Rabu, 25 November 2009

Budidaya Asparagus

Budidaya Asparagus
Penggolong­an kultivar asparagus menurut keperluannya memang bisa menghasilkan mutu yang baik.
Sayuran sub tropis ini menun­tut kriteria suhu, intensitas cahaya, keadaan tanah ter­tentu agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (lihat Budidaya Asparagus). Namun nyatanya di Indonesia yang beriklim tropis, tanaman ini juga dapat tumbuh baik pada ketinggian yang dikehendaki (H00 meter dpl) dan memben­tuk rebung setiap hari, se­hingga bisa dipanen setiap hari- tak terkecuali saat mu­sim kering, asal pengairannya baik. Padahal di negara sub tropis rebung hanya dapat di­panen selama 1,5-3 bulan saja setiap tahunnya. Di Jer­man, panen' asparagus hanya berlangsung pada akhir Maret sampai akhir Juni. Jadi Indo­nesia lebih beruntung, dapat memanen setiap hari sepan­jang tahun selama 1U-15 ta­hun. Tetapi menurut G.J.H. CJrubben, Konsultan pada Ba­lai Penelitian Hortikultura Lembang. "Umumnya tanam­an akan tumbuh mudah dan cepat selama 2 tahun, kemu­dian akan menurun setelah 3-5 tahun. Untuk itu sebaik­nya tanaman dipanen hanya selama 2 bulan dan istirahat selama 4 bulan. Atau dengan meninggalkan 2-4 batang per tanaman dan memanennya se­telah muncul tunas. Panen di­lakukan setama 3 bulan saja dan diikuti 3 bulan istirahat." Metode yang kedua ini dike­nal sebagai metode adopsi cara Taiwan (Mother fern method).
Jadi sebenarnya, kalau dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh dari bertanam asparagus di Indonesia cukup besar. Namun anehnya, ba­nyak petani yang'gagal bah­kan gulung tikar. Menurut Djoko Iskandar, Direktur LJtama PT. Hatari, kegagalan ini lebih disebabkan oleh
Selama ini baik bibit maupun benih asparagus masih harus diimpor. Tetapi beberapa pe­tani asparagus di Malang ru­panya telah berhasil membuat bibit yang dulunya diimpor. Bibit impor biasanya berupa crown (rhizome atau umbi batang), yang harganya tentu saja masih relatif mahal (sekitar Rp 1.250,00) diban­dingkan bibit lokal yang ha­nya Rp 200,00. Sedangkan benihnya per kilo sekitar
Rp 25.000,00-50.000,00. Saat ini PT. Indoland Pratama Se­jahtera, distributor benih di Jakarta, sudah mampu menghasilkan bibit asparagus Mary Washington yang siap tanam. Bibit dapat dipilih yang berumur 1 atau 1,5 bu­lan, dengan harga masing­masing Rp 1.000,00 dan
Rp 1.500,00 per polibag yang berisi satu tanaman.
Ada beberapa kul;ivar as­paragus yang sudah umum di­tanam di Indonesia. Yang pertama, Mary Washington (MW) dari Amerika, dengan rebung kecil-kecil tetapi be­rumpun banyak dan tahan penyakit. Kemudian, jenis Jer­sey Giant dari Amerika, yang berserat banvak lebih resisten terhadap serangan jamur dan dapat dipanen dengan periode yang lebih panjang. Glory Van
Broenskwijk (GB) dari Be­landa, yang berumpun tidak terlalu banyak tetapi rebung­nva besar-besar dan lu­nak, dan Roem Van Broenskwijk serta Boon Lim dan Backlim yang juga dari Belanda. Yang dari Jerman Lucullus dan Scha•etzinger Meisterchuss.
Menurut Jobs W. Hofste, ada kultivar asparagus yang sebaiknya dikhususkan untuk produk segar atau kalengan. la sendiri, yang mengebunkan sekaligus mempunyai pabrik pengolah asparagus, memilih kultivar Amerika dan Belanda.
tingkat usaha yang 'nanggung'. Artinya bila vo­lume produksinya diperbesar sedikit akan berlebih untuk pasar dalam negeri dan dapat membuat jenuh pasar, tapi be­lum mencukupi untuk ekspor. Karena itu lebih baik usaha dimulai dari skala kecil, se­hingga bila terpaksa merugi, kerugian yang diderita tidak sekaligus besar. Sedangkan menurut jobs W. Hofste, hambatan utama mengusaha­kan asparagus di Indonesia hanya pada masalah budidaya dan manajemen saja. Misalnya varietasnya yang tidak sesuai dengan kondisi iklimny•a dan cara perawatan yang kurang baik. Atau pengelolaan mana­jemennya yang tidak tepat. Dengan kata lain, bila kedua masalah itu bisa diatasi, tidak ada halangan lagi. Hal senada juga diucapkan oleh G.J.H. Grubben, "Kegagalan budi­daya komoditas ini lebih dise­babkan oleh pemilihan lahan yang tidak tepat serta' mana­jemen yang kurang. Tetapi penyebab utamanya adalah besarnya investasi untuk membeli bibit-bibit impor yang belum pasti tumbuhnya di Indonesia."
Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah asparagus berbeda satu sama lain, walaupun per­bedaan itu tidak terlalu men­colok. PT. Botanindo Paradise Farm misalnya, menetapkan bahwa asparagus harus lurus, cukup tebalnva, dan segar. Panjang yang ~putih 21 cm dan yang hijau 26,5 cm. Sedang perbedaan kelas dihitung ber­dasarkan diameternya. Kelas D diameter rebungnya sekitar 8-10 mm, kelas C 10­
16 mm, kelas B 16-20 mm, kelas A 20-28 mm dan kelas AA lebih dari 28 mm.
Sementara itu, PT. Sasta Kirana yang berkebun di Leles, Garut menetapkan kelas A bila rebungnya masih putih
tanpa bintik-bintik dan pan­jangnya 24 cm, kelas B re­bung telah keluar di atas permukaan tanah sekitar 5­10 cm dan panjang rebung yang diambil 24 cm, dan ter­akhir kelas C bila rebungnya telah keluar di atas permukaan tanah setinggi 25-30 cm dan berwarna hijau.
PT. Swakarya Karo Tani Lestari menetapkan standar mutu kelas A bila panjang re bung 12-22 cm, berwarna putih mulus, kuncupnya be­lum terbuka, segar dan diame­ternya sekitar 16-22 mm. Kelas B panjang rebung 12­?2 cm, putih, segar dan ber­diameter 10-16 mm, serta kelas C mempunyai panjang 12-22 cm dengan diameter 10-12 mm. Harga masing­masing kelas adalah,
A Rp 1.500,00/kg,
B Rp 1.250,00/kg dan <; Rp 1.000,o0/kg.
Negara pesaing Indonesia da­lam hal ini adalah Taiwan, yang pertama memasok ke Eropa. Tetapi karena prioritas Taiwan saat ini lebih ke bi­dang industri maka tempat itu bisa digeser. Lagipula, akhir­akhir ini negara pulau itu juga mulai mengalami kendala la­ban maupun tenaga kerja. Ne­gara pesaing lainny•a adalah RRC, Negeri Belanda, dan Amerika Serikat. Kualitas aspa­ragus Indonesia tidak kalah dibanding negara-negara pe­saingnya, bahkan konon ka­barnya asparagus Indonesia
lebih enak rasanya dan lebih disukai.
Harga ekspor asparagus di pasar dunia saat ini sekitar 6-8 US dollar (Harga FOB), atau sekitar 15-18 US dollar per boks isi 12-24 karton (1 karton = 60 kg).
Penanganan pasca panen aspa­ragus harus dilakukan secara
60 TRUBUS 267 - TH. XXIII - FEBRUARI 1992

Tidak ada komentar:

Posting Komentar