Keistimewaan ikan Beronang
Beronang salah satu ikan andalan masyarakat pesisir Indonesia bagian timur. Permintaan ikan laut itu melimpah dari restoran dan hotel-hotel di kota-kota besar. Di salah satu restoran yang terletak di Jalan Sulawesi, beronang menjadi menu favorit. Begitu pula di seputaran Panakkukang, beronang ditawarkan dengan berbagai menu.
Pantas bila pembesaran beronang sebagai usaha utama penduduk. Sayang ketersediaan bibit sangat terbatas, sehingga menghambat usaha pembesaran beronang. Musababnya tingkat kelulusan hidup larva sangat kecil, hanya 4%.
Oleh karena itu keberhasilan itu sebuah prestasi besar. Penelitian-penelitian
terdahulu, sejak 1978, yang dirintis Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai (SBPBP) Bojonegoro-kini dilebur menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Serang-tak sampai mencetak sukses besar. Beronang sepanjang 20 cm dengan fekunditas sekitar 419.000 telur hanya menghasilkan 16.760 bibit.
Bantuan ahli-ahli dari Japan Agency Cooperation Agency (JICA) untuk meningkatkan SR tak banyak menolong. "Kita menduga ada ketidakcocokan suhu dan pakan yang menyebabkan SR itu tetap kecil;' ujar Basyori Achmad, MSc, anggota peneliti Siganus guttatus saat itu-kini koordinator Program BPTP. Hipotesis itu diambil setelah penelitian bersama
JICA berjalan selama 7 tahun. Ternya°.i memang betul, setelah diberi pakan rotife:: dan tiram, tingkat hidup burayak na_ hingga 90%.
Rotifera
Menurut Dr Ir Rachman Syah, h1~ kepala BRPBAP Maros, institusinya tertar_ meneliti ulang beronang karena anggo~_ famili Singanidae itu memiliki poter ~dikembangkan di Sulawesi Selatan. "Ika:. beronang terkenal lezat. Apalagi di sir.: banyak tambak-tambak udang windu yar._ memiliki pakan alami melimpah untu: beronang," kata doktor sumber daya pesis_dari IPB itu.
Penelitian yang dimulai awal 2006 ir_ memanfaatka` rotifera Branchiom,: plicatilis ukuran kec
dan tiram trichopcliram untuk paka_-_ bibit beronang. Rotifer;_ yang dikembangkan dengan pakan chlorellz Nannochloropsis occulatr. itu digunakan untuk larva yang memasu%_ tahap eksogenus feeding, sekitar umu16 hari. "Pada eksogenus mulut larvc berukuran 125.1rm. Saat itu tiram cocol,: diberikan karena ukurannya lebih kecil dar: mulut larva;' ujar Rachman.
Selepas umur 25 hari larva diber_ rotifera dan pakan tambahan naupli: Artemia salina. Itu berlangsung hingga larva menjadiberonangremajaberumur 115 hari. Kombinasi itu memberi keuntungan ganda. selain SR tinggi juga pertumbuhan lebih cepat. Pada umur 115 hari bobot beronang 50 g/ekor dengan panjang tubuh 12 cm. Dengan pakan biasa hanya 5 g/ekor dar panjang 10 cm.
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar