Jumat, 27 November 2009

Peradangan Hati 2

Berbahaya bila menjadi kronis
Pak Hamid bertanya-tanya, bagaimana dari mana ia bisa sampai terkena virus hepatitis B? Penularan hepatitis B bisa melalui bermacam-macam media atau cara. Bisa lewat barang yang tercemar VHB sesudah digunakan para carrier positif atau penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak sekali pakai, pisau cukur, jarum tato, jarum tusuk kuping, sikat gigi, bahkan jarum bor gigi. Atau, yang terbanyak, akibat berhubungan seksual atau berciuman dengan penderita dan akibat transfusi darah yang terkontaminasi VHB.
Cara penularan yang terakhir ini memasukkan para penderita kelainan darah seperti hemofilia (kadar protein faktor VIII atau zat pembeku dalam darah sangat rendah), thalasemia, leukemia, atau melakukan dialisis ginjal ke dalam kelompok rawan atau berisiko tinggi terkena penyakit hepatitis B. Sebab, mereka sering berurusan dengan transfusi darah.
Yang tergolong kelompok rawan lainnya yaitu mereka yang bekerja di laboratorium atau ruang darurat rumah sakit, dan kamar mayat. VHB memang tidak menular melalui singgungan kulit, namun kalau ada luka terbuka di kulit lalu terkontaminasi darah yang mengandung VHB, penularan bisa terjadi.
Pikir punya pikir Pak Hamid ingat, tak lama sebelum jatuh sakit ia memang iseng-iseng memasang tato nama pada salah satu lengannya. "Itukah biang keladinya?" pikirnya. Sekitar 40% penderita hepatitis, demikian hasil penelitian para ahli, tidak tahu bagaimana atau kapan mereka terinfeksi. Sebab, gejala baru muncul beberapa minggu atau bulan setelah kemasukan virus. Pada hepatitis akut, gejalanya memang jelas. Tapi pada hepatitis kronis, gejalanya sangat samar dan baru jelas setelah organ hati dalam keadaan cukup parah.
Karena itu perlu dijaga agar hepatitis B jangan sampai menjadi kronis. Yang sering kali terjadi, setelah 2 - 3 bulan mendapat serangan hepatitis B akut dan kesehatan penderita tampak membaik, pemeriksaan kadar HBs Ag dalam darah menunjukkan hasil negatif. Ia pun senang karena mengira sudah sembuh. Padahal belum tentu. Karena itu cek darah seharusnya terus dilakukan sebab sekitar 10% penyakit hepatitis B bisa menjadi menahun. Dalam hal ini, tubuh tidak membentuk antibodi terhadap VHB. Virus tetap ngendon di dalam hati sehingga penderita menjadi carrier positif. Penderita baru dinyatakan sembuh total jika anti-HBs menjadi positif atau reaktif. Kalau itu yang terjadi, penderita tidak akan mendapat lagi serangan penyakit tersebut. Karena itu menjadi penting, jangan sampai penyakitnya berkembang menjadi kronis. Sebab, penderita semacam ini berisiko tinggi untuk menderita sirosis hati atau bahkan kanker hati di kemudian hari.
v Sirosis bandel
Lalu apa yang terjadi kalau berkembang menjadi sirosis hati? Pada seluruh bagian hati akan terbentuk jaringan-jaringan ikat serta tonjolan-tonjolan regenerasi, sehingga struktur jaringan hati menjadi kacau. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain muntah darah karena terjadi varises di tenggorokan (esofagus) atau lambung. Bendungan aliran darah tidak ditimbulkan oleh tonus sekitar esofagus tapi akibat terjadinya gangguan sirkulasi masuknya darah ke hati. Hati yang mengalami sirosis sering memacetkan saluran interseluler yang berfurrgsi menyaring darah yang mengalir ke sana. Akibatnya, aliran darah melalui hati tidak lancar serta pembuluh vena melebar. Inilah yang menyebabkan terbentuknya tonjolan-tonjolan pembuluh vena pado esofagus atau lambung. Kalau pembuluh itu pecah, darah akan keluar melalui mu.lut atau dubur.
Dengan obat-obatan tertentu dokter selalu mengupayakan jangan sampai terjadi varises, agar penderitaan tidak semakin parah. Waiaupun fungsi hati penderita sirosis bisa berangsurangsur membaik kalau dirawat dengan baik, tapi tidak lagi sempurna karena organ hati telanjur mengkerut.
Pengalaman seperti itu dimiliki Pak Zul Kifli (61) yang menderita sirosis sejak April 1996. "Saya sudah tujuh kali muntah darah," keluh Kifli yang pernah mengidap hepatitis B akut pada 1970. la mengaku lengah memantau kesehatan levernya lantaran selalu disibukkan oleh kegiatan bisnisnya. Akibatnya, penyakitnya menjadi kronis. "Rasa mual dan kembung yang sering saya rasakan, saya anggap hanya gangguan perut biasa," ceritanya. Suatu saat tiba-tiba ia muntah darah. Ternyata, ia menderita sirosis hati cukup serius.
"Sekarang saya tidak aktif bekerja lagi, karena harus banyak beristirahat," tambahnya. Ia sangat mengurangi garam dan lemak dalam menu makanan sehari-hari. Ia lebih banyak minum jus buah apel dicampur wortel serta air rebusan temulawak. Dari pemeriksaan terakhir dinyatakan, tonjolan-tonjolan pada hatinya sudah berkurang, hanya rasa kembungnya masih sering timbul.
Menurut para pakar penyakit hati, ada lebih dari satu juta carrier hepatitis B (terutama ras Vietnam dan Cina) di AS. Sekitar 200.000 di antaranya berlanjut menjadi kronis, sirosis, bahkan kanker hati. Penelitian lain sekitar tiga tahun lalu menyatakan, lebih dari satu miliar penduduk dunia terinfeksi VHB, dan 80% di antaranya tinggal di Asia Pasifik. Yang paling banyak terserang adalah penduduk ras kulit kuning. Mengapa demikian, belum bisa dijelaskan. Hal ini diakui pula oleh Prof. dr. H. Ali Sulaiman Ph.D., pakar penyakit hati dari RS Cipto Mangunkusumo, sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. "Penyakit ini memang kecenderungannya lebih banyak pada orang di Asia, terutama. Asia Tenggara, Korea, dan Cina serta Afrika," katanya. "Namun tentu tidak menutup kemungkinan terjadi pada ras kulit lain."
Menurut Sulaiman, prevalensi pengidap VHB sekitar 5% - 15% di Jawa. Di beberapa tempat di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, bahkan mencapai 20% - 25%. Sedangkan di Indonesia diperkirakan terdapat pengidap hepatitis B sekitar 10 - 15 juta atau sekitar 5 - 7,5% dari 200 juta penduduk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar