Budidaya Asparagus
Penggolongan kultivar asparagus menurut keperluannya memang bisa menghasilkan mutu yang baik.
Sayuran sub tropis ini menuntut kriteria suhu, intensitas cahaya, keadaan tanah tertentu agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (lihat Budidaya Asparagus). Namun nyatanya di Indonesia yang beriklim tropis, tanaman ini juga dapat tumbuh baik pada ketinggian yang dikehendaki (H00 meter dpl) dan membentuk rebung setiap hari, sehingga bisa dipanen setiap hari- tak terkecuali saat musim kering, asal pengairannya baik. Padahal di negara sub tropis rebung hanya dapat dipanen selama 1,5-3 bulan saja setiap tahunnya. Di Jerman, panen' asparagus hanya berlangsung pada akhir Maret sampai akhir Juni. Jadi Indonesia lebih beruntung, dapat memanen setiap hari sepanjang tahun selama 1U-15 tahun. Tetapi menurut G.J.H. CJrubben, Konsultan pada Balai Penelitian Hortikultura Lembang. "Umumnya tanaman akan tumbuh mudah dan cepat selama 2 tahun, kemudian akan menurun setelah 3-5 tahun. Untuk itu sebaiknya tanaman dipanen hanya selama 2 bulan dan istirahat selama 4 bulan. Atau dengan meninggalkan 2-4 batang per tanaman dan memanennya setelah muncul tunas. Panen dilakukan setama 3 bulan saja dan diikuti 3 bulan istirahat." Metode yang kedua ini dikenal sebagai metode adopsi cara Taiwan (Mother fern method).
Jadi sebenarnya, kalau dihitung-hitung, keuntungan yang diperoleh dari bertanam asparagus di Indonesia cukup besar. Namun anehnya, banyak petani yang'gagal bahkan gulung tikar. Menurut Djoko Iskandar, Direktur LJtama PT. Hatari, kegagalan ini lebih disebabkan oleh
Selama ini baik bibit maupun benih asparagus masih harus diimpor. Tetapi beberapa petani asparagus di Malang rupanya telah berhasil membuat bibit yang dulunya diimpor. Bibit impor biasanya berupa crown (rhizome atau umbi batang), yang harganya tentu saja masih relatif mahal (sekitar Rp 1.250,00) dibandingkan bibit lokal yang hanya Rp 200,00. Sedangkan benihnya per kilo sekitar
Rp 25.000,00-50.000,00. Saat ini PT. Indoland Pratama Sejahtera, distributor benih di Jakarta, sudah mampu menghasilkan bibit asparagus Mary Washington yang siap tanam. Bibit dapat dipilih yang berumur 1 atau 1,5 bulan, dengan harga masingmasing Rp 1.000,00 dan
Rp 1.500,00 per polibag yang berisi satu tanaman.
Ada beberapa kul;ivar asparagus yang sudah umum ditanam di Indonesia. Yang pertama, Mary Washington (MW) dari Amerika, dengan rebung kecil-kecil tetapi berumpun banyak dan tahan penyakit. Kemudian, jenis Jersey Giant dari Amerika, yang berserat banvak lebih resisten terhadap serangan jamur dan dapat dipanen dengan periode yang lebih panjang. Glory Van
Broenskwijk (GB) dari Belanda, yang berumpun tidak terlalu banyak tetapi rebungnva besar-besar dan lunak, dan Roem Van Broenskwijk serta Boon Lim dan Backlim yang juga dari Belanda. Yang dari Jerman Lucullus dan Scha•etzinger Meisterchuss.
Menurut Jobs W. Hofste, ada kultivar asparagus yang sebaiknya dikhususkan untuk produk segar atau kalengan. la sendiri, yang mengebunkan sekaligus mempunyai pabrik pengolah asparagus, memilih kultivar Amerika dan Belanda.
tingkat usaha yang 'nanggung'. Artinya bila volume produksinya diperbesar sedikit akan berlebih untuk pasar dalam negeri dan dapat membuat jenuh pasar, tapi belum mencukupi untuk ekspor. Karena itu lebih baik usaha dimulai dari skala kecil, sehingga bila terpaksa merugi, kerugian yang diderita tidak sekaligus besar. Sedangkan menurut jobs W. Hofste, hambatan utama mengusahakan asparagus di Indonesia hanya pada masalah budidaya dan manajemen saja. Misalnya varietasnya yang tidak sesuai dengan kondisi iklimny•a dan cara perawatan yang kurang baik. Atau pengelolaan manajemennya yang tidak tepat. Dengan kata lain, bila kedua masalah itu bisa diatasi, tidak ada halangan lagi. Hal senada juga diucapkan oleh G.J.H. Grubben, "Kegagalan budidaya komoditas ini lebih disebabkan oleh pemilihan lahan yang tidak tepat serta' manajemen yang kurang. Tetapi penyebab utamanya adalah besarnya investasi untuk membeli bibit-bibit impor yang belum pasti tumbuhnya di Indonesia."
Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah asparagus berbeda satu sama lain, walaupun perbedaan itu tidak terlalu mencolok. PT. Botanindo Paradise Farm misalnya, menetapkan bahwa asparagus harus lurus, cukup tebalnva, dan segar. Panjang yang ~putih 21 cm dan yang hijau 26,5 cm. Sedang perbedaan kelas dihitung berdasarkan diameternya. Kelas D diameter rebungnya sekitar 8-10 mm, kelas C 10
16 mm, kelas B 16-20 mm, kelas A 20-28 mm dan kelas AA lebih dari 28 mm.
Sementara itu, PT. Sasta Kirana yang berkebun di Leles, Garut menetapkan kelas A bila rebungnya masih putih
tanpa bintik-bintik dan panjangnya 24 cm, kelas B rebung telah keluar di atas permukaan tanah sekitar 510 cm dan panjang rebung yang diambil 24 cm, dan terakhir kelas C bila rebungnya telah keluar di atas permukaan tanah setinggi 25-30 cm dan berwarna hijau.
PT. Swakarya Karo Tani Lestari menetapkan standar mutu kelas A bila panjang re bung 12-22 cm, berwarna putih mulus, kuncupnya belum terbuka, segar dan diameternya sekitar 16-22 mm. Kelas B panjang rebung 12?2 cm, putih, segar dan berdiameter 10-16 mm, serta kelas C mempunyai panjang 12-22 cm dengan diameter 10-12 mm. Harga masingmasing kelas adalah,
A Rp 1.500,00/kg,
B Rp 1.250,00/kg dan <; Rp 1.000,o0/kg.
Negara pesaing Indonesia dalam hal ini adalah Taiwan, yang pertama memasok ke Eropa. Tetapi karena prioritas Taiwan saat ini lebih ke bidang industri maka tempat itu bisa digeser. Lagipula, akhirakhir ini negara pulau itu juga mulai mengalami kendala laban maupun tenaga kerja. Negara pesaing lainny•a adalah RRC, Negeri Belanda, dan Amerika Serikat. Kualitas asparagus Indonesia tidak kalah dibanding negara-negara pesaingnya, bahkan konon kabarnya asparagus Indonesia
lebih enak rasanya dan lebih disukai.
Harga ekspor asparagus di pasar dunia saat ini sekitar 6-8 US dollar (Harga FOB), atau sekitar 15-18 US dollar per boks isi 12-24 karton (1 karton = 60 kg).
Penanganan pasca panen asparagus harus dilakukan secara
60 TRUBUS 267 - TH. XXIII - FEBRUARI 1992
Rabu, 25 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar