Sabtu, 28 November 2009

Burng Genderuwo

Burung Genderuwo


Keberhasilan membiakkan burung hantu alias sang genderuwo di perkebunan Tanah Datar. Asahan, memberi semangat baru kepada kita untuk memberantas tikus secara alami. Seperti apa burung-burung hantu?
Burung hantu ialah istilah umum yang dikenakan pada jenis-jenis burung keluyuran malam yang terbangnya tidak berisik. Meluncur saja seperti hantu. Sebagai burung buas, mereka perlu mendekati mangsa diam-diam. Jadi tidak diketahui pihak korban, sehingga bisa mendadak sergapannya. Ini dapat mereka lakukan, karena bulu sayap mereka memang lebat tapi halus sepert beledu, sehingga mampu meredam suara kepakan sayap dan gesekan angin dengan tubuhnya yang sedang melaju. Alasan kedua mengapa harus terbang diam-diam, yaitu agar telinganya bisa mendengarkan calon mangsa tanpa terganggu oleh berisik sayap sendiri.
Hantu-hantu itu jelas tidak hanya satu jenisnya dan namanya pun banyak. Akan tetapi ciri khas mereka yang mencolok, matanya tidak terletak di kiri kanan kepala seperti mata burung biasa, melainkan menghadap ke depan seperti mata orang. Bola matanya besar-besar dan selalu melotot, karena tidak bisa dikecilkan. Agar dapat melirik ke samping, kepalanya saja yang diputar. Kepala yang luar biasa besar ini memang gampang diputar. Dari mula-mula menghadap ke depan, lalu berputar ke belakang, dan tambah lagi sedikit. Keanehan ini sudah diketahui oleh orang Romawi zaman dulu. Mereka mempunyai resep yang ekonomis untuk menangkap burung itu. "Berputarlah mengelilingi batang pohon tempat bertenggernya berkali-kali, sampai burung yang ikut memutar kepalanya berkali-kali sampai teler, pingsan dan jatuh sendiri, untuk dipungut."

v Lambang kebijaksanaan

Karena di di antara mereka ada yang gemar berburu tikus, di Amerika, burung itu pernah dijuluki "penjaga malam kebun kita". Kalau pada siang hari burung alap-alap yang berburu tikus, maka pada malam hari burung hantu lah yang mendapat giliran. Sesudah alap-alap tidur semua, hantu pertama yang biasa kita jumpai di kebun Pekarangan, ialah burung celepuk, Otus bakkamoena lempiji dari keluarga Strigidae. Teriakannya yang monoton "wuk atau "puk membuat orang menyebutnya celepuk
Tubuhnya kecil saja (sekecil kelinci percobaan), tapi raut mukanya serem dengan mata belo yang tajam. Itu mengingatkan kita pada muka asisten dosen yang angker. Muka itu dihiasi dengan bulu-bulu-yang tampak seperti daun telinga, sehingga sering disalahtafsirkan sebagai telinga juga. Gambar mukanya sudah sejak abad ke- 12 dipakai untuk melambangkan kecendekiaan, gara-gara orang Yunani kuno mengira burung itu diciptakan untuk disajikan kepada Athena, dewi kebijaksanaan, keterampilan dan perang gerilya.












Dalam buku-buku dongeng anak Eropa, burung hantu celepuk dipakai untuk melukiskan pribadi (orang) yang maha tahu tapi bijaksana. Pernah ada lembaga pendidikan keterampilan yang mengiklankan lembaganya dengan lambang burung hantu jenis ini. Kepalanya memberi kesan memakai topi belah ketupat yang hitam lengkap toga.
Di alam nyata, burung celepuk terbang cepat kian kemari, untuk berburu kumbang malam, walang kekek dan jangkrik genggong. Ia suka bersarang di ketiak daun pohon aren. Kalau tidak tidak di situ, lubang pada batang pohon besar pun jadi.

v Jampuk Keponakan Kokokbeluk
Hantu kedua yang lebih besar tubuhnya (sebesar kucing jantan) yang kita temukan pada jam-jam lebih larut malam. Yaitu burung jampuk, Bubo sumatraus strepitans, yang bulunya abu-abu dan kokokbeluk, Strix seloputo seloputo, yang bulunya bergaris-garis. Keponakan kokokbeluk yang mencari nafkah di Eropa, Strix nebulosa, dipakai sebagai lambang keadilan, sampai para pengacara, hakim dan jaksa Inggris abad ke-17 memakai wig mirip bulu great gray owl yang bergaris-garis berwama abu ini. Berbeda dengan celepuk yang terdapat di mana-mana, si Jampuk ini hanya kita jumpai di dekat hutan pegunungm dan hutan jati yang lebat saja. Ia suka bersarang di tengah daun-daun paku. Sarang burung yang menempel pada dahan pohon raksasa hutan. Kokokbeluk malah lebih banyak tnggal dalam hutan daripada keluyuran ke tempat Pemukiman orang. Mangsa mereka burung kecil yang tidur berderet-deret di atas cabang pohon. Biasanya mangsa malang ini masih mengantuk ketika dicengkeram kuku kaki kokokbeluk.
Bunyi burung jampuk seperti orang menggerutu. Tidak jelas apa yang diucapkannya. Dua ekor jampuk yang sedang bersanding terdengar sepert orang tua yang saling menggerutu. Hanya kokokbeluk yang terdengar tegas: "beluk", "beluk". Teriakan ini bertujuan memberi tahu kawan, bahwa di tempat yang gelap itulah ia bertengger. Aku di sini, loh!

v Ketupa dan serak
"Hantu" bertelinga berikutnya yang sama besarnya dengan jampuk ialah ketupa, atau dalam bahasa Latinnya Bubo ketupu ketupu. la lebih banyak menjelajahi rawa dan sungai daripada hutan lebat. Karena suka menghabiskan ikan dalam kolam, ia pun terkenal sebagai burung "hantu ikan". Tapi kalau kebetulan kehabisan ikan di kolam swalayan, ia juga tidak keberatan berburu tikus, burung, kodok atau kepiting pinggir kali. Ketupa gemar bersarang di pohon beringin, atau lubang pohon apa saja, asal besar, dan kadang-kadang juga di tengah tajuk daun paku sarang burung. Suaranya yang menggema "hiik-hik", 'hiik-hik" di malam kelam membuat orang agak merinding. Burung hantu yang lebih sering berburu tikus, apalagi tikus kota, ialah serak, Tyto alba javanica. Ia disebut serak, karena teriakannya memang terdengar serak, yang melengking agak tinggi. Dulu ketika masjid dan bangunan gedung lain masih mempunyai atap yang tinggi, burung serak masih banyak yang bersarang di langit-langit bangunan itu, sehingga ia dikenal sebagai "hantu bangunan. Tapi sejak gedung-gedung zaman modern sekarang ini dibangun dengan atap yang lebih rendah dan gepeng, burung itu tidak mau bersarang di tempat itu lagi sehingga tikus kota merajalela dan makin lama makin terlalu, karena tidak ada lagi pasukan pengendalinya.
Di Eropa dan Amerika, para penghuni kota diimbau melalui majalah-majalah peduli lingkungan, agar ikut melestarikan burung serak ini dengan jalan tidak mengganggu mereka dengan bedil. Kalau bisa, malah membiarkan mereka bersarang di langit-langit gudang atau bangunan kuno lainnya dengan menyediakan tempat yang memadai. Tetapi kalau tidak tahan baunya, boleh juga membangun kandang di atas tiang tinggi, seperti kandang burung merpati yang besar.

v Tempat sampah
Induk serak bisa bersalin 3, kali setahun, kalau jumlah tikus santapannya kebetulan banyak. Tiap 4,5 bulan sekali ia bertelur, yang jumlahnya bisa sampai 11 butir. Tapi kalau populasi tikus menurun, bersalinnya hanya 2 kali setahun. Tiap kalinya hanya 6 butir. Susahnya, induk itu tidak sabar menunggu sampai semua telur terkumpul dulu, baru mengeram. Tapi begitu bertelur, langsung ia mengeraminya. Akibatnya, umur anak pertama dan anak bungsu bisa sampai 3 minggu bedanya. Ini benar-benar merepotkan dalam pembagian makanan. Bagaimana caranya membagi abon tikus secara adil di antara anak-anak yang sudah melek dan adik-adiknya yang masih me rem, karena kecilnya? Di tempat gelap lagi.
Selama 30 hari, induk serak mengerami telurnya dan kemudian menghangati anaknya yang lahir. Selama itu pula ia diberi makan oleh suaminya nongkrong di atas telur. Kalau telurnya sudah menetas, ia juga harus membagi-bagikan makanan kepada anak-anak.

Sesudah 30 hari, ia terbang ke luar untuk mencari tikus sendiri. Sebab, jatah tikus dari suaminya sudah tidak mencukupi lagi, sesudah anak-anak makin besar. Pada saat ditinggal ibu mencari nafkah inilah anak sulung yang sudah berbulu lengkap dan tebal itu mengambil alih tugas induknya, untuk menghangati adik-adiknya yang masih telanjang. Kalau ada adik yang merengek~rengek minta disuapi, kakak yang baik hati ini pula yang mencarikan sisa makanan yang tercecer di dekatnya untuk disuapkan. Kadang-kadang ia malah harus melindunginya pula terhadap serangan kucing, luak atau burung elang.
Sesudah 10 hari hidup telanjang, anak serak biasanya sudah penuh bulu bayinya. Tapi ia masih perlu 10 hari lagi untuk berganti bulu tetapnya yang tebal dan tak perlu diselimuti kakaknya lagi. Untuk bisa berdikari, masih perlu kira~kira 10 hari lagi bagi anak itu. Jadi pada umur 30 hari ia baru cukup kuat untuk terbang ke pohon paling dekat dengan sarang. Ia masih disuapi makanan oleh induknya, meskipun sudah bisa bermain-main di luar rumah. Tapi dalam waktu beberapa malam ia harus sudah menguasai teknik berburu tikus. Baru berumur 3 bulanlah, ia benar-benar sudah berdikari.
Serak dewasa makan ratarata 5 ekor tikus setiap hari. Itu ditelan mentah-mentah. Bagian yang keras dan tak bisa dicerna dimuntahkan kembali berupa gumpalan bola seperti keciput (onde-onde mini). Kalau saudara-saudaranya kebetulan banyak, sarang tempatnya belajar makan jorok itu benar-benar seperti tempat sampah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar