktu 6 - 12 bulan untuk sungguh-­sungguh memahami riwa­yat dan gejalanya. Periksa­kan diri terhadap ganggu­an depresi atau kecemas­an. Obat depresi banyak mengurangi gejala soma­tisasi.
Jangan biarkan gejala gangguan somatisasi sam­pai melumpuhkan aktivitas karena malah akan sema­kin memperburuk kondisi kita. Usahakan sedapat mungkin untuk mempertahankan gaya hidup nor­mal, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan keluar­ga. Jika penderita mencoba melakukan aktivitas seperti biasa, lama-kelamaan ge­jala itu akan cenderung berkurang.
Buatlah buku harian untuk mencatat gejala-gejala yang timbul. Catat apa yang se­dang Anda lakukan dan rasakan saat gejala-gejala tersebut menyerang. Catat­an ini akan memberikan wawasan mendalam tentang penyebab somatisasi dan berguna untuk meng­ambil langkah yang lebih baik, saat gejala itu mun­cul lagi.
Tiap hari sisihkan waktu untuk menenangkan pikir­an dan bermeditasi. "Ini akan membantu mengenali dan memunculkan perasa­an yang terpendam," jelas Locke. Perasaan yang se­lama ini ditekan sehingga tidak disadari dapat mun­cul ke permukaan. Sesung­guhnya, mengakrabi sua­sana jiwa, perasaan, dan pikiran sendiri yang biasa­nya tidak disadari adalah proses yang alami. Dengan cara ini, pernecahan per­soalan dapat diperoleh tan­pa harus mengakibatkan gangguan somatik.
Olahraga secara teratur mampu mengurangi stres can juga menyehatkan. Se­misal jalan-jalan disekitar tempat tinggal kitci atau olahraga seperti tenis. Ten­tu saja olahraga perlu di­atur sesuai usia dan kon­disi fisik.
Perhatikan menu makanan sehari-hari. Kafein, misalnya, dapat menyebabkan se­rangan panik, yang kemu­than dapat menimbulkan sesak napas, berdebar-­debar, dan sakit dada. "Penderita somatisasi mesti mempertimbangkan kem­bali menu mereka, kalau perlu membicarakannya dengan ahli gizi, siapa ta­hu ada bahan makanan yang bisa memicu timbul­nya gejala," saran Locke.
Jika banyak mengalami masalah dalam pergaulan, cari kursus yang mengajar­kan cara-cara efektif untuk mengencili diri dan keteram­pilan berkomunikasi. Kurang bisa berkomunikasi dengan baik mengakibatkan stres, yang dapat termanifestasi pada berbagai macam ge­jala.
Sadarilah bahwa selalu ada yang tidak dapat di­ubah dalam hidup. "Ini ke­bijaksanaan yang kami ajarkan," ujar Marcia Orlow­ski, manajer pelatihan dan pengembangan klien do­ngan Harvard Pilgrim Health Care's Personal Health Im­provement Program. Ka­rena itu apa gunanya me­mikirkan hal tersebut? lro­nisnya, "Banyak orang stres berat karena memikirkan hal-hal di luar kekuasaan mereka," tambah Orlowski.
Bersedia memaafkan, baik diri sendiri maupun orang lain. Ini memungkinkan kita bergerak ke hal lain dalam hidup dan tidak terpaku merenungi, menyesali, ke­sal tentang suatu kejadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar