Menonton TV Sampai Malam
Berapa jam dalam sehari anak Anda menonton TV? Sampai seberapa malam anak Anda menonton TV? Jawabannya tentu akan memprihatinkan. Untuk pertanyaan pertama, banyak yang menjawab lebih dari 2 jam per hari. Sementara untuk pertanyaan kedua, orang tua cukup banyak yang menjawab, ‘Menonton sampai anak mau tidur.’
Dikatakan memprihatinkan, karena itu bukan perilaku menonton TV yang direkomendasikan para ahli. Pakar menyarankan waktu menonton TV anak tidak lebih dari 2 jam per hari. Dan para ahli juga menyebutkan bahwa TV bukanlah media yang baik sebagai pengantar tidur anak, apalagi anak-anak sebaiknya tidak menonton TV sampai malam.
Masalahnya, banyak orang tua yang berpendapat bahwa TV adalah media penghibur bagi anak-anak dan menonton TV adalah kegiatan yang disukai anak. Apalagi, menurut orang tua, yang ditonton anak adalah acara anak.
Memang, acara anak di TV cukup berlimpah. Dalam sehari, hampir sepuluh persen dari total jam tayang siaran TV adalah acara anak. Acara anak itu cukup beragam, dari mulai film kartun (ini yang terbanyak), sinetron anak, hingga acara pengetahuan dan budaya. Acara-acara tersebut sudah mengudara sejak lepas Subuh dan terus menerus susul-menyusul hingga larut malam. Ini jelas aktivitas yang amat menyita waktu dengan sedikit manfaat, bahkan bencananya lebih besar.. Belum lagi kerugian orang tua nanti ketika menghadap Allah. Mestinya, anak prabaligh itu bila beramal, pihak orang tua yang akan mendapat keuntungan di sisi Allah. Namun ketika banyak waktu yang tersita untuk memelototi layar kaca, orang tua di sisi Allah tidak kebagian apa-apa. Lepas dari siksa pun sudah untung. Sebab, walau pun bagaimana, pihak ayah yang paling banyak bertanggungjawab atas keselamatan keluarganya, baik ketika di dunia atau pun di akhirat.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. At-Tahrim: 6).
Persoalannya, apa yang disebut "acara anak' tidak selalu aman atau sehat bagi anak. Ada yang mengandung muatan kekerasan yang kental, misalnya "Detective Conan", "Duel Masters 2" atau "School Detective G" di Indosiar atau "Tom & Jerry" di TPI). Ada yang mengandung muatan problematika orang dewasa seperti percintaan, intrik, dan dendam (misalnya telenovela "Suenos Y Caramelos" di Trans 7). Ada yang cukup banyak dimuati dengan bahasa kasar dan pelecehan terhadap orang lain (misalnya "Si Entong" di TPI). TV betul-betul sebuah fenomena yang paling efektik mengubah sikap hidup seorang anak. Bahkan seorang ulama pun kalah efektifnya dibanding si layar kaca ini. Seorang anak bisa merespon secara langsung ucapan beserta prakteknya sampai detail. Anak bisa menonton acara dari runtang-runtung kayak truk gandeng, raba-raba sampai ciuman hingga buka-bukaan sampai adegan sensor. Akan berlainan dengan seorang kyai yang berceramah. Paling-paling hanya bermodal suara doang yang disertai dengan gaya yang monoton, tetap berdiri atau duduk di panggung, yang kemungkinan hanya ditambah dengan menuding-nuding. Sedangkan hadirin harus berpayah-payah datang ke tempat lokasi, itu kalau cuacanya sedang mendukung, tidak banjir dan sebagainya. Berlainan dengan TV yang cukup duduk manis di rumah dengan santai, tidak perlu pakai kerudung atau baju koko sebagai identitas seorang Muslim yang saat itu ‘menyesuaikan diri’ dengan kondisi ritual.
Ironisnya, pihak industri TV sendiri menilai bahwa anak adalah kalangan yang potensial sebagai khalayak penonton. Itulah sebabnya, dari tahun ke tahun porsi siaran anak di TV selalu meningkat. Itu artinya, anak-anak memang dilirik sebagai "pasar" penonton yang penting.
Beberapa tahun terakhir ini hadir stasiun TV khusus anak, yakni Spacetoon. Dengan motto "Spacetoon Saluran Masa Depan", stasiun TV ini menargetkan penonton anak-anak dan bersiaran di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Rencananya, siaran stasiun TV ini juga akan menjangkau kota-kota besar lainnya. Spacetoon bersiaran setiap hari mulai pukul 6 hingga pukul 10 malam. Sepanjang itu yang disiarkan adalah acara anak.
Jadi, dengan adanya stasiun ini, anak-anak (terutama yang di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya) sepanjang hari mendapatkan acara anak. Karena stasiun-stasiun TV lain juga menampilkan acara anak, maka anak-anak dihadapkan pada banyak pilihan acara anak. Ditambah lagi jika keluarga berlangganan TV kabel, acara anak makin berlimpah karena sejumlah acara anak juga tersaji melalui TV kabel ini. Jadi, acara anak memang berlimpah ruah, dari pagi sampai malam.
Terlepas dari isinya, banyaknya acara anak ini dapat membuat orang tua (apalagi anak-anak!) untuk terdorong mengkonsumsi acara anak. Dasarnya sederhana, karena memang acara tersebut sudah tersaji di banyak saluran TV Makin banyak sajian itu, makin besar penonton terdorong untuk menikmatinya. Begitu pun acara anak. Wajar saja jika orang tua terseret mengikuti acara anak-anak, memang ketika itu sedang ‘menyesuaikan diri’ dengan kondisi mereka. Sebagaimana Rasulullah juga terseret menyesuaikan diri dengan bahasa seorang cucunya ketika diketahui bahwa sang cucu menelan biji kurma zakat. Padahal zakat diharamkan bagi kerabat Rasulullah, yakni Bani Hasyim dan Bani Muthalib.
Bahwa Ibnu Ziyad mendengar Abu Hurairah berkata: Pada sebuah kesempatan, Hasan bin Ali (cucu Rasulullah) mengambil sebuah kurma dari kurma zakat. Kemudian ia memasukkan ke dalam mulutnya. Maka Rasulullah pun mengatakan, kikh, kikh (muntahkan).
(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Darimi. Dalam Kutubut Tis’ah hadits no. 1778).
Dalam peristiwa itu jelas bahwa Rasulullah mampu untuk mengatakan, ‘muntahkan!’ Namun karena yang diajak bicara itu seorang anak yang masih kecil, beliau lantas beralih ke komunikasi yang bisa dipahami oleh sang anak agar nyambung. Negatifnya, jika perihal seperti ini berjalan secara intensif, penalaran sehat orang tua akan tersita dan menyusut karena tersedot harus menyesuaikan dengan pikiran anak. Seringkali bicaranya menjadi cedel.
Melimpahruahnya acara anak di layar kaca akan membuat anak berpendapat bahwa pilihan acara TV baginya cukup banyak dan karena itu ia berhak menikmatinya. Orang tua pun tidak sensitif lagi untuk menilai isinya, semata-mata karena itu toh acara untuk anak. Padahal, kegiatan menonton TV sejak kecil sangat besar mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi TV hingga besar. Anak yang dibiasakan menonton TV dalam porsi besar sejak usia kecil cenderung akan menganggap menonton TV adalah kegiatan baku yang harus dijalankannya. Jadi, jika sejak kecil ia sudah menjadi pemirsa berat TV, maka ia pun kan terus berpotensi menjadi pemirsa berat.
Jika kebiasaan banyak menonton TV ini berlanjut terus hingga ia besar dan dewasa, alangkah banyak waktu mubazir yang terbuang, karena sesungguhnya kegiatan menonton TV dapat diganti dengan kegiatan-kegiatan lain yang lebih bermanfaat (misalnya membaca buku, mendengar dongeng, bermain, memasak, dan macam-macam lagi).
Saya mengkhawatirkan, dengan banjirnya acara anak, anak-anak makin terdorong untuk makin banyak mengkonsumsi TV Tambahan lagi, orang tua yang kurang punya kepekaan akan menilai bahwa aacara anak baik-baik saja". Orang tua semacam ini akan membiarkan saja anaknya menonton tanpa mengontrol waktu menonton anak.
Dengan demikian, kalau kita kembali ke pertanyaan di awal tulisan ini, akan makin banyak anak yang menonton TV lebih dari dua jam sehari dan makin malam anak menonton acara anak, karena acara anak tersedia sampai malam, tersaji sampai menjelang anak tidur.
Sekarang, saya ingin mengajukan pertanyaan pada Anda. Berapa jam dalam sehari anak Anda menonton TV? Sampai seberapa malam anak Anda menonton TV? Pengaruhnya jelas sangat memprihatinkan pada perkembangan jiwa anak. Rasulullah bersabda:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (QS. Al-Ashr: 1 – 3).
Selasa, 24 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar