Kamis, 26 November 2009

Menyiasati Tugas yang Berjibum

v Semangat meningkat
Kisah sukses Heart Math juga tercermin pada Carol Mortimer, direktur urusan ke­sehatan di Hewlett Packard. Dari skeptis, kini ia memprak­tikkannya setiap hari. "Sebelum melaksanakan teknik ini, kalau pekerjaan bertumpuk-tumpuk, saya sera­sa tertimbun di bawahnya, kebingungan harus mulai da­ri mana. Kemudian biasanya saya cuma repot kian kemari tanpa hasil. Kini saya mende­ngarkan musik Heart Zones dalam perjalanan ke kantor maupun setelah tiba di kan­tor. Hasilnya, saya tidak per­nah kebingungan lagi. Saya buat daftar tugas, susun. prio­ritas, dan di penghujung hari dapat merasci lega dan puas." Tak ayal lagi ia langsung menyertakan semua anak buahnya dalam kursus Heart Math. Ternyata semangat tim kerjanya meningkat. Sebelumnya, 46% mengaku sering merasa kecapekan. Setelah pelatihan, tinggal 9% yang masih mengaku demikian. Bahkan ada yang mengaku merasa menjadi pribadi yang lebih baik.
Tidak heran bila Watkins sampai berani mengklaim bahwa selama ini kita terlalu men-"dewa-dewa"-kan otak sebagai pengatur tubuh kita. "Kini saatnya kita alihkan perhatian kepada jantung. Nyatanya, jantung mengeluar­kan listrik 60 kali dan energi elektromagnetik 1.000 kali le­bih banyak daripada otak. jantung jangan melulu dikait­kan dengan soal asmara. Organ itu pusat kekuat­an tubuh. Dengan kondisi emosi yang positif, jantung dapat membuat organ-organ tubuh yang lain bekerja sa­ma dengan amat harmonis."Di Inggris, teknik yang ba­ru tersedia dalam paket pela­tihan bagi perusahaan ini mematok harga cukup mahal juga. Untuk mengikuti semi­nar Heart Math, perusahaan mesti membayar E 200 (Rp 2,655 juta kurs Januari 1998) per kepala. Namun bila ha­silnya memuaskan, produk­tivitas meningkat, ongkos pe­meliharaan kesehatan menu­run, barangkali akhirnya per­usahaan untung juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar