Sabtu, 28 November 2009

Terapi Anak Autis 2

Memberikan HakAnak Secara Utuh
Ibu Ernawati mengatakan: Anak ketiga saya, Abdurrahim Aufa (5,5tahun), lahir saat usia kandungan saya baru 32 minggu.Ia lahir prematur dengan berat 2060 gram.Tidak ada yang aneh dari fisik Aufa, meski ia sepat masuk NICU (Neonatal Intensif Care Unit) karena napas selama dua hari. Di rumah, saya perhatikan Aufa memang agak berbeda dengan kakak-kakaknya. Ia sangat jarang menangis. Saya lalu ingat pesan dokter di rumah saya bahwa bayi prematur memang relatif anteng namun kita tidak boleh tenang saja dengan keantengannya. Dia harus tetap dipaksa minum ASI. Alhamdulillah, pertumbuhannya selama satu bulan cukup pesat. Berat badannya naik menjadi 2500 gram. Dia juga sudah bisa nangis kalau lapar dan bisa menghisap ASI. Berangsur-angsur berat badannya semakin membaik. Tapi, saya mulai mencurigai ada perkembangannya yang berbeda. Aufa relatif rentan dengan berbagai penyakit. Maka saat usianya delapan bulan saya membawa Aufa ke dokter spesialis syaraf anak
Berdasarkan pemeriksaan diketahui ada kekurangan pada syaraf Aufa, tetapi tidak hilang sama sekali. Ia masih bisa merasakan sakit, geli, dan masih memberikan respon. Pada usia 13 bulan, saya baru memeriksakan Aufa untuk scanning otaknya. Dari hasil scanning ada kelainan pada otak kecilnya, yang kemudian saya ketahui sebagai CerebalPalsy.
Memang berat menghadapi kenyataan itu. Tapi, saya tidak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Saya bersyukur bahwa kondisi saya sebenarnya tidak terlalu malang. Bahkan saya malah sedih kalau bertemu orangtua dengan anak yang normal tapi banyak mengeluh.
Sampai sekarang Aufa hanya bisa duduk. Kemampuan motoriknya lemah. Tetapi ada satu kelebilhan yang dimiiiki Aufa yaitu ingatannya yang sangat kuat. Bahkan, ia sanngat hapal dengan teman-teman saya dan ayahnya yang pernah datang ke rumah.
Saya pernah mencoba fisioterapi di RSCM selama delapan bulan. Tapi, terkait dengan kendala jarak dan biaya saya tidak meneruskan terapi itu. Namun, saya bertekad tetap memberikan hak Aufa sebagai anak secara utuh. Haknya untuk bersosialisasi, belajar, dan lain-lain. Saya sangat lega mengetahui TK yang ada di dekat rumah saya begitu wellcome dengan kedatangan Aufa. Mulai dari kepala sekolah, sampai guru-gurunya bisa menerima Aufa apa adanya. Dan perkembangan Aufa sampai saat ini lumayan pesat. Ia sudah bisa rmenyanyi, berhitung, mengenal huruf, ngobrol dengan teman-teman kelasnya.
Saya dan suami tidak pernah malu memiliki anak Aufa. Tidak pernah terpikir untuk menutup-nutupi keadaan dengan menyembunyikan Aufa di rumah, misainya. Mudah-mudahan cinta dan doa kami menjadi bekal yang sangat berharga bagi proses turnbuh-kembangnya. (sarahlzif)
v Menyiapkan Anak Ke Masa Depan
Yayasan Rasyidah Rama merupakan lembaga sosial yang melakukan usaha rehabilitasi bagi para penderita tunarungu untuk menyongsong kehidupan lahir yang layak di masa mendatang lewat unit-unit yang didirikan. Unit-unit itu antara lain unit observasi, unit pra sekolah yaitu TKI-13 taman latihan Rasyidah Rama, unit pendidikan dasar (SDLB Rasyidah Rama I dan II), unit pendidikan S1TP1-13 dan SIVIL13 Rasyidah Rama III, pelayanan bimbingan khusus, serta pelayanan informasi.
Yayasan yang didirikan Ibu 3.5 Nasution ini khusus menangani anak tuna rungu saja karena kebutulhan khususnya berbeda dengan anak yang memiliki kelainan lain. "Kesulitan besar anak tuna rungu untuk berkembang optimal adalah, karena tidak bisa mendengar, mereka juga menjadi tuna wicara dan tuna bahasa. Jadi, meski kecerdasan mereka rata-rata normal, tetapi keterlambatan dalam bahasa menyebabkan prestasi meeka sukar muncul secara optimal," ujar Lani Bunawan yang mengurusi bidang pendidikan di Rasyidah Rama.
Lulusan Psikologi UI ini menambahkan, untuk itu dibutuhkan kekhususan dalam mengajar agar mereka mengerti bahasa. Cara-caranya, mirip seorang ibu yang tengah berkornunikasi dengan anaknya yang normal. yaitu menangkap gerak-gerik anak tanpa bahasa. Anak-anak duduk setengah lingkaran berhadapan muka dengan guru. Di sini mereka belajar membaca gerak bibir teman dan bibir guru.
Lalu ada juga latihan bicara dikembangkan ketrampilan bicara anak menggunakan fasilitas penunjang seperti audiometer, speech trainer, alat bantu mendengar kelompok, alat-alat latihan mendengar, periengkapan musik untuk pembinaan persepsi bunyi dan irama, dan perangkat tes psikologis lain.
Murid-murid Rasyidah Rama sudah banyak yang bisa bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungannya. Setiap tahun diadakan seleksi untuk menentukan anak yang bisa terpadu ke SMP umum, SD umum, dan TK umum. "Ukurannya, yang potensinya baik, cerdas, komunikasinya bak, dan orangtuanya mau ikut membantu jelas Lani.
Murid Sant Rama yang lulus U1 pun sudah ada. Lani mengisahkan. Mia masuk sekolah kami umur 2,5 tahun. Orangtuanya sangat mendukung dan kecerdasannya juga bagus. Dia bisa masuk 111, dan lulus dari jurusan kriminologi. Dia pernah kerja di Mc Donald sebagai Human Resources dan sekarang di Indosiar."
Cerita sukses banyak muncul, meski seperti diungkap Lani, yang nakal, pacaran, terlibat narkotika, juga ada. Kesukaran dalam memberi penjelasan masih disebabkan kendala bahasa. Tapi itu pun berhasil dilewati dengan memanggil ahii dalam bidangnya untuk memberi penerangan, tentunya dengan dibantu guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar