Sabtu, 28 November 2009

Menghindari Racun Serangga

Menghindari Racun Serangga

Menghasilkan bahan makanan tanpa pestisida (racun penumpas hama) boleh dikata mustahil dewasa ini. Di mana-mana disemprotkan racun, sejak tanaman masih berada di kebun, sampai hasilnya disimpan dalam gudang. Tanah, air, dan udara tercemar olehnya. Bagaimana kita menyelamatkan diri agar terhindar dari racun-racun itu?
Pemerintah kita sebenarnya juga sudah melarang pemakaian racun serangga yang berbahaya bagi manusia itu, melalui Komisi Pestisida. Jenis yang dibolehkan dipakai hanya yang khusus membunuh serangga, tapi tidak membahayakan orang. Dibanding dengan jenis-jenis berbahaya dari zaman dulu (1960 - 1980), jenis yang boleh beredar sekarang kurang mempan. Karena itu, terpaksa disemprotkan lebih kerap. Ada yang Baking memble-nya sampai harus sekerap 20 kali, selama menunggu kematangan buah di pohon. Bagi orang awam, semprotan bertubi-tubi ini merisaukan, tapi bagi pengusaha tani yang tahu ke-memble-an insektisida, tidak!
Para konsumen jadi risau kalau insektisida itu meracuni semua lini kehidupan bagi manusia. Padahal yang ini sudah dilarang pemakaiannnya di pertanian. Sialnya, racun ini masih dipakai di kalangan kesehatan dan rumah tangga, seperti heptachlor, parathion, diazinon, dichlorphos, dimethoat. Di kalangan kesehatan untuk menumpas serangga penyebar penyakit menular, dan di kalangan ibu rumah tangga untuk menumpas kutu busuk, lalat, kecoa, dan semut pengganggu kenyamanan hidup kita. Memang jelas tidak untuk bahan makanan!
Sepuluh tahun yang lalu kita masih getol menyemprotkan racun serangga di kebun buah dan sayur untuk menumpas lalat buah. Tapi kini mulai banyak petani modern yang memakai atraktan (pemikat) lalat berisi methyl eugenol. Zat yang diteteskan pada kapas yang dipilin sepanjang 5 cm, bergaris tengah 1,5 cm, dan digantungkan di dalam botol plastik bekas itu baunya mirip hormon feromon dari lalat betina. Bau ini sangat memikat lalat jantan. Mereka datang, dan terjerumus ke dalam botol yang dasarnya sudah diberi lem sebelumnya. Seluruh perangkap digantung pada ranting pohon setinggi 2 m. Mereka mati masal, dan atraktan itu pun terkenal sebagai zat penumpas serangga, pengganti insektisida yang beracun bagi manusia tadi. Buah yang diselamatkan tidak tersentuh racun sama sekali.
Binatang kecil yang menjijikkan rumah tangga, lalat di sekitar keranjang sampah dapur dulu juga disemprot dengan insektisida yang beracun bagi manusia. Tapi sejak makin banyak media massa di negara industri yang menulis tentang buruknya cara itu, kita kini juga mulai meninggalkannya. Lebih baik tidak memakai racun, tapi menggelar kertas lem lalat saja di lantai dapur atau serambi yang banyak dikerumuni lalat. Lalat yang hinggap di permukaan kertas berlem itu lengket dan mati beramai-ramai. Untuk menghalau nyamuk pun kini sudah tersedia obat pengganti insektisida yang lebih aman, berupa insect repellant (zat yang dijauhi serangga). Tinggal memanfaatkannya saja yang lebih banyak, dan sering. Salah satunya berisi dietil-toluamid yang diberi parfum. Kalau dioleskan pada kaki dan tangan yang terbuka, nyamuk-nyamuk merasa muak dan menghindar. Zat ini diedarkan di pasaran dengan berbagai merk, seperti Off, Deet, Autan, dan sebagainya. Sayang, ia masih berbahaya bagi mata dan selaput lendir, yang bisa gatal dan pedih kalau terkena, tapi kulit tidak. Semut dan kecoa juga dicegah dengan insect repellant seperti ini, dalam bahan yang dicetak sebagai kapur tulis. la tinggal digoreskan di sekeliling kaki meja atau lemari yang mau dilindungi saja. Maka semut dan kecoa ogah mendekat, dan meja lemari kita bebas serangga, tapi juga bebas racun. Dengan beralih memakai obat yang dijauhi serangga ini, rumah kita paling tidak juga bebas dari bahan pencemar lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar