Kamis, 26 November 2009

Penyebab Hernia

v Otot dinding rongga perut melemah
Masyarakat awam menyang­ka, hernia merupakan gang­guan kesehatan hanya pada kalangan estewe (setengah tua) atau usia lanjut. Padahal, sebenarnya hernia da­pat juga terjadi pada anak-anak. Ia juga lebih sering dialami laki-laki ketimbang perempuan. Ini terjadi karena ada­nya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki­laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju Arotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewa­sa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial meng­alami hernia. Penderitanya sering mengeluh­kan adanya ben­jolan yang tidak nyeri namun cu­kup mengganggu. Seberapa jauh mengganggunya, tergantung sebe­rapa besar pe­nonjolannya. Pe­nonjolan muncul karena adanya kelemahan ana­tomis pada otot dinding perut menimbulkan penonjolan di tempat yang lemah tadi. Kondisi menjadi lebih pa­rah bila ada dorongan akibat peningkatan te­kanan di dalam rongga perut. Misalnya, akibat mengejan ketika buang air, batuk-batuk, atau mengangkat beban berat.
Menurut dr. Rudi Hartanto, dokter spesialis bedah di Ru­mah Sakit Siloam Gleneagles, Tangerang, pada bayi dan anak-anak, hernia merupakan keadaan bawaan sejak lahir (kongental) dan ber­isi cairan. Jadi bukan hernia inguinalis pa­da umumnya yang berisi bagian usus. Hernia pada anak­anak terjadi karena hubungan antara rongga perut dan kantung kemaluan, yang meru­pakan tempat testis bergerak turun dari rongga perut ke kantung kemaluan ketika anak masih dalam kandungan, te­tap ada.
Pada orang dewasa, her­nia terjadi karena dua faktor utama. Pertama, adanya otot dinding rongga, misalnya pe­rut, yang lemah. Kedua, do­rongan yang menyebabkan tekanan di dalam rongga pe­rut meningkat. Biasanya hernia pada orang de­wasa ini terjadi pada usia lanjut, ka­rena pada umur tua otot dinding rongga perut me­lemah. Sejalan de­ngan bertambah­nya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada wanita, kegemukan juga dapat memungkinkan timbulnya daerah yang lemah. Keada­an-keadaan itu, jika ditambah dengan faktor kedua tadi, da­pat mengakibatkan usus ter­dorong ke dalam "daerah perbatasan" yang lemah tadi dan menonjol ke luar.
Pendapat lain menyatakan, kebiasaan merokok, penyakit yang mengenai jaringan ikat, dan penyakit gula (diabetes melitus) juga dapat mem­pengaruhi timbulnya hernia. Ketiganya berkaitan dengan gangguan metabolisme pada jaringan ikat. Hernia ringan bisa bersifat reponibel, yaitu bagian usus yang keluar dapat masuk kembali ke rongga perut jika penderita berbaring atau di­dorong sendiri oleh penderita. Yang celaka bila hernia su­dah masuk ke tahap selanjut­nya, yang ireponibel. Pada tahapan ini isi hernia yang keluar tidak bisa masuk kem­bali meskipun didorong dari luar.
Kita juga perlu waspada jika cincin hernia berdiameter hecil. Pasalnya, bila sudah ada usus yang keluar, dengan tekanan rongga perut yang bertambah, bagian usus da­pat keluar lebih banyak lagi dari lubang itu. Bila terus ber­lanjut, bisa menjadi hernia inkaserata, yakni bagian usus yang terjebak tidak dapat kembali. Atau menjadi hernia strangulata karena usus yang terjebak tadi dapat meng­alami pembusukan dan mati :arena tidak mendapat pa­sokan darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar