Melawan Kegemukan
Dulu "kegemukan" sering dianggap melambangkan keadaan yang sudah mapan, makmur, bahkan sering dikaitkan dengan kewibawaan seseorang. Kini persepsi seperti itu sudah berubah. Kegemukan justru menjadi momok yang sangat ditakuti dan dihindari banyak orang. Masyarakat semakin menyadari betapa kegemukan lebih hanyak menimbulkan kerugian dibandingkan dengan manfaatnya, baik ditinjau dari segi penampilan maupun estetika.
Beberapa penyakit serius, seperti darah tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus, dan sebagainya bisa mengancam para penderita kegemukan. Bukan cuma itu. Rasa percaya diri pun menjadi berkurang karena penampilan yang kurang serasi. Perasaan menjadi tertekan dan kelincahan gerak menjadi sangat terbatas dan lamban.
Seseorang dinyatakan obes (gemuk) bila berat badannya 20% di atas berat badan normalnya. Kalau kelebihan berat badan tidak mencapai 20%, seseorang belum disebut obes, tetapi termasuk kelebihan berat (overweight). Kondisi demikian merupakan awal terjadinya obesitas alias kegemukan. Bila berat lemak tubuh lebih dari 27% berat badan (pria dewasa) atau 30% berat badan (wanita dewasa), maka yang bersangkutan mengalami kelebihan berat badan yang menjurus kepada obesitas.
Berbagai faktor seperti kelurunan, kelainan hormonal dan metabolisme, kemantapan keadaan sosial ekonomi, serta luktor psikosomatik dapat menjadi pemicu terjadinya kegemukan. Kegemukan sebetulnya disebabkan adanya kelebihan energi yang tidak digunakan oleh tubuh. Kelebihan energi sendiri terjadi akibat asupan (intake) makanan yang berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan tubuh. Akhirnya energi yang berlebih itu disimpan dalam tubuh sebagai energi cadangan dalam bentuk glikogen dan lemak tubuh.
Secara alami, berat badan dapat diturunkan dengan membatasi atau mengurangi pemasukan energi melalui makanan yang masuk ke dalam tubuh, meningkatkan pengeluaran energi dari tubuh dengan cara meningkatkan aktivitas fisik, atau mengkombinasikan keduanya. Kedua cara tersebut cukup sederhana dan nampaknya mudah dilakukan, tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Motivasi dan pengendalian diri yang kuat sangat diperlukan.
Keadaan tersebut dimanfaatkan pihak tertentu dengan menawarkan cara maupun produk yang menjanjikan penurunan berat hadan secara cepat. Buku-buku berisi saran berdiet, yang sering kali tidak didasarkan pada teori kesehatan dan gizi yang benar pun diterbitkan. Usaha-usaha berkedok pusat kebugaran dengan iming-iming alat canggih seperti pemijat atau pembalut dan penghancur lemak bermunculan. Obat-obat luar negeri berupa krim, yang katanya bisa membuat lemak lenyap sekejap bila dioleskan ke bagian-bagian tubuh yang berlemak, banyak pula dipromosikan. Industri makanan, minuman dan farmasi pun ikut-ikutan memproduksi makanan dan minuman berlabel "rendah kalori". Obat-obatan pelangsing dan bulk fillers (pengganjal perut) juga banyak ditawarkan.
Jumat, 27 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar